Cinta Pertama Romi

Satu Minggu kemudian setelah kejadian itu ....

Hari itu adalah hari Minggu dan Vherolla bermalas-malasan di kamar kosnya karena hari libur. Dia masih terbaring di atas tempat tidurnya, memandang layar ponsel dengan penuh kebingungan. Pesan dari mantan Romi itu kembali membanjiri pikirannya, semakin sulit untuk diabaikan. Awalnya, ia tak mau ambil pusing. Vherolla merasa sudah seharusnya percaya pada pasangannya sendiri. Bukankah hubungan didasarkan pada kepercayaan? Namun, ketika pesan-pesan serupa terus berdatangan, dia mulai merasa ada sesuatu yang aneh.

Pesan terbaru itu berbunyi, "Hati-hati dengan Romi. Dia pacaran sama banyak cewek cuma untuk pelampiasan sama diperas duitnya. Dan lebih parahnya lagi, semua cewek-cewek yang dipacarin Romi, sudah diajak tidur sama Romi, tapi Romi nggak pernah mau tanggung jawab sama akibatnya." Kalimat itu membuat perut Vherolla terasa seperti terikat simpul, semakin erat dan menyakitkan.

"Pelampiasan? Maksudnya apa?" batinnya, teringat akan percakapan sebelumnya dengan beberapa mantan Romi yang menyebutkan hal serupa.

Meski awalnya menolak untuk mempercayai hal itu, rasa penasaran mulai menghantui Vherolla. Tidak mungkin semua mantan Romi berbohong. Terutama ketika salah satu dari mereka menyebutkan bahwa semua ini berawal dari cinta pertama Romi, seorang perempuan yang pernah sangat berarti bagi hidupnya. Cinta yang berakhir buruk, meninggalkan Romi dengan kepedihan yang sepertinya belum sepenuhnya sembuh.

Vherolla memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam tentang masa lalu Romi. Setelah berjam-jam merenung, dia memutuskan menghubungi Boby, teman dekat Romi yang sudah mengenal Romi sejak kecil. Boby mungkin bisa memberikan jawaban yang lebih jujur dibandingkan Romi sendiri.

---

Keesokan harinya, Vherolla menemui Boby di sebuah kafe yang tak jauh dari kosnya. Boby menyambutnya dengan senyum lebar, tetapi Vherolla merasa hatinya berat. Setelah memesan minuman, Vherolla akhirnya membuka topik yang mengganjal di pikirannya.

“Bob, aku mau tanya sesuatu dong tentang Romi,” ujar Vherolla dengan nada yang ragu.

Boby menatapnya dengan alis terangkat, "Ada apa, Vhe? Soal apa nih?"

“Apakah Romi pernah punya cinta pertama yang dia nggak bisa lupain sampai sekarang?”

Seketika, senyum di wajah Boby memudar. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Ah, jadi kamu sudah dengar, ya? Ya, Romi memang pernah punya cinta pertama. Namanya Suzanti. Waktu SMP, mereka pacaran lama, sampai tujuh tahun. Suzanti adalah segalanya buat Romi."

Vherolla diam sejenak, menelan rasa pahit yang muncul di tenggorokannya. Ia mempersilakan Boby melanjutkan cerita.

"Mereka pacaran selama bertahun-tahun tanpa masalah besar. Tapi kemudian, tiba-tiba Suzanti pamitan mau kerja di luar kota, katanya untuk sementara waktu. Awalnya, Romi percaya. Dia bahkan mengantar Suzanti ke stasiun dan janji akan setia nungguin dia."

Boby berhenti sejenak, memainkan sendok di dalam cangkirnya. "Tapi setelah beberapa bulan, Romi dengar kabar kalau Suzanti udah punya cowok baru di sana. Romi tentu aja marah besar. Dia mencoba minta penjelasan ke Suzanti, tapi dia nggak pernah dapat balasan. Nggak ada kata putus, nggak ada alasan. Suzanti menghilang begitu saja, dan Romi ditinggalkan tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Kata-kata Boby membuat dada Vherolla terasa semakin sesak. “Jadi, Romi pernah disakitin seburuk itu?”

Boby mengangguk pelan. “Setelah itu, Romi benar-benar hancur. Dia mulai mabuk-mabukan setiap hari, bahkan sempat nyoba narkoba. Semua karena dia nggak bisa move on dari Suzanti. Sejak saat itu, dia jadi beda, Vhe. Romi nggak pernah serius lagi sama siapa pun. Pacaran sama cewek-cewek cuma buat pelampiasan rasa sakitnya. Kayaknya dia masih belum bisa nerima kenyataan kalau Suzanti ninggalin dia.”

