Menceritakan Mimpi

Sesampainya Daniel di ruangannya, ia mendudukkan dirinya di sofa. Ia memejamkan matanya sambil memijit pelipisnya.

"Permisi pak. Ini kontrak kerja yang Bapak minta tadi." Ujar pak Hans.

"Letakkan saja di meja. Kau boleh pergi. Terima kasih." Ujar Daniel

"Baik Pak" Pak Hans pamit keluar dari ruang kerja Daniel.

Ia berjalan melangkah ke meja kerjanya, membaca kontrak kerja Rara dengan perusahaannya.

"Kamu ga akan bisa jauh dari ku lagi Ra." Daniel memegang kontrak kerja tersebut dan menarik kedua sudut bibirnya ke atas, ia tersenyum.

***

Sampai di apartemen, Rara langsung naik ke lantai atas dan masuk kamarnya. Ia melempar tasnya sembarang dan merebahkan tubuhnya di kasur. Sepanjang perjalanan pulang tadi ia terus berteriak mencaci maki Daniel dan menangis. Matanya bengkak, wajahnya sembab. Ia sungguh tidak menyangka hari ini adalah hari yang sangat sial baginya.

"Aku sunguh membenci mu Daniel. Sampai kapan pun aku akan tetap membenci mu" lirih Rara.

Air matanya kembali mengalir tanpa ijin darinya. Luka lama itu kembali terbuka. Bahkan lukanya masih belum benar - benar mengering.

"Aku yang bodoh terlalu percaya sama kamu..hiikkss..hikss..bahkan aku percaya kalo kamu benar - benar mencintaiku hiikkss.. ternyata itu semua bohong." Dengan suara sangat pelan dan air matanya terus mengalir.

Flashback On

Sejak kemarin Rara merasa tidak enak badan. Kepalanya pusing, perutnya mual, dan muntah - muntah. Ia tidak mampu berangkat sekolah dan hanya mengirim pesan pada teman sekelasnya bahwa ia sakit.

Rara hanya sendiri di rumah. Orang tuanya semua sudah meninggal. Ia anak yatim piatu dan tak punya saudara. Untunglah ia memiliki otak yang cerdas sehingga sejak ia masuk SMA mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Dan untuk kebutuhan sehari - hari, Rara menitipkan kue dagangannya ke warung atau toko.

Ia mencoba bangkit dari tempat tidur, masih memegang kepalanya dan tanpa sengaja ia melihat kalender di meja belajarnya. Ia mencoba mengingat sesuatu dan seperti orang syok, Rara membekap mulutnya sendiri.

"Tidak..ini tidak mungkin." Rara menggelengkan kepalanya dan ingin menangis.

Ia berdiri dengan perlahan berjalan ke meja belajarnya, meraih kalender disana. Matanya menatap setiap tanggal yang ada di sana. Seketika air matanya jatuh dan Rara terduduk lemas di lantai.

"Tidak..jangan..ini tidak mungkin." Ucap Rara masih tak percaya dan menggelengkan kepalanya.

Kemudian tangannya beralih pada perut datarnya. Apa mungkin ia hamil? Pikirnya. Haidnya sudah terlambat 2 minggu.

Ia tidak mampu berkata - kata lagi. Ia bingung dan hanya menangis. Ia tidak tahu harus melakukan apa. 2 minggu lagi Ujian Nasional. Ia meraih ponselnya bermaksud menghubungi Daniel. Tapi sama sekali tidak di angkat. Kemudian ia mengirim pesan ke Daniel

To : Daniel

Kita harus bicara ada hal penting yang ingin ku sampaikan.

Sekian lama pesan itu terkirim tapi tak ada juga balasan Daniel. Hati Rara semakin gusar memikirkan masa depannya seperti apa nanti.

Malamnya Rara pergi ke apotik untuk membeli testpack. Ia harus yakin dulu sebelum ia bicara dengan Daniel. Bagaimanapun Daniel harus tahu.

Pagi-pagi sekali Rara melakukan tes kehamilan. Ia meletakkan alat itu dan memejamkan matanya. Ia berharap hasilnya negatif. 5 menit kemudian ia membuka matanya dan apa yang ia harapkan tidak terkabul. 2 garis di sana terlihat sangat jelas.

