Pagi ini Rara sudah sibuk didepan laptopnya. Pekerjaan kantornya sudah sangat menumpuk karena tidak masuknya beberapa hari yang lalu. Dia bersyukur keadaan putrinya sudah sangat membaik. Ria bahkan sudah bisa berjalan dengan baik. Sedangkan putranya masih sama seperti sebelumnya meskipun pada dasarnya anak itu memang pendiam. Tapi Rara tidak bisa memungkiri sifat dewasa yang dimiliki putranya meskipun tidak sesuai usianya.
Rara masih belum bisa menceritakan kebenarannya pada kedua buah hatinya. Dia masih belum siap.
Ddrtttt..ddrrrttt..
"Hello Rara..I miss you beb" Sapa seseorang di seberang sana
Rara sedikit cemberut dan mencebik "ck..kenapa baru sekarang menghubungiku?? Kamu pasti berselingkuh dari ku kan??"
"Aku tidak berani berselingkuh dari mu beb hahahaa.."
"Kamu pikir aku percaya begitu saja dengan ucapan mu?? Saat bersama ku saja gadis - gadis disana berani menggodamu di depan ku."
Pintu ruangan terbuka dan Daniel masuk langsung menuju meja kerjanya. Dia sempat menghentikan langkahnya ketika mendengar sekretarisnya alias wanitanya (bolehkah dia berkata bahwa Rara itu wanitanya? Pikirnya) sedang asik berbicara di telepon dengan seseorang yang tidak Daniel ketahui. Bahkan Rara sendiri tidak sadar kalau Daniel sudah datang.
"Coba saja kalau kamu berani berselingkuh dari ku, aku tidak akan pernah memaafkan mu." Ucap Rara tersenyum.
Daniel melihat senyum itu sempat terpaku. Dia tidak pernah melihat Rara tersenyum begitu manis saat bersamanya. Bahkan saat mereka masih sekolah dulu. Tapi hari ini senyum Rara bukan untuknya. Siapa laki - laki itu. Daniel bertanya - tanya sendiri dalam hati
Nya. Tanpa sadar rahangnya sedikit mengeras dan hatinya juga memanas mendengar percakapan Rara yang terdengar seperti berbicara dengan seorang kekasih.
"Hahahaa..sifat kamu masih sama seperti dulu. Aku sangat merindukan mu Ra"
"Aku juga merindukan mu. Kap---"
Braaaaakkk
Belum sempat Rara menyelesaikan kalimatnya. Pintu ruangan tiba - tiba saja tertutup dengan keras. Rara mengelus dadanya pelan sembari matanya menoleh ke arah pintu "Astaga!!apa itu tadi? Aahhh mungkin angin yang menutupnya" Gumam Rara.
"Tom, nanti kita sambung lagi ya. Aku harus menyelesaikan pekerjaan ku secepatnya." Ujar Rara.
"Baiklah Ra..sampaikan salam untuk si kembar."
"Tentu" Jawab Rara kemudian mematikan sambungan teleponnya.
Tak berselang lama Daniel datang kembali tanpa ekspresi di wajahnya. Rara kemudian berdiri dan menyapa Daniel.
" Selamat Pagi Pak."
"Hemm"
Daniel tanpa menoleh pada Rara kemudian duduk di belakang mejanya dan mulai melanjutkan pekerjaannya. Rara menghembuskan kasar nafasnya dan kembali berkutat dengan laptop miliknya.
Cukup lama mereka terdiam dalam pekerjaan mereka masing - masing, sebelum akhirnya Daniel memecahkan keheningan di antara mereka.
"Siapa tadi?" Tanya Daniel penasaran.
Walaupun matanya masih fokus pada lembaran kertas di depannya.
"Bapak bicara sama saya?" Tanya Rara balik.
"Memangnya ada orang lain dalam ruangan ini selain kita." Daniel mendengus kesal.
"Jawab pertanyaan saya!"
"Pertanyaan yang mana?" Rara mengernyitkan dahinya bingung.
"Ck..ck..yang bicara di telepon dengan kamu tadi siapa?"
"Oh itu..bukan siapa - siapa." Jawab Rara.
"Bukan siapa - siapa? Tapi bicaranya mesra gitu." Daniel menajamkan matanya menatap Rara.
Rara yang merasa aneh dengan tatapan Daniel sempat kaget dan tersenyum tipis.
"Kenapa? Cemburu?" Tanya Rara sembari menatap balik Daniel.
"Apa? Cemburu? Yang bener saja. Buat apa saya cemburu?" Daniel terlihat salah tingkah kemudian berpura - pura membersihkan lengan kemejanya.
"Baguslah kalau begitu." Ujar Rara dengan tersenyum sambil menopang dagunya setelah itu dia kembali fokus pada pekerjaannya.
Merasa di acuhkan Daniel hanya mendengus kesal dan memilih pergi keluar dari ruangannya.
