Kau adalah milikku

Zayn memegang tengkuk Hasha, memperdalam ciumannya hingga Hasha menjerit tertahan. Wanita itu memukul-mukul bahu Zayn agar pria itu berhenti, sayang sekali Zayn tidak peduli.

Zayn baru melepaskan ciumannya saat di rasa Hasha mulai melemas. Ia menatap bibir Hasha yang sudah bengkak akibat ulahnya. Senyum Zayn mengembang, bibir Hasha yang bengkak karena bekas ciuman malah jadi seksi sekali di matanya. Ia mengusap bibir Hasha dengan ibu jari.

"Jangan nakal lagi, kalau tidak kamu akan merasakan yang lebih dari ini." gumam Zayn pelan.

Hasha masih terdiam. Dia tidak pernah di cium dengan rakus seperti ini dari masa-masa dia sekolah, kuliah, bahkan sampai pendidikannya selesai. Tapi saat bertemu kembali dengan laki-laki ini, bukan hanya ciuman pertamanya yang di ambil, keperawanannya juga hilang.

Dan yang paling Hasha benci adalah dia tidak dapat menyalahkan sahabat dari abangnya ini. Karena malam itu yang minta di sentuh adalah dirinya sendiri. Hasha tertunduk malu, kemarahannya yang tadi mereda. Tapi bukan berarti dia sudah lupa akan kekejaman pria ini.

"Ba-bang Zayn jangan cium-cium Hasha lagi. Kita nggak ada hubungan apa-apa. Bang Zayn bukan siapa-siapanya Hasha, lagian Hasha udah punya pacar. Pacar Hasha orangnya baik dan lembut, nggak pemaksa kayak bang Zayn."

Sorot mata Zayn langsung berubah. Wanita ini benar-benar punya pacar? Anak buahnya tidak bilang perihal pacarnya. Anak buahnya hanya mengatakan ada seorang laki-laki yang cukup dekat dengan Hasha, namun tidak pacaran.

"Kau hanya milikku, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun merebutmu dariku. Kau ingat kau sudah tidak perawan lagi bukan?" ucap Zayn. Suaranya setengah berbisik namun kedengarannya sangat tajam, memperingatkan Hasha tentang keperawanannya yang telah hilang.

Tapi aneh. Kenapa pria ini tiba-tiba menginginkan dirinya? Padahal dulu waktu di jaman dirinya masih di kejar-kejar oleh Hasha, laki-laki ini sama sekali tidak menggubrisnya, bahkan terkesan cuek. Tapi sekarang,

Ah, mungkin laki-laki ini hanya ingin tubuhnya. Hampir semua laki-laki kan memang bejat. Pasti apa yang dia pikirkan memang benar, kalau Zayn hanya ingin tubuhnya.

"Hasha bukan milik bang Zayn,"

"Iya, kau adalah milikku." Zayn mengetuk hidung Hasha. Miliknya di bawa sana sudah tegang karena di duduki oleh Hasha.

Hasha merengut tidak senang. Dia ingin membalas perkataan Zayn lagi namun ponselnya yang ada di dalam tas tangan miliknya, di sebelah Zayn duduk, tiba-tiba berbunyi. Ia pun cepat-cepat turun dari pangkuan pria itu, meraih tas tangannya dan mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.

📱Kak Gian,

Nama Gian terpampang jelas dalam daftar panggilan. Sampai Zayn dapat membaca nama si pemanggil karena Hasha duduk di sebelahnya. Melihat mata Zayn yang fokus ke hapenya, Hasha menggeserkan badannya agar sedikit lebih jauh dari lelaki itu. Zayn mencibir. Ia terus menatap Hasha yang kini mengangkat telpon dari seseorang yang bernama Gian. Pasti laki-laki. Jarang sekali dia mendengar ada nama Gian tapi orangnya perempuan.

"Halo kak?" suara Hasha saat mengangkat telpon itu lembut sekali. Zayn tersenyum miring.

"Hasha? Mm, lagi nggak ada di rumah kak. Hasha di," Hasha menatap Zayn sebentar,

"Lagi di rumah temen." lalu ia melanjutkan perkataannya.

Teman? Sejak kapan mereka berteman? Zayn tidak pernah menganggap Hasha teman, wanita ini adalah miliknya, calon istri. Berani-beraninya dia bilang mereka teman setelah apa yang terjadi pada keduanya.

Zayn tersenyum menyeringai, Hasha terlihat begitu senang bicara dengan manusia di seberang sana, dan Zayn cemburu. Dia adalah tipe laki-laki yang sangat posesif pada pasangannya. Tadi dia berusaha keras untuk menahan diri, namun karena Hasha sudah membangkitkan rasa cemburunya, dia akan bermain sebentar dengan wanita ini, menegaskan bahwa wanita ini hanya miliknya.

Tanpa ijin Zayn pun mengangkat kaki Hasha ke atas sofa. Hasha kaget, namun dia tidak dapat bersuara keras karena saat dirinya sedang telponan dengan Gian, anak dari pemilik toko bunga tempat dirinya bekerja saat ini.

Mata Hasha melotot lebar pada celana kulot-nya dilepaskan oleh Zayn. Sebelah tangannya yang bebas menahan Zayn dan memohon dengan gelengan kepalanya agar pria itu tidak melakukan apa-apa terhadapnya. Hari ini dia sangat sadar, berbeda dengan malam itu, karena malam itu dia berada dalam pengaruh obat.

Zayn menunjukkan senyum tengilnya ke Hasha. Tak mengindahkan permohonan wajah wanita itu.

"Hasha, kamu dengar pertanyaanku?"

Suara Gian di seberang sana kembali terdengar. Hasha jadi lupa apa yang pria itu tanyakan saking kagetnya dengan ulah Zayn.

"A ... Kak Gian tanya apa tadi? Maaf Hasha gak terlalu dengar," matanya kembali melotot saat Zayn berhasil melakukan apa yang pria itu inginkan.

Hasha malu sekali. Posisinya sekarang sangat membuatnya malu. Zayn menatapnya dengan wajah lapar.

"Aku tanya kamu ada waktu sabtu ini? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan."

"Ah - hahh ..." tanpa sadar Hasha mengeluarkan suara menggelikan itu karena ulah Zayn.

Astaga, semoga Gian tidak menyadari suara menggelikannya itu. Tangan Hasha kembali menahan lengan Zayn, kali ini wajahnya memohon dengan amat sangat, tapi lagi-lagi tidak di dengar.