Sampai di apartemen Daniel menuju kulkas dan mengambil botol air kemudian meminumnya. Ia duduk dan menyelonjorkan kakinya di sofa dan berbaring. Tangan kirinya berada di atas dahinya.
Ia sudah menyakiti wanita yang sangat dia cintai. Ya, sejak Rara menghilang sehari setelah kelulusan, Daniel terus mencarinya.
Rumahnya kosong melompong. Teman sekelas Rara yang ia kenal juga tidak ada yang tahu kemana perginya. Hingga saat hari mereka akan mengambil Ijazah SMA, Daniel menanyakan perihal Rara pada wali kelasnya. Karena ia bingung tak melihat Rara datang ke sekolah.
Dari wali kelas Rara, Daniel mengetahui bahwa Rara mendapatkan beasiswa S1 nya ke luar negeri. Ia berangkat sehari setelah kelulusan. Sejak itulah Daniel merasa sangat bersalah. Ia belum sempat meminta maaf pada Rara, karena sudah melukai Rara terlalu dalam, bahkan ia pun sudah merenggut paksa keperawanan Rara dalam keadaan setengah mabuk. Ia tidak tahu sejak kapan ia jatuh cinta pada Rara, tetapi ia baru menyadarinya setelah kepergian Rara.
"Tolong maafin aku Ra." Lirih Daniel.
***
"Pagi Bunda." Ria menyapa sang bundanya dan memberikan kecupan selamat pagi di pipinya. "Bunda sakit ya?" Ria menaruh telapak mungil tangannya di dahi bundanya.
Bundanya hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Bunda gak sakit kok. Bunda hanya lelah saja. Putri cantik bunda sudah lapar ya?" Rara berkata lembut pada putrinya.
Sekalipun Rara begitu membenci ayah anak-anaknya, tapi baginya Rio dan Ria adalah malaikat kecilnya. Yang selalu memberikan kebahagiaan dalam hidupnya. Karena itu ia sangat protektif sekali terhadap kedua buah hatinya.
"Abang sudah bangun?" Tanya Rara pada Ria.
"Ade ga tau. Biarin aja abang tidur. Ga usah di kasih sarapan." Ucap Ria dengan mengerucutkan bibirnya.
"Lho kok gitu sama abang? Abang itu saudara ade. Abang yang akan jaga ade kalo ada yang berani gangguin ade." Ucap Rara lembut.
"Tapi abang nyebelin bun. Abang suka jahilin ade." Ria menggembungkan kedua pipinya karena kesal.
"Itu tandanya abang sayang sama ade. Ayo sekarang kita ke dapur. Bunda siapin sarapan." Rara mengajak putrinya turun ke bawah.
Hari ini Rara memutuskan resign dari kantor Daniel. Ia akan menyerahkan surat pengunduran dirinya siang nanti.
Lebih baik bekerja di tempat lain dari pada harus bekerja di perusahaan Daniel, pikir Rara.
Setelah menyelesaikan sarapan dan mengurus kedua anaknya, Rara bersiap akan berangkat ke perusahaan Daniel. Sebelumnya ia sudah menitipkan Rio dan Ria pada Marwah.
.
.
.
Tiba di lobi bawah Rara segera masuk ke dalam lift menuju ruangan Daniel.
Ting!
Ia keluar lift dengan perasaan yang campur aduk. Tapi bagaimanapun ia harus siap bertemu kembali dengan Daniel setelah apa yang terjadi kemarin.
Saat ia sudah berada tepat di depan pintu ruangan Daniel, Rara menghembuskan nafas panjang. Kemudian mengetuk pintu dan perlahan memutar knop pintu dan masuk ke dalam.
Daniel menoleh ke arah pintu kemudian fokus kembali pada pekerjaannya sambil tersenyum sendiri.
"Ku pikir kamu tak datang bekerja." Daniel membuka percakapan tanpa mengangkat wajahnya.
Rara melangkah mendekati meja kerja Daniel dan meletakkan sebuah amplop putih di atas meja, dengan ekspresi datar.
Daniel mengerutkan keningnya kemudian menatap Rara sebentar. "Apa ini?" Tanya Daniel menunjuk benda tersebut dengan dagunya.
"Itu surat pengunduran diriku. Aku hanya datang untuk mengantarkan ini." Kemudian Rara berbalik hendak pergi. Tapi tertahan karena kata - kata Daniel menghentikan langkahnya.
"Rara tunggu!" Ujar Daniel lalu meletakkan kontrak kerja Rara di atas mejanya. "Aku ingin kamu membacanya dulu." Lanjut Daniel.
"Jika kamu paham dengan isi kontrak itu maka keputusannya ada di tangan mu." Lanjut Daniel sambil melipat tangannya di dada, memandang wanita yang ia cintai ini. Ia harus pelan - pelan meluluhkan hati wanitanya ini.
Rara mengambilnya dan membacanya, matanya membulat sempurna dan menatap Daniel seakan ingin memakannya hidup-hidup. Daniel yang melihat reaksi Rara hanya tersenyum tipis.
"Permainan apa lagi ini Daniel? Apa kamu masih tidak puas untuk menyakitiku??" Rara melempar kontrak kerja tersebut tepat di wajah Daniel dengan penuh emosi. Sontak Daniel menggeram, ia berdiri.
"Rara!!" Daniel meninggikan suaranya,, sempat membuat Rara terkejut.
