Playing Victim

Vherolla duduk di sudut kafe yang biasa mereka datangi, menunggu Romi datang. Jantungnya berdegup kencang, tangannya gemetar meski sudah ia coba untuk tenang. Ia tahu bahwa pertemuan ini tidak akan mudah, terutama karena ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Romi, hal-hal yang selama ini dipendam dalam diam. Namun, kali ini Vherolla tak bisa lagi mengabaikan semua tanda-tanda kebohongan yang semakin nyata di depan matanya.

Ketika Romi akhirnya datang, