Sepulang dari kantor Daniel melepaskan jas dan dasinya dan menyampirnya di pinggiran sofa. Membuka kancing lengan bajunya dan menggulungnya sebatas siku. Dia memilih untuk membaringkan tubuh lelahnya di sofa. Memejamkan matanya, lengan tangan kirinya menumpu pada dahinya dan lengan kirinya di atas perutnya.
Sekalipun matanya terpejam bukan berarti pikirannya juga ikut beristirahat. Tapi justru pikirannya kemana - mana. Salah satunya memikirkan Rara. Dia masih ingat kejadian tadi pagi di kantor setelah kepergian maminya. Dia mengingat tatapan Rara padanya. Dalam Tatapan itu, ada luka di sana. Tatapan mata yang siapa saja melihatnya, hatinya pasti bisa merasakan kesedihannya.
Daniel menyadari kesalahannya. Dia adalah penyebab luka dan kesedihan itu ada. Daniel tahu dia sudah menjadi laki - laki brengsek di mata Rara. Mendapatkan maaf dari Rara bukan hal yang mudah. Dia harus memperjuangkan maaf itu. Apapun akan dia lakukan asalkan Rara mau memaafkannya.
Kalau benar anak - anak Rara ternyata adalah darah dagingnya, bukankah dia memang laki - laki brengsek. Laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Laki-laki yang hanya ingin enak saja, sementara Rara menderita karena ulah kebodohannya. Hanya karena ingin membuktikan bahwa dia seorang laki-laki sejati di mata para sahabatnya. Tapi ternyata bukan laki-laki sejati, justru berakhir menjadi laki-laki brengsek yang tidak layak untuk mendapatkan maaf dari wanita yang di cintainya, bahkan mungkin dari darah dagingnya sendiri. Walaupun dia masih belum membuktikannya, tapi hatinya menyakini bahwa mereka adalah anak kandungnya.
Daniel tidak akan mampu menghadapi kemarahan dari orang tuanya apabila mereka mengetahui tentang hal ini. Sudah pasti papinya akan mencap dia bukan laki - laki yang bertanggung jawab. Dia sangat tahu bagaimana watak papinya ketika di landa kemarahan.
*Andai saja tidak ada taruhan itu
Andai saja dia tidak memanfaatkan kepolosan Rara waktu itu
Andai saja dia tidak mabuk malam itu
Andai saja..Andai saja..Andai saja..*
"Aaaaaaaarrrggghhhh" Daniel berteriak meninju sofa dengan sekuat tenaga.
"Aku memang bodoh, brengsek." Daniel memukul - mukul kepalanya dan menampar wajahnya sendiri sampai air matanya pun tak mampu dia bendung lagi.
"Maafkan gue Ra..Ade Abang maafin ayah..hiks..hiks."
Daniel terus saja menangis terisak mengusak rambutnya kasar. Dia terus saja meracau merutuki kebodohannya. Kemudian dia bangkit berdiri menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil sebotol wine dari sana.
Taaaaakkkk
Dia membuka tutup botolnya dan langsung menenggaknya sambil berjalan kembali ke sofa. Dia mendudukkan dirinya dan terus saja meminumnya di selingi air mata yang tidak tahu diri, juga ikut keluar hingga tak sadarkan diri.
Pada pukul 01.20 dini hari, Daniel terbangun dari ketidaksadarannya. Botol wine yang sudah kosong tergelatak begitu saja di pinggiran sofa. Perlahan Daniel bangun, memegang kepalanya yang berdenyut pusing dan terasa begitu berat. Mencoba mengembalikan kesadarannya kembali sebelum akhirnya dia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
Membuka seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk berendam air hangat. Setelah selesai membersihkan dirinya, Daniel merebahkan tubuhnya untuk kembali beristirahat. Walaupun perutnya terasa lapar tapi Daniel lebih memilih untuk tidur.
***
Sinar matahari yang hangat masuk menerpa wajah Rara, mengusik kenyamanan tidurnya. Dia melirik jam yang ada di atas nakas. Masih terlalu pagi pikirnya untuk bangun. Hari ini adalah hari minggu. Rara berniat untuk mengajak kedua buah hatinya jalan - jalan hari ini.