Rara membeku. Ia hanya bisa menangis meratapi nasibnya sambil memegang perutnya.

30 menit kemudian Rara siap-siap berangkat sekolah. Ia naik bus seperti biasanya. Sesampainya di sekolah matanya menelisik setiap koridor dan lapangan sekolah. Ia mencari Daniel. Tapi yang ia cari tidak kelihatan.

Saat bel istirahat berbunyi, Rara segera keluar untuk mencari Daniel. Ia tadi sudah mengirim pesan untuk Daniel agar menemuinya di taman belakang sekolah. Saat ia melewati koridor kelas menuju Taman belakang, samar-samar ia mendengar namanya di sebut. Rara memperlambat langkahnya dan diam sejenak.

"Gue ga nyangka lo sanggup nyelesain 2 tantangan dari kita." Ardi menepuk pundak Daniel.

"Gue penasaran gimana caranya si culun Rara bisa jatuh cinta sama lo?" Tanya David.

Daniel kemudian mendekati David dan berkata "lo harus pintar - pintar ngerayu bro.. bahkan gue ga nyangka kalo bisa dapat perawannya dia. Yah meskipun dalam keadaan setengah sadar." Dengan bangganya Daniel berkata demikian kepada para sahabatnya.

Eric yang duduk di atas meja langsung berdiri. "Gila! Yang bener lo bro! Lo ga bohongin kita kan?" David dan Ardi hanya melongo menatap Daniel tak percaya.

"Emang selama ini gue pernah bohong apa." ucap Daniel menyakinkan mereka.

Ardi melemparkan kunci mobilnya ke meja David. "karena lo menang taruhan, mulai sekarang mobil gue jadi hak milik lo. Surat-suratnya semua ada di dalam mobil." Ucap Ardi menambahkan.

Tanpa mereka sadari, Rara yang mendengarnya, tak kuasa menahan laju air matanya. Hatinya begitu sakit mengetahui bahwa dirinya hanya di jadikan taruhan. Kehamilannya di jadikan taruhan. Pandangan Rara mulai kabur, dan semakin lama semakin gelap. Hingga ia jatuh tak sadarkan diri

Baaaaaaappp

Mendengar ada yang terjatuh diluar, Eric kemudian beranjak keluar kelas dan terkejut melihat Rara pingsan di depan kelas mereka.

"D-Daniel, R-rara pingsan! Cepat antar ke UKS!" Ujar Eric panik.

Daniel yang mendengar hal itu berdiri dan melihat Rara tergeletak tak berdaya di depan kelas mereka. Daniel segera mengangkat Rara ke ruang UKS. Banyak pasang mata yang melihatnya.

Daniel sangat gugup. Ia takut kalau Rara mendengar semua percakapan mereka tadi. Ia sungguh gelisah. Ketiga sahabatnya juga merasakan hal yang sama. Mereka yakin kalau Rara mendengar semuanya, sehingga ia pingsan.

Cukup lama Rara sadar kembali. Ia membuka matanya perlahan, kepalanya sangat pusing. Daniel yang melihat Rara sudah sadar datang menghampirinya.

"Apa ada yang sakit?" Daniel duduk di dekat Rara sambil menggenggam tangan Rara.

Rara menatap Daniel dengan tatapan terluka, menarik paksa tangannya dalam genggaman Daniel. Tanpa suara Rara menggerakkan tubuhnya perlahan turun dan berusaha berdiri walau ia merasakan tubuhnya sangat lemah dan kepalanya masih pusing.

Sesaat ia akan melangkah pergi, Daniel menahan langkahnya dan mencengkram tangannya "kamu mau kemana?"

Rara melihat kebawah ke arah tangannya dan kembali mengarahkan tatapannya pada Daniel.

"Lepasin tangan ku!!" suaranya gemetar.

Dengan sangat hati - hati Rara melangkahkan kakinya. Daniel berusaha untuk menahan kepergian Rara lagi dengan berdiri tepat di hadapan Rara.