Vherolla tertegun mendengar semua itu. Boby menatapnya dengan prihatin, melihat wajah Vherolla yang tampak shock dengan kebenaran yang baru saja terungkap.

“Jadi, maksudmu, aku hanya pelampiasan Romi juga? Karena dia belum bisa lupain Suzanti?” gumam Vherolla dengan suara yang hampir tak terdengar. Matanya mulai terasa panas, air mata menggenang tanpa bisa ia tahan lagi.

Boby tak langsung menjawab, ia hanya menatap Vherolla dengan penuh simpati. “Aku nggak tahu pasti, Vhe. Tapi satu hal yang aku tahu, Romi itu masih belum sepenuhnya sembuh dari luka masa lalunya. Dia marah sama cinta pertamanya, dan sayangnya, orang yang ada di dekat dia sering jadi sasaran.”

Vherolla mencengkeram tangan di atas meja, berusaha mengendalikan emosinya. "Tapi kenapa harus aku? Aku nggak tahu apa-apa. Kenapa aku harus jadi sasaran dari semua ini?"

Boby tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Yang bisa ia lakukan hanyalah menatap Vherolla dengan simpati. Vherolla merasa dunia di sekitarnya mulai runtuh. Segala hal yang dia percayai tentang Romi perlahan-lahan terbongkar, dan apa yang ia temukan sangat jauh dari ekspektasinya.

Vherolla meninggalkan kafe dengan langkah berat. Dia tak lagi yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Mungkin benar, Romi hanya menjadikannya sebagai pelampiasan. Namun, meskipun demikian, kenapa hatinya masih berat untuk melepaskan?

Vherolla melangkahkan kakinya dengan pikiran kacau. Rasanya sulit baginya untuk mempercayai bahwa Romi, seseorang yang selama ini ia cintai dengan sepenuh hati hanya melihatnya sebagai pelampiasan rasa sakit dari masa lalu. Kata-kata Boby terus terngiang di telinganya, mencabik-cabik hatinya sedikit demi sedikit.

"Kenapa harus aku?" gumam Vherolla berulang kali dalam pikirannya, seolah mencari jawaban yang tidak pernah ia temukan. Selama ini, ia merasa bahwa ia dan Romi memiliki hubungan yang nyata, meski terkadang Romi memang sering bersikap egois dan menyakitinya. Tapi cinta pertamanya? Suzanti? Kenapa nama itu baru muncul sekarang?

Langkah Vherolla tak menentu. Entah mengapa kakinya justru membawanya kembali ke tempat pertama kali dia dan Romi bertemu. Sebuah taman kecil yang kini terasa penuh kenangan, tetapi juga terasa seperti tempat yang asing baginya. Vherolla duduk di bangku taman, memandangi sekeliling dengan mata kosong.

Ia mengingat bagaimana dulu Romi selalu datang menjemputnya di sini. Bagaimana mereka tertawa bersama, berbagi mimpi, dan membicarakan masa depan. Tapi apakah semua itu hanya ilusi? Apakah Romi pernah benar-benar mencintainya, atau hanya menjadikannya pelampiasan seperti yang dilakukan pada perempuan lain?

Rasa sesak itu kembali menghimpit dadanya. Vherolla menunduk, menatap ponselnya yang masih berada di genggamannya. Notifikasi dari mantan-mantan Romi berderet di sana, seolah ingin terus mengingatkan Vherolla akan kenyataan pahit yang coba ia hindari.

"Apa yang harus aku lakukan?" pikir Vherolla. Di satu sisi, ia tak ingin mempercayai semua cerita ini. Romi mungkin punya masa lalu yang kelam, tapi Vherolla ingin percaya bahwa dia adalah orang yang bisa mengubah Romi. Namun, di sisi lain, dia merasa lelah selalu menjadi korban, selalu memberi tanpa pernah benar-benar mendapatkan cinta yang tulus dari Romi.

Air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya mengalir di pipinya. Vherolla sadar, tidak peduli seberapa besar ia mencintai Romi, ia harus menghadapi kenyataan bahwa cinta saja mungkin tidak cukup untuk mempertahankan hubungan ini.

Namun, di saat yang sama, hatinya masih terlalu berat untuk melepaskan.

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!