"Dasar cowok labil." Ucap Rara pelan sembari menggelengkan kepalanya dan tersenyum melihat tingkah Daniel.
Rara sendiri heran kenapa bisa dia bersikap demikian pada bos nya. Mungkin suasana hatinya sedang senang hari ini karena mendapat telepon dari sahabatnya.
Ya, Thomas adalah sahabat Rara yang selalu ada disisinya dalam keadaan terpuruk saat dia kuliah di Australia. Thomas juga berasal dari Indonesia. Walaupun ayahnya berkebangsaan Amerika.
Banyak yang mengira mereka adalah pasangan kekasih bahkan suami istri. Karena Thomas juga selalu ada buat anak - anak Rara. Tapi sayangnya Rara hanya mengganggap Thomas tidak lebih dari sahabat, bahkan bagi Rara Thomas sudah ia anggap sebagai kakaknya.
Selain Thomas, Rara juga punya sahabat bernama Jane. Gadis itu terlalu baik. Dia tidak segan - segan melakukan apapun untuk membantu Rara.
"Aaahhh..aku sungguh merindukan mereka." Gumam Rara.
Dia memperhatikan foto - fotonya bersama Thomas dan Jane. Dia merindukan masa - masa mereka saat masih kuliah.
***
Saat ini Daniel sedang berada di rooftop kantornya. Setelah berdebat kecil dengan Rara tadi, dia memutuskan untuk berada di sini sejenak. Sekedar menenangkan pikirannya sembari menikmati sejuknya hembusan angin.
Banyak hal yang ada di pikirannya saat ini. Salah satunya adalah pembicaraannya bersama ketiga sahabatnya semalam. Dia ingin membuktikan perkataan David yang mengatakan dengan yakin bahwa Ria dan Rio adalah anaknya.
Kalau dia melakukan Tes DNA itu artinya dia harus melakukannya diam - diam tanpa sepengetahuan Rara. Karena mustahil bagi Daniel untuk meminta izin melakukan itu. Apabila dia harus melakukannya, dia harus bertemu anak - anak itu lagi. Paling tidak punya waktu bersama dengan mereka.
"Tapi apa alasan gue ya mau membawa anak - anaknya untuk bertemu dengan gue? Gue harus punya alasan kuat biar Rara ga curiga sama gue." Daniel bermonolog sendiri memejamkan matanya sembari jari - jarinya tangannya mengetuk - ngetuk pahanya.
"Kayanya gue harus bicarakan ini dengan David. Gue perlu bantuan dia." Gumam Daniel.
Kemudian dia merogoh Hp di saku celananya. Memencet nomor seseorang yang tidak lain adalah David.
"Ada apa bro hubungin gue jam segini? Ga kaya lo biasanya." Ujar David heran diseberang sana.
"Gue perlu bantuan lo." Jawab Daniel
David yang berbaring segera mendudukkan tegak tubuhnya.
"Lo sehat kan bro? Lo bukan kaya Daniel yang gue kenal suka minta bantuan Orang lain."
"Ck..ga usah di bahas juga kali." Daniel mendengus sebal.
"Gue mau minta bantuan dari lo gimana caranya gue bisa bawa anak - anak Rara pergi main sama gue?? Gue kepikiran ama yang lo bilang semalam. Gue mau tes DNA. Tapi alasan gue apa supaya Rara ga curigaan ama gue." Daniel menjelaskan maksud dan tujuannya pada David.
"Hahahaha...itu doank?? Lo ga usah kuatir. Ntar gue yang atur. Lo tenang aja bro."
"Yang bener lo?? Lo ga lagi becandain gue kan??"
"Buat apa gue becandain lo. Gue emang punya niat bantuin lo Dan.. gue yakin si kembar itu anak - anak lo. Pokoknya lo ga usah kuatir. Gue pasti bantuin lo."
"Baiklah kalo gitu. Gue tunggu kabar baik dari lo bro." Daniel menutup teleponnya sembari tersenyum lebar. Tapi tiba - tiba senyumnya hilang karena mengingat percakapan Rara di telepon tadi.
"Huuuuhhhh" Daniel menghembuskan nafasnya kasar. Kemudian dia beranjak pergi untuk kembali ke ruangannya. Untungnya hari ini tidak ada jadwal rapat. Jadi Daniel bisa bersantai sedikit menikmati hari ini.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Halo semua😊
Apa kabar readers..?? Lidya harap semuanya dalam keadaan sehat ya. Tetap patuhi protokol Kesehatan dan doa Lidya pandemi covid - 19 segera berlalu. Amin🙏
Mohon dukungan nya untuk karya kedua Lidya kali ini ya. Saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan agar tulisan ini lebih baik lagi ke depannya. Terima Kasih.
Salam
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Sagu_gulaaaaa
🥰💗
2021-07-17
0
Erma Wahyuni
suka sama cerita nya jelas
2021-07-12
0
Casnialovly Purple
Jane yg jdi istri David ya
2021-06-02
0