"Ra, kamu istirahat dulu sebentar ya. Setelah itu aku antar kamu pulang." Ucap Daniel dengan nada khawatir.

Tanpa memandang Daniel, dengan suara bergetar Rara mengucapkan kalimat yang membuat hati Daniel sangat terkejut dan tak mampu berkata - kata lagi.

"Mulai sekarang jauhi aku. Terimakasih untuk semuanya. Anggap saja semua yang kita lewati tidak pernah terjadi. Mulai hari ini dan seterusnya kita kembali pada titik awal, di mana kita adalah orang asing dan tidak saling kenal. Dan ya, ku ucapkan selamat karena kamu sudah menang taruhannya. Bersenang - senanglah dengan hadiahnya." Rara menepuk bahu Daniel dengan pelan sambil mengusap air matanya kasar, tersenyum getir kemudian berlalu pergi meninggalkan Daniel yang diam mematung.

Kata - kata Rara sangat menampar dirinya. Tanpa ia sadari ia sudah menjadi lelaki brengsek. Ia berbalik dan hanya menatap punggung Rara yang sudah menjauh pergi meninggalkannya.

Flashback Off

* * *

Kamar terasa mulai gelap ketika Rara terbangun. Karena kelelahan menangis ia sampai ketiduran hingga senja menjelang. Kepalanya terasa pusing dan matanya juga terlihat sembab. Rara perlahan bangun dan duduk di tepi ranjang. Memandang langit yang terlihat mulai gelap berwarna kejinggaan dari jendela kamarnya.

Sungguh pemandangan yang sangat menenangkan tapi tidak mampu membuat hatinya nyaman saat ini. Sungguh hal yang tak disangka terjadi hari ini. Seseorang yang begitu ingin dia hindari seumur hidupnya, justru muncul dengan cara yang mengejutkan. Mengapa takdir begitu teganya mempermainkan hidupnya. Apa yang harus aku lakukan, batin Rara.

"Bunda, lagi ngapain?" Ria sudah berada di depan pintu kamar Rara.

Seketika Rara menoleh ke pintu kamarnya yang terbuka. Disana sudah berdiri gadis mungil yang cantik dan sangat menggemaskan.

"Bunda baru bangun tidur sayang. Kemari lah." Rara merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Ria.

Gadis kecil itu segera berlari menghambur ke dalam pelukan sang bunda.

"Bunda, Ria lapar." rengek Ria.

"Benarkah? Aduh kasian anak bunda kelaparan. Ria tunggu bunda di bawah ya. Bunda mandi dulu. Setelah itu bunda masak makanan untuk putri bunda ya g cantik ini." ujar Rara seraya mengecup kedua pipi Ria.

"Baiklah bunda." Ria juga mengecup pipi sang bunda dan segera keluar kamar.

Selesai membersihkan diri, Rara bergegas ke dapur untuk masak makan malam. Ia membuka kulkas dan mengambil semua bahan yang di perlukan. Malam ini Rara membuat sup ayam, cukup sederhana menurutnya. Sementara Ria duduk santai menonton kartun kesukaannya di ruang keluarga sambil mulutnya tidak berhenti mengunyah cemilan walau matanya fokus ke arah televisi.

Rio yang baru keluar kamar hanya memandang datar pada adiknya. Ia menuju dapur mendatangi sang bunda dan memeluknya dari belakang. Kepalanya hanya sebatas pinggul Rara. Rara yang sedikit kaget melihat tangan mungil yg memeluknya dan tersenyum.

"Abang kenapa?" Rara berbalik dan mengusap lembut kepala Rio.

"Abang kangen bunda." Ucap Rio lirih.

"Bunda, apa boleh abang menanyakan sesuatu?" Ujarnya sambil menatap Rara penuh harap.

Rara membalas tatapan Rio dengan hangat dan penuh kasih sayang kemudian mengecup kepala putranya.

"Apa yang mau Rio tanyakan, hmm?" Ujar Rara.

"Benarkan ayah sudah meninggal? Tadi Rio bermimpi bertemu ayah."

