Bab 5 : Jangan nangis ya?

Love is crazy, seperti itulah kiranya penggambaran yang cocok untuk seorang Viola saat ini. Meskipun sudah ada Bian yang berstatus sebagai kekasih, namun tetaplah Raka sebagai pemenang hatinya. Buktinya, hanya dengan mengingat obrolan dan senyuman manis Raka saja bisa membuat Viola kembali berimajinasi. Hal ini membuat seorang guru yang sedang mengajar dikelasnya mulai tereng.

Setelah sebelumnya Bu Siska dibuat darting, kali ini giliran Pak Wahyu, seorang guru bahasa Indonesia. Sudah panjang lebar pak Wahyu menerangkan, Viola malah tengah asyik menyangga kedua pipinya dengan telapak tangannya. Panggilan yang diteriakkan seolah tidak tembus ke gendang telinga Viola.

"VI__O__LA___" habis sudah kesabaran Pak Wahyu yang sabarnya setipis tisu itu.

"Eh_ iya Raka!" reflek Viola langsung berdiri dengan embel-embel menyebutkan nama Raka. Sedetik kemudian dia langsung memejamkan matanya kuat-kuat "Duh, kelepasan kan!"

Sayangnya seruan itu sudah terdengar oleh seisi kelas, kini mereka semua sedang menatap ke arah Viola seolah sedang menunggu klarifikasi dari apa yang mereka dengar sebelumnya dari bibir gadis itu. Bian yang duduk di salah satu bangku pun tak lepas pandangannya dari wajah kekasihnya.

"Raka? Raka yang mana ini? Dikelas ini tidak ada yang namanya Raka, Viola."

"Eh, itu_ ma_maksudnya Rara, Pak." Viola menunjuk ke arah Rara, seorang gadis berkacamata yang duduk di bangku paling depan. Rara yang merasa ditunjukan dan disebut namanya langsung menunjuk dirinya sendiri.

"Rara atau Raka anak kelas dua nih, Vi?" Denis malah sengaja manas-manasin, seisi kelas langsung bersorak ramai. Bukan Denis namanya kalau gak buat suasana kelas menjadi huru-hara.

"Njir__ berondong dong?!" timpal Rama tak kalah heboh.

"Ha_haaa____"

"Sudah_ Sudah__ Tenang anak-anak." Pak Wahyu kembali menatap Viola dan tersenyum manis. Sejatinya pak Wahyu memang memiliki hati yang lembut dan hampir tidak pernah marah-marah. Mungkin tadi dia hanya khilaf. "Vio, suka popcorn?"

"Bukan popcorn, Pak! Berondong__ berondong!" seru Denis dibuat darting oleh guru bahasa Indonesia yang satu ini.

"Halah_ apapun itu namanya, sama aja!"

"Jelas bedalah, Pak. Popcorn itu makanan, kalau berondong itu cowok imut yang meresahkan, semacam saya ini, Pak." Denis menaik turunkan kedua alisnya, wajahnya yang disebut mirip opa-opa Korea itu memang membuatnya sangat bangga.

"Huueekkk__ pengen muntah gue!" Dian merasa mual dengan ucapan Denis yang sangat percaya diri itu.

"Heh__ kok malah jadi kalian berdua yang ribut? Ini itu urusan Bapak sama Viola, paham kalian?"

Treng... Treng...

Baru saja Pak Wahyu selesai dengan kalimatnya, bel pulang sekolah berbunyi.

"Vio, nanti sebelum pulang kamu tolong bantu Bapak bawa buku-buku itu keruang guru ya?" tunjuk pak Wahyu ke arah buku-buku yang menumpuk di atas mejanya.

Viola mengangguk, "Siap, Pak."

Viola mengembuskan nafas lega, akhirnya dia selamat dari hukuman dan ceng-cengan anak-anak. Tapi sepertinya dia tidak akan selamat dari tatapan Bian. Tatapannya bak sebilah pedang yang ingin ditusukkan ke lawannya.

