Ferlian kembali cemberut tatkala Avrilya turun dari motornya. Baru saja dirinya serasa terbang kelangit ketika Avrilya memeluknya waktu dibonceng. Saat ini, ia bagai dihempas kepalung lautan terdalam. Ketika gadis itu memintanya untuk segera pulang. Bukannya apa, tetapi hayi kecilnya hanya ingin memastikan pacarnya itu sampai dirumah dengan selamat.
"Kenapa mukanya ditekuk gitu?" Tanya Avrilya heran dengan ekspresi Ferlian.
"Yakin kamu jalan sendiri kedalam?" Ferlian menatap pacarnya itu penuh harap. Semoga saja gadis itu berubah pikiran dan membiarkan mengantar sampai kerumah.
"Mikir apa?" Ferlian terkejut ketika tangan gadis itu melambai-lambai tepat didepan wajahnya.
Cowok itu langsung tersenyum kecut.
"Aku anter sampe rumah yah Ve," Ujar Ferlian pada akhrinya.
"Sesuai kesepakatan tadi anternya sampai sini aja kan! Jadi sekarang balik gih." Nada bicara Avrilya seperti sedang mengusir pacarnya itu.
"Tapi kan Ve-"
"Gak ada tapi-tapian cepat balik sana," Avrilya memeotong ucapan Ferlian begitu cepat. Ferlian langsung menyalakan kembali mesin motornya.
"Kamu yakin Ve?" Ferlian kembali bertanya, cowok itu masih berharap lebih. Namun Avrilya dengan wajah tak kalah yakin mengusirnya pergi.
Dengan ekor mata gadis itu menunjukan jalan pada Ferlian. Jika kalian menjadi Ferlian apa yang akan kalian lakukan saat menghadapi pacar super dingin seperti seorang Avrilya. Apapun itu bersikap baiklah pada pacar kalian.
Sebab batu karang yang begitu teguh saja bisa perlahan terkikis ombak, dan Bongkahan es dikutub saja bisa meleleh.
Jadi suatu saat pasti gadis dingin itu akan berubah. Begitulah Ferlian mensugesti dirinya sendiri.
***
Avrilya berjalan sendirian masuk ke dalam kompleks rumahnya. Suasana memang agak sepi. Tak banyak orang yang berlalu lalang. Hanya beberapa anak-anak kecil yang sedang asyik mengayuh sepeda mereka. Dengan beberapa mobil yang sesekali juga lewat, membuat gadis itu semakin berjalan hati-hati.
Tiba-tiba saja Avrilya berhenti berjalan. Gadis itu mengeluarkan sebuah benda pipih dari dalam sakunya. Dengan wajah kesal gadis itu meletakan benda itu didekat telinga.
"Halo," Sapa Avrilya dengan wajah yang masih kesal.
Terdengar suara kekehan dari sipenelepon yang membuat Avrilya semakin jengkel.
"Ferlian, kenapa telepon sih!" Avrilya langsung menghajar Ferlian dengan kata-kata ketusnya.
Jika cowok itu ada didekatnya sekarang, maka mungkin Avrilya akan mencubit habis perut serta lengan cowok itu.
"Cuman mau ngetes aja, kamu bakal angkat telepon aku pas dering pertama atau enggak." Jawab Ferlian dengan tawa kecilnya. Bisa dibayangkan cowok itu saat ini pasti sedang tersenyum jail.
"Kan bisa gue sampe rumah dulu baru lo telepon." Avrilya kembali menghardik Ferlian. Gadis itu tak terima alasan konyol yang dibuat oleh Ferlian.
"Rumah kamu masih jauh kedalam emang yah Ve? Tahu gitu tadi aku anter aja sampai kedalam." Ujar Ferlian, Avrilya langsung curiga.
Gadis itu langsung menatap kesekeliling mencari keberadaan pacar resenya itu.
"Pasti dia ada disini nih," Ujar Avrilya dalam hati.
Dan tepat sekali. Seperti dugaan Avrilya, Ferlian sudah berada tepat dibelakangnya. Meskipun memakai topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya, Avrilya masih bisa mengenali pacar resenya itu.
"Ngapain ikutin gue sih Lian!" Teriak Avrilya, dengan wajah kesalnya gadis itu langsung mematikan sambungan telepon lalu menunjuk pada seorang cowok yang nampak tersenyum.
"Wah kamu luar biasa Ve, bisa-bisanya kamu tahu kalau ini aku." Ferlian berjalan menghampiri pacarnya.
Satu pukulan sukses mendarat dilengan cowok itu, ketika dia sampai tepat didepan Avrilya.
Pukulan kedua hampir mendarat, namun Ferlian memegang tangan gadis itu.
"Lian! Lo tuh batu banget yah, udah gue bilangin pulang juga. Masih aja ngotot nganterin gue!" Avrilya langsung menyemprot Ferlian dengan kata-kata pedasnya.
"Gimana aku mau pulang Ve, aku tuh gak tahu kamu udah sampe rumah dengan selamat apa belum. Kamu kan sekarang tanggung jawab aku."
"Tapi kan kesepakatan kita apa tadi? Lo udah ingkar janji tahu gak!"