Pertanyaan Rio sontak membuat Rara terkejut. Ia bingung harus menjawab apa pada putranya. Selamanya berbohong itu tidak akan baik baik kedua anaknya. Suatu hari nanti mereka pasti tahu kebenarannya. Rara mau kebenaran itu nantinya keluar dari mulutnya sendiri bukan dari orang lain. Ia tidak mau menyakiti mereka.

Rara mengajak Rio ke meja makan, dan mendudukkan putranya di kursi. Sementara ia berjongkok di depan putranya sambil menggenggam kedua tangan Rio.

"Apa yang abang mimpikan tadi?" Tanya Rara.

Rio mengerutkan keningnya seolah sedang berpikir kemudian menatap sang bunda. "Di mimpi tadi abang sedang main dengan ade di taman. Tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiri abang membawa 2 es krim. Ia memberikan untuk abang dan ade masing- masing satu. Laki - laki itu sangat tampan bunda. Tubuhnya tinggi dan kulitnya putih seperti abang. Setelah memberikan es krim dia bilang kalo dia adalah ayah abang sama ade. Habis itu dia pergi." Rio menceritakan mimpinya pada sang bunda.

Ketika Rara mendengar cerita mimpi putranya, hatinya sakit. Ia teringat kembali pertemuannya tadi pagi dengan Daniel. Tanpa ia sadari air matanya menetes, dan itu membuat Rio heran.

"Kenapa bunda menangis? Apa abang sudah menyakiti bunda?" Tanya Rio dengan sedikit takut.

Dengan cepat Rara menghapus air matanya dan tersenyum pada putranya.

"Tidak apa - apa sayang. Bunda hanya terharu mendengar cerita abang." Ujar Rara.

"Suatu hari nanti bunda akan cerita kebenarannya siapa ayah abang dan ade. Apakah dia masih hidup atau tidak. Tapi sebelum itu, apakah abang mau berjanji satu hal sama bunda? Apakah abang mau bersabar menunggu sampai nanti waktunya bunda cerita?" Lanjut Rara.

"Baiklah bunda, abang janji." ucap Rio kemudian menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking bundanya.

"Anak bunda memang hebat." ujar Rara sambil tersenyum dan mengecup puncak kepala putranya.

Sekalipun Rio masih sangat kecil, tapi Rio memiliki pemikiran yang sangat dewasa di banding Ria adiknya. Rio menuruni sifat Rara yang cerdas, pendiam, cekatan dan juga sangat berpendirian. Sementara Ria menuruni sifat Daniel yang perpeksionis, manja, apa yang dia mau harus tercapai, tapi jangan lupakan, Ria juga menuruni otak cerdas ayah dan bundanya. Rio dan Ria memiliki wajah perpaduan Rara dan Daniel, cantik dan tampan. Bahkan kecantikan dan ketampanan keduanya melebihi dari orang tua mereka.

"Bundaaaaaaaaa ade lapaaaarrr!!" Ria berteriak tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi.

"Abang ajak ade ke sini kita makan sama-sama ya" Rara meminta putranya mendatangi Ria.

"Baik Bunda." Ujar Rio.

Makan malam yang hanya mereka bertiga nikmati sudah selesai. Saatnya beristirahat. Rio dan Ria sudah kembali ke kamarnya masing - masing setelah makan malam. Sementara Rara mencuci piring dan membersihkan dapur dan ruang keluarga, setelahnya ia pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Rara adalah gambaran Wanita yg tangguh 💪