Ade dan abang pasti belum bangun, pikir Rara. Dia pun memilih untuk tetap bergelung dengan selimut tebalnya. Masih ingin menikmati kenyamanan pagi ini. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok cantik dan mungil di depan pintu. Rara bangun dan merentangkan kedua tangannya. Ria menghampirinya dan menghambur ke dalam pelukan sang bunda. Rara mengecup puncak kepala Ria dan juga kedua pipinya
"Pagi putri bunda."
"Bunda ade lapar."
Rara tertawa dengan tingkah lucu Ria yang selalu saja terlihat menggemaskan ketika mengatakan lapar. Rara kembali mengecup pipi putrinya dan mengacak rambutnya.
"Baiklah. Bunda akan buat sarapan. Tapi bunda mandi dulu ya sayang."
Ria menggangguk senang dengan menampilkan senyum lebarnya yang memperlihatkan gigi susunya yang rapi dan putih.
"Abang sudah bangun?"
"Abang sedang nonton tv bunda."
Setelah mandi, Rara menuju dapur dan membuat sarapan untuk mereka bertiga. Dia membuat sandwich kesukaan mereka dan tak lupa dua gelas susu untuk Ria dan Rio. Sementara Rara memilih untuk meminum secangkir teh hijau.
Karena tidak ingin mengganggu kegiatan si kembar yang sedang menonton kartun kesukaan mereka, Rara sengaja membawa sarapan mereka ke depan untuk menemani mereka menonton.
"Sambil sarapan ya sayang." Kata Rara lembut mengingatkan kedua anaknya.
Sambil menikmati sarapan, terkadang tawa juga hadir di tengah mereka karena melihat tingkah laku kartun yang kocak. Bahkan Ria sampai memukul meja dengan boneka beruang di tangannya karena tertawa.
Rara bahagia melihat keceriaan mereka. Dia berharap akan selalu seperti ini selamanya. Meskipun tidak ada sosok ayah di antara mereka. Mengingat kata 'ayah' membuat wajah Rara seketika berubah. Hal itu juga mengingatkan kembali kejadian kemarin. Rara menyakini satu hal kalau Daniel sudah mengetahui siapa Rio dan Ria.
Rara tahu bahwa adalah sebuah dosa besar apabila dia terus menyembunyikan kebenaran ini. Tapi dia masih belum ada niat untuk menceritakannya. Setidaknya untuk saat ini dulu. Kalau sudah waktunya, dia pasti akan menceritakan semuanya. Walaupun pada awalnya Rara ingin mengubur kebenarannya. Tapi ketika ingat saat di Rumah Sakit Rio menanyakan tentang Daniel, itu sedikit merubah pendiriannya. Dia tidak mau di benci anak - anaknya. Mereka berhak tahu. Mereka berhak memilik ayah mereka seutuhnya. Mereka berhak untuk bahagia dengan ayah mereka. Daniel juga berhak tahu tentang mereka.
"Bun..Ade mau buah. Bundaaa."
Ria menggoncangkan bahu bundanya dan sedikit berteriak di depan Rara yang seketika tersadarkan dari lamunannya.
"Ya kenapa sayang?"
"Ade mau buah bunda." Rengek Ria.
"Bunda lagi mikirin apa sih? Dari tadi ade panggil - panggil gak denger." Ria cemberut mengerucutkan bibirnya.
"Gak mikir apa - apa sayang. Tunggu sebentar bunda ambil ya." Rara mengecup pipi Ria dan beranjak pergi ke dapur.
"Bunda kenapa ya bang?" Ria mencolek lengan abangnya.
"Mana abang tau." Rio mengangkat kedua tangannya menggedikkan bahunya.
Rara datang membawa potongan buah apel dan pir di dalam piring dan meletakkannya di atas meja.
"Nah ini buahnya untuk putra dan putri bunda"
"Makasih Bunda." kata mereka bersamaan dan keduanya memberikan ciuman manis di kedua pipi kiri dan kanan Rara. Rara sangat bahagia mendapatkan perlakuan Manis dari anak - anaknya.