"Permainan apa yang kamu maksud? Tidak ada permainan disini. Seharusnya sebelum kamu menyetujui bekerja disini kamu sudah tahu tentang kontrak kerja mu. Dan disitu sangat jelas tertulis apabila kamu melanggar kontrak sebelum masanya, kamu harus siap membayar dendanya. Dan itu berlaku untuk semua karyawan disini. Dan apabila kamu tidak mau membayarnya maka perusahaan akan menuntut mu secara hukum." Daniel menjelaskan secara panjang lebar dengan sangat tegas kemudian melonggarkan dasinya.
"Aku mohon Ra, pikirkan sekali lagi. Aku janji aku tidak akan mengganggu mu. Kita akan bekerja secara profesional. Pekerjaan ku cukup terganggu karena tidak ada sekretaris pribadi yang membantu ku beberapa hari ini. Jadi bisakah aku memohon padamu Ra untuk menolong ku?" Daniel berkata sangat lembut berharap Rara mau mengurungkan niatnya untuk resign dari perusahaannya. Karena cara ini saja yang merupakan kesempatan bagi Daniel untuk memperbaiki semua kesalahannya pada Rara.
Rara hanya diam, ia tidak mampu bergerak lagi. Hanya pandangannya yang menatap Daniel nanar. Ia berpikir bukan masalah denda yang harus ia bayar, tapi yang dia pikirkan adalah bagaimana nasib anak - anaknya jika ia harus terlibat masalah hukum. Tanpa ia sadari air matanya jatuh di pipi mulusnya.
Daniel perlahan mendekati Rara, hatinya terasa sakit melihat air mata membasahi wajah wanitanya. Ia mengumpulkan keberanian untuk mengusap air mata itu. Seketika Rara mengangkat wajahnya menengadah menatap Daniel. Air matanya terus mengalir. Ada rasa hangat di hatinya kala tangan Daniel menyentuh wajahnya. Mengusap lembut air matanya.
"Ra, aku mohon maafkan aku." ujar Daniel lembut dan membalas menatap Rara.
"Aku tahu aku sudah menjadi laki - laki brengsek di mata mu. Perbuatan ku tidak termaafkan. Aku sungguh menyesalinya Ra." Daniel mengalihkan pandangan nya dari Rara, suaranya terdengar agak serak. Ada air mata yang menggenang di pelupuk matanya dan siap jatuh.
Ia memalingkan wajahnya agar Rara tidak melihatnya ketika air mata itu jatuh.
Tapi itu terlambat, Rara melihatnya. Tiba-tiba saja tubuh Rara terduduk lemas di lantai.
Daniel menoleh dan membawa Rara ke dalam pelukannya. Rara berontak memukul dada Daniel, tapi justru Daniel semakin mengeratkan nya. Rara tak mampu bergerak lagi, ia hanya menangis di dada bidang Daniel. Kemeja Daniel basah karena air mata Rara. Tapi Daniel tidak mempedulikannya. Ia hanya ingin menenangkan Rara dalam pelukannya.
"Kamu jahat Daniel..." Ucap Rara di sela isak tangisnya.
"Maafkan aku Ra, aku mohon." Daniel mengelus lembut rambut Rara.
Daniel melepaskan pelukannya perlahan, kemudian menuntun Rara untuk berdiri dan duduk di sofa. Daniel mengambil segelas air dan memberikannya pada Rara.
"Minum dulu Ra." Daniel juga memberikan tisu pada Rara
Setelah meminumnya. Rara terlihat lebih tenang. Kembali ia menatap Daniel, kemudian memutuskan kontak mata mereka.
"Berikan aku jadwal kerja mu. Lalu dimana meja kerja ku? Aku bisa memulainya hari ini." Rara mengusap wajahnya yang masih basah dengan tisu yang Daniel berikan tadi.
Kemudian ia merapikan penampilannya dan berdiri. Kalau bukan karena memikirkan kedua buah hatinya, Rara sungguh tidak sudi menerima pekerjaan ini. Karena baginya, Rio dan Ria adalah prioritas utama dalam hidupnya.
Jika dia tetap bersikeras untuk resign dan mendapatkan tuntutan hukum, siapa yang akan menjaga mereka. Sementara Rara sendiri anak yatim piatu, tidak ada sanak keluarga lagi. Rara pikir ini ada keputusan yang tepat.
Tangannya mengadah ke arah Daniel meminta sesuatu "Jadwal kerja mu." Ucap Rara datar.
Daniel kemudian tersadar dan segera berdiri dan melangkah menuju meja nya. "Ekheem!!" Daniel berdehem untuk mengatasi suasana canggung yang ia rasakan. Kemudian ia menelpon Nita untuk datang ke ruangannya.
Pintu terbuka, nampaklah Nita masuk ke dalam ruangan. Daniel meminta Nita untuk memberikan jadwal kerjanya pada Rara, dan meminta Nita mengantarkan Rara ke meja kerjanya, yang masih berada satu ruangan dengan Daniel.
Daniel sebenarnya ingin meminta Rara bekerja mulai besok saja. Tetapi ketika ia melihat Rara sudah serius di depan laptopnya, ia membiarkannya. Paling tidak, mulai hari ini tidak akan berdebat lagi dengan Rara. Semoga saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Elis Konkon
hi sist, mampir juga ya di novelku
Love Late
semoga suka🙏
2021-12-17
1
Elis Konkon
semoga daniel cepat tahu kalau pny anak dari rara
2021-12-17
0
Erma Wahyuni
😭😭😭😭
2021-07-12
0