-

-

-

"Ini buku-bukunya, Pak." ucap Viola saat sudah meletakkan buku-buku diatas meja Pak Wahyu di ruang guru.

"Terimakasih, Viola. Sekarang kamu boleh pulang. Tapi ingat, hati-hati di jalan ya? jangan sampai jatuh," senyum pak Wahyu sambil menepuk lembut pundak Viola.

Viola hanya menjawab dengan sebuah anggukan dan senyuman, setelahnya dia berlalu pergi meninggalkan ruang guru. Tadi pagi kakaknya sudah mengatakan jika tidak bisa menjemput Viola sepulang sekolah, jadi Viola akan pulang dengan naik ojek.

"Vio, tunggu Vio!" Bian berlari menghampiri Viola. Sejak tadi dia memang sengaja menunggu di depan gerbang sekolah.

"Bi, kamu belum pulang?"

"Kita harus bicara!" alih-alih mendapatkan jawaban, Bian malah menarik kuat pergelangan tangan Viola dan membawanya ke arah motornya yang terparkir tidak jauh dari sana.

"Bi, lepasin Bi!"

"Maksudnya apa kamu tadi menyebut nama Raka? Raka siapa? Kamu selingkuh?"

Viola menarik paksa tangannya dari genggaman Bian. Pergelangan tangannya memerah dan terasa sedikit ngilu karena tadi Bian menggenggamnya cukup kuat.

"Apaan sih, Bi! Aku kan cuma reflek tadi, kok jadi dimasalahin sih!"

"Justru karena reflek, itu artinya kamu lagi mikirin cowok yang namanya kamu sebutkan tadi. Atau, jangan-jangan bener apa kata Denis, kamu suka sama Raka anak kelas dua?"

"Bi! Aku gak suka ya kamu nuduh-nuduh aku kayak gitu." Viola mulai kesal, mata beningnya mulai berembun. "Aku mau pulang."

"Aku antar, Vi," suara Bian terdengar sedikit melembut, sebelumnya dia sempat terbawa emosi. Emosinya mulai mereda tatkala melihat mata sang kekasih yang mulai basah oleh genangan air mata.

"Gak usah! Aku pulang sendiri aja." Viola berjalan menjauh. Dia menghampiri tukang ojek di pangkalan dan meminta salah satunya untuk mengantarkannya pulang.

"Aarrghh...!!!" Bian melayangkan tinjunya ke udara, harusnya tadi dia tidak pakai emosi saat berbicara dengan Viola.

-

-

-

Viola merasa sangat bersalah pada Bian. Dia tidak sepenuhnya menyalahkan Bian jika tadi Bian marah padanya. Semua ini salahnya karena dia yang tidak bisa menahan perasaannya setiap kali mengingat dan berada di dekat Raka.

Raka itu seperti magnet yang terus menarik hati Viola. Semakin ingin dilupakan justru dia semakin mendekat.

"Kenapa berhenti, Pak?" tanya Viola pada tukang ojek yang tiba-tiba menghentikan laju motornya.

"Itu Neng didepan," tukang ojek itu menunjuk dengan dagunya.

Raka membuka helmnya dan turun dari atas motornya. Dia berjalan ke arah ojek yang dinaiki Viola dan mengeluarkan selembar uang berwarna biru dari kantong celananya.

"Ini Pak bayarannya, kembaliannya ambil saja." Raka beralih ke belakang dimana Viola masih duduk terbengong-bengong, "Ayo turun, aku antar kamu pulang." ajak Raka mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Viola.

Viola mengangguk dan turun. Setelah abang tukang ojek itu pergi, dia menatap ke arah Raka dengan heran.

"Kamu kok bisa ada disini? Darimana kamu tau kalau aku yang naik ojek tadi?" tanya Viola masih penasaran dengan kehadiran Raka yang tiba-tiba.