***
Pukul 15.00 sore Rara mengajak kedua buah hatinya untuk jalan - jalan. Dan disinilah mereka bertiga saat ini, di salah satu mall terbesar di kotanya. Tentu saja dari ketiganya yang paling senang adalah Ria. Bunda dan abangnya kadang tertawa ringan melihat tingkah laku Ria yang sangat bahagia sekali kalau sudah berada di mall. Karena apapun permainan dan keinginannya pasti di turutin.
Dan abang tersayang selalu ada disampingnya untuk menjaga kalau terjadi apa - apa. Memang Abangable banget ya Rio😊 (Author yang nulis jadi gemes sendiri).
Tanpa Rara sadari dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan mereka. Dia ingin mendekat tapi ragu. Kakinya ingin melangkah sesuai keinginan hatinya tapi otaknya menahan untuk berkata diam. Tapi dia tidak bisa menghentikan keinginan hatinya. Akhirnya dia memilih melangkah mendekati Rara.
"Ekheemm" Dia berdehem di belakang Rara.
Sontak Rara memalingkan wajahnya mencari sumber suara tadi. Rara yang sedang asik memperhatikan anak - anaknya bermain terpaksa mengalihkan atensi nya pada pria yang ada di hadapannya sekarang.
"Rara kan?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya.
"Iya" Jawab Rara singkat dan membalas menyalaminya.
"Eeemm, masih ingat gue kan? Gue pernah satu seko---"
"Iya saya ingat sama kamu dan juga saya ingat siapa kamu waktu sekolah dulu." Dengan cepat Rara memotong ucapan Ardi.
Ya pria yang saat ini ada di hadapannya adalah Ardi. Mana mungkin Rara lupa dengan sosok Ardi yang sama brengseknya dengan Daniel. Dia adalah salah satu sahabat Daniel, yang dengan suka rela memberikan Mobilnya sebagai hadiah taruhan waktu itu. Mengingat hal itu membuat sakit hati Rara kembali terasa. Dia menatap tidak suka pada Ardi.
Ardi yang menyadari tatapan tidak suka Rara padanya hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia juga terlihat seperti orang bodoh yang tidak tahu mesti berbuat apa.
"Maaf"
Kata itu tiba - tiba keluar dari mulut Ardi. Mungkin sangat terlambat tapi tidak ada salahnya meminta maaf pikir Ardi. Karena dia juga menyadari kesalahannya waktu itu.
"Bunda, ade haus." Ria bergelayut manja di lengan bundanya. Sementara Rio mengekori adiknya dari belakang.
Mata Ardi terbelalak sempurna dan mulutnya terbuka. Dia sungguh terkejut melihat dua bocah di depan matanya. Dia sungguh mempercayai apa yang dikatakan Daniel dan David padanya.
"Sungguh wajah mereka duplikatnya Daniel. Anak yang laki beneran kembaran si Daniel." Batin Ardi.
Sadar akan arah mata Ardi pada kedua anaknya yang sedang meneliti sesuatu, akhirnya Rara memilih untuk mengakhiri pertemuan mereka.
"Maaf saya harus pergi. Permisi".
Tanpa menunggu balasan dari Ardi, Rara melenggang pergi dari sana bersama si kembar.
Ardi yang di tinggalkan hanya bengong mematung menatap kepergian Rara tanpa ekspresi di wajahnya.
(Mungkin ga lama lagi Ardi kerasukan kali ya😂 maaf jiwa receh Author muncul tiba - tiba hehehe).
Ardi kemudian merogoh ponsel di saku celananya dan menghubungi seseorang.
"Halo Dan..gue ketemu anak - anak lo"
🌼🌼🌼🌼🌼
Lidya minta maaf ya karena ke tidak telitian dalam menulis. Setelah published dan Lidya baca kembali, ternyata ada banyak kesalahan dalam mengetik huruf dan juga kata yang dobel ketik. Typo di mana - mana🙏
Mohon tetap dukung Lidya membuat cerita ini. Saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan.
Terima kasih.
Salam
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
maura shi
auto bego sendiri si ardi
2021-12-04
0
Erma Wahyuni
sepertinya sahaabt daniel sudah curiga sama ria dan rio dupkikat daniel
2021-07-12
1
Sri Haryanti
wis ora popo mba Lidya 🥰💪
2021-06-13
0