"Kok ingkar janji sih Ve, tadi kan janjinya aku anter sampe depan kompleks naik motor. Dan sekarang aku nganternya jalan kaki lho." Avrilya langsung menepuk jidat.
Bagaimana bisa cowok rese didepannya ini adalah pacarnya. Bagaimana bisa cowok ini mencuri hatinya. Dia lupa Ferlian pacarnya ini kelewat jenius, sampai tak mengerti maksudnya mengantar sampai didepan kompleks.
"Gue gak tahu mesti bilang gimana lagi sama lo Lian. Kenapa sih lo batu banget jadi orang?"
"Aku kan cuman takut kamu kenapa-napa Ve,"
"Emang lo pikir gue bakal kenapa? Coba jawab!" Avrilya menatap tajam pacarnya.
Ferlian merasa begitu terpojok dengan tatapan sang kekasih. Cowok itu sedang berusaha mencari alasan, sebab dilihat dari ekspresi Avrilya yang seperti itu, mungkin saja dia akan kena pukulan lagi.
"Takutnya kamu keserempet tuh anak-anak naik sepedanya aja gak bener." Jawab Ferlian asal-asalan yang sukses dihadiahi cubitan oleh kekasihnya.
"Awww,,," Pekik Ferlian, sedetik kemudian cowok itu mengelus-elus lengannya.
"Stop disini jangan ikutin gue lagi!" Ancam Avrilya kali ini dengan ekspresi marahnya.
"Tapi kan Ve,"
"Gak ada tapi-tapian. Kalo lo ingker janji lagi, gue gak bakal mau angkat telepon lo lagi." Ferlian mendengus sebal mendengar ancaman Avrilya.
"Yaudah deh," Lirih Ferlian dengan suara terdengar cukup sedih.
"Yaudah sana balik," Usir Avrilya.
"Bentar Ve, aku punya satu permintaan."
"Apa?"
"Aku kan gak anterin kamu sampai rumah, tapi boleh kan. Aku temenin kamu jalan lewat telepon?"
Avrilya mengeryitkan dahi, dia bingung dengan maksud ucapan pacarnya.
"Jalan lewat telepon, kaya gimana?" Ucap Avrilya penasaran.
"Kamu tinggal jalan aja pulang, tapi sambil teleponan sama aku Ve. Jadi aku bisa denger langkah kaki kamu." Ujar Ferlian menjelaskan dengan sedikit senyuman tentunya.
"Yaudah," Jawab Avrilya singkat.
Ferlian sontak mengepalkan tinju diudara melakukan celebration karena pacarnya itu mau mengiyakan permintaannya.
Sederhana memang, tapi Ferlian sangat bahagia. Mengingat kembali karakter pacarnya yang begitu dingin bak ratu es dari benua antartica, perlakuan sederhana seperti ini sangatlah membuatnya bahagia.
Ya, bahagia memang sederhana. Sesederhana ucapan 'iya' yang keluar dari mulut Avrilya.
***
"Kamu udah nyampe Ve?" Tanya Ferlian diseberang sana. Cowok itu sedang menatap jam tangan yang melingakari tangan kirinya itu.
Lebih tepatnya Ferlian sedang menghitung jarak dan waktu tempuh pacarnya berjalan kaki hingga sampai kerumah.
"Iya ini udah nyakpe kok," Jawab Avrilya seadanya. Memang gadis itu baru saja membuka pintu gerbang.
"Oh berarti jaraknya 473 meter dari tempat kita terakhir dong." Ujar Ferlian setelah selesai mengitung.
Entah bagaimana caranya, cowok itu memang kelewat jenius. Pantas saja sahabat-sahabatnya menyebutnya 'Einstein kedua'.
"Yaudah gue tutup yah, kan udah sampe rumah." Ucap Avrilya, seperti sedang meminta ijin dari Ferlian.
Lucu memang jika mengingat lagi apa yang terjadi sebelumnya. Akhirnya Avrilya baru memutus sambungan teleponnya ketika Ferlian mengiyakan.
Dengan senyuman tipis, Avrilya kembali memasukan ponselnya ke saku. Kemudian memasuki rumahnya itu.
Gadis dingin itu tersenyum, memang cuman sedikit. Tetapi senyum itu mampu membuat kedua orang tuanya heran sekaligus bahagia diwaktu yang sama.
Bersambung,,,
Sekedar INFO
Aku ada kegiatan lomba nih reders jadi aku bakal slow update sampe tgl 31/08 mungkin cuman bisa up beberapa chapter.
Aku bakal usahain buat up. Sebisa mungkin kalo ada waktu senggang yah.
Jadi mohon pengertiannya.
Kim: Like, komen, rate 5 sama vote dong readers.
Readers: Apaan, update aja gak rutin, gimana kita mau rutin like komen.
Kim: Iya-iya maaf. Diusahain deh :)
Readers: Ya kita juga bakal usahain. Preeett...
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Salam Sayang
Kim Hye Seol
^-^
:"))
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Desy Saputri
ferlin cintaku pdamuuuu
2020-11-09
1
Desy Saputri
ferlin cintaku pdamuuuu
2020-11-09
1
Raina
astaga😂😂
2020-10-27
1