"Hati kamu yang menuntun aku sampai kesini." Raka tersenyum dan menyeka sisa air mata yang menempel di ujung mata Viola dengan jari jempolnya. "Jangan nangis ya?"

Astoge Raka. Jika sikap kamu selalu semanis ini bagaimana Viola gak terRaka-Raka coba. Viola aja langsung dibuat melongo sampai air liurnya hampir saja ngeces jika dia tidak langsung mengatupkan rapat-rapat bibir atas bawahnya.

Raka meraih helmnya dan membantu memakaikannya di kepala Viola. Setelahnya dia naik dan menyalakan mesin motornya.

"Ayo naik," seru Raka. Viola yang masih terbengong-bengong langsung mengangguk dan naik membonceng dibelakang. "Pegangan ya, takutnya kamu jatuh nanti aku disuruh tanggung jawab lagi sama orang tua kamu. Aku gak punya uang buat bawa kamu ke rumah sakit."

Viola tersenyum mendengar candaan Raka. Seketika dia melupakan pertengkarannya dengan Bian tadi didepan sekolah. Raka benar-benar bisa mengalihkan hatinya yang sedang kalut menjadi happy kembali. Seandainya saja kamu tau Raka, jika hati Viola sudah diisi oleh kamu sejak lama. Apakah kamu bisa membalas perasaan yang sama terhadap Viola?

...🍁🍁🍁...

Terpopuler

Comments

Teteh Lia

Teteh Lia

ya gimana ya.. dari awal juga emang suka nya sama Raka. jadi kasian sama Bian.

Bian kamu dicariin adenya Revi tuh. 🤭

2024-11-22

1

Teteh Lia

Teteh Lia

🌹🌹🌹🌹🌹 meluncur

2024-11-22

1

dewidewie

dewidewie

Vi , gitu amat sih

2024-11-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Jangan panggil aku kakak!
2 Bab 2 : Arjuna penolong.
3 Bab 3 : Boleh nunggak kelas gak?
4 Bab 4 : Meleleh dibuatnya.
5 Bab 5 : Jangan nangis ya?
6 Bab 6 : Ajaran sesat.
7 Bab 7 : Kita putus.
8 Bab 8 : Curiga.
9 Bab 9 : Cinta ugal-ugalan.
10 Bab 10 : Ajakan pulang bareng.
11 Bab 11 : Tentang Raka.
12 Bab 12 : Pesaing Cinta.
13 Bab 13 : Musibah membawa berkah.
14 Bab 14 : Kawal sampai kelas.
15 Bab 15 : Tamu tak diundang.
16 Bab 16 : Hukuman.
17 Bab 17 : I Love You.
18 Bab 18 : Kita pacaran 'kan?
19 Bab 19 : Cinta atau obsesi?
20 Bab 20 : Rumah kedua Raka.
21 Bab 21 : Bidadari turun ke sawah.
22 Bab 22 : Membujuk Raka untuk pulang.
23 Bab 23 : Cemburu?
24 Bab 24 : Cemburunya ngangenin.
25 Bab 25 : Menghindar.
26 Bab 26 : Sebuah permintaan.
27 Bab 27 : Siapa pelakunya?
28 Bab 28 : Peringatan.
29 Bab 29 : Otw ketemu camer.
30 Bab 30 : Jiwa muda.
31 Bab 31 : Tontonan gratis.
32 Bab 32 : Kenakalan remaja.
33 Bab 33 : Senyummu adalah duniaku.
34 Bab 34 : Sanggupkah aku tanpamu?
35 Bab 35 : Selalu tentang Raka.
36 Bab 36 : Drama kelulusan.
37 Bab 37 : Biar impas.
38 Bab 38 : Hatiku selalu merindu...
39 Bab 39 : Diantar om-om.
40 Bab 40 : Ancaman.
41 Bab 41 : Dia baik kok buat kamu.
42 Bab 42 : Boleh dipraktekkin gak sih?
43 Bab 43 : Kesepakatan!.
44 Bab 44 : Brondongku lebih menarik.
45 Bab 45 : Jangan buat aku kecewa.
46 Bab 46 : Si pencuri ciuman.
47 Bab 47 : Mendadak bucin.
48 Bab 48 : Bukan sugar baby.
49 Bab 49 : Arti persahabatan.
50 Bab 50 : Aku akan selalu jagain kamu.
51 Bab 51 : Misi jadi mak comblang.
52 Bab 52 : Makan malam dirumah Raka.
53 Bab 53 : Bukan cemburu buta.
54 Bab 54 : Belum tentu jodoh.
55 Bab 55 : Dia spesial.
56 Bab 56 : Selamat ulang tahun, Raka.
57 Bab 57 : Sebuah janji.
58 Bab 58 : Bakalan kangen.
59 Bab 59 : Tahun baru pertamaku bersama Raka.
60 Bab 60 : Rencana Raka.
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 : Jangan panggil aku kakak!
2
Bab 2 : Arjuna penolong.
3
Bab 3 : Boleh nunggak kelas gak?
4
Bab 4 : Meleleh dibuatnya.
5
Bab 5 : Jangan nangis ya?
6
Bab 6 : Ajaran sesat.
7
Bab 7 : Kita putus.
8
Bab 8 : Curiga.
9
Bab 9 : Cinta ugal-ugalan.
10
Bab 10 : Ajakan pulang bareng.
11
Bab 11 : Tentang Raka.
12
Bab 12 : Pesaing Cinta.
13
Bab 13 : Musibah membawa berkah.
14
Bab 14 : Kawal sampai kelas.
15
Bab 15 : Tamu tak diundang.
16
Bab 16 : Hukuman.
17
Bab 17 : I Love You.
18
Bab 18 : Kita pacaran 'kan?
19
Bab 19 : Cinta atau obsesi?
20
Bab 20 : Rumah kedua Raka.
21
Bab 21 : Bidadari turun ke sawah.
22
Bab 22 : Membujuk Raka untuk pulang.
23
Bab 23 : Cemburu?
24
Bab 24 : Cemburunya ngangenin.
25
Bab 25 : Menghindar.
26
Bab 26 : Sebuah permintaan.
27
Bab 27 : Siapa pelakunya?
28
Bab 28 : Peringatan.
29
Bab 29 : Otw ketemu camer.
30
Bab 30 : Jiwa muda.
31
Bab 31 : Tontonan gratis.
32
Bab 32 : Kenakalan remaja.
33
Bab 33 : Senyummu adalah duniaku.
34
Bab 34 : Sanggupkah aku tanpamu?
35
Bab 35 : Selalu tentang Raka.
36
Bab 36 : Drama kelulusan.
37
Bab 37 : Biar impas.
38
Bab 38 : Hatiku selalu merindu...
39
Bab 39 : Diantar om-om.
40
Bab 40 : Ancaman.
41
Bab 41 : Dia baik kok buat kamu.
42
Bab 42 : Boleh dipraktekkin gak sih?
43
Bab 43 : Kesepakatan!.
44
Bab 44 : Brondongku lebih menarik.
45
Bab 45 : Jangan buat aku kecewa.
46
Bab 46 : Si pencuri ciuman.
47
Bab 47 : Mendadak bucin.
48
Bab 48 : Bukan sugar baby.
49
Bab 49 : Arti persahabatan.
50
Bab 50 : Aku akan selalu jagain kamu.
51
Bab 51 : Misi jadi mak comblang.
52
Bab 52 : Makan malam dirumah Raka.
53
Bab 53 : Bukan cemburu buta.
54
Bab 54 : Belum tentu jodoh.
55
Bab 55 : Dia spesial.
56
Bab 56 : Selamat ulang tahun, Raka.
57
Bab 57 : Sebuah janji.
58
Bab 58 : Bakalan kangen.
59
Bab 59 : Tahun baru pertamaku bersama Raka.
60
Bab 60 : Rencana Raka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!