2025-03-25

0

Elis Konkon

Elis Konkon

wanita yg kuat. sedih 😢

2021-12-16

0

Erma Wahyuni

Erma Wahyuni

kasihan anaknya yg jadi korban😭😭

2021-07-12

0

lihat semua
Episodes
1 Si Kembar
2 Bertemu Kembali
3 Menceritakan Mimpi
4 Keputusan
5 Bertemu Dengannya
6 Apa dia ayah kami??
7 Kegelisahan
8 Curiga
9 Rencana
10 Cucu Mami
11 Reuni
12 Duplikat Daniel
13 Ra..aku kangen sama kamu
14 Tak Sadarkan Diri
15 Perlakuan Manis Daniel
16 Semalam
17 Menantu Mami
18 Sebuah Kebenaran
19 Menantu Keluarga Mahendra
20 Wanita Hebat
21 Ayah
22 Keluarga Lengkap
23 Undangan
24 Pesta Ulang Tahun Si Kembar
25 Rasa Bersalah
26 Kejutan
27 Kekasih Daniel ??
28 Ardi
29 Wanita Ular
30 Bayangan Masa Lalu
31 Reuni SMA Harapan Bangsa
32 Reuni SMA Harapan Bangsa 2
33 Rencana Pernikahan
34 Oh Shit !!
35 Pengkhianatan
36 CML
37 Kenangan Kita
38 Persahabatan
39 Fitting Baju Pernikahan
40 Patah Hati
41 Pabrik dan Produksi
42 Ancaman
43 Gunanya Sahabat
44 SAH
45 Itu Sama Saja
46 Jodoh ku dari Tuhan
47 Polonium
48 Dia Bakal Menyesal
49 Bell's Boutique
50 Om Besar
51 Hasil Cetakan Berkualitas
52 Malaikat Tampan
53 Mimpi Apa Aku Semalam
54 Ulang Tahun Daniel
55 Baby Queena
56 Bellaric
57 Tanggal Berapa? Tahun Berapa?
58 Perasaan Tidak Nyaman
59 Penculikan
60 Semua Sudah Berakhir
61 Penyakit Aneh
62 Hamil
63 Suami Sabar di Sayang Isteri
64 Raveo Ananda Mahendra
65 Cinta Viyo
66 Masa Depan Viyo
67 The End of a Story
68 Extra Part 1 (Bosan Menunggu)
69 Extra Part 2 (Jangan Buang Waktu)
70 Extra Part 3 (Pasti Bertemu)
71 The Last Extra Part
72 JUST INFO FOR YOU
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Si Kembar
2
Bertemu Kembali
3
Menceritakan Mimpi
4
Keputusan
5
Bertemu Dengannya
6
Apa dia ayah kami??
7
Kegelisahan
8
Curiga
9
Rencana
10
Cucu Mami
11
Reuni
12
Duplikat Daniel
13
Ra..aku kangen sama kamu
14
Tak Sadarkan Diri
15
Perlakuan Manis Daniel
16
Semalam
17
Menantu Mami
18
Sebuah Kebenaran
19
Menantu Keluarga Mahendra
20
Wanita Hebat
21
Ayah
22
Keluarga Lengkap
23
Undangan
24
Pesta Ulang Tahun Si Kembar
25
Rasa Bersalah
26
Kejutan
27
Kekasih Daniel ??
28
Ardi
29
Wanita Ular
30
Bayangan Masa Lalu
31
Reuni SMA Harapan Bangsa
32
Reuni SMA Harapan Bangsa 2
33
Rencana Pernikahan
34
Oh Shit !!
35
Pengkhianatan
36
CML
37
Kenangan Kita
38
Persahabatan
39
Fitting Baju Pernikahan
40
Patah Hati
41
Pabrik dan Produksi
42
Ancaman
43
Gunanya Sahabat
44
SAH
45
Itu Sama Saja
46
Jodoh ku dari Tuhan
47
Polonium
48
Dia Bakal Menyesal
49
Bell's Boutique
50
Om Besar
51
Hasil Cetakan Berkualitas
52
Malaikat Tampan
53
Mimpi Apa Aku Semalam
54
Ulang Tahun Daniel
55
Baby Queena
56
Bellaric
57
Tanggal Berapa? Tahun Berapa?
58
Perasaan Tidak Nyaman
59
Penculikan
60
Semua Sudah Berakhir
61
Penyakit Aneh
62
Hamil
63
Suami Sabar di Sayang Isteri
64
Raveo Ananda Mahendra
65
Cinta Viyo
66
Masa Depan Viyo
67
The End of a Story
68
Extra Part 1 (Bosan Menunggu)
69
Extra Part 2 (Jangan Buang Waktu)
70
Extra Part 3 (Pasti Bertemu)
71
The Last Extra Part
72
JUST INFO FOR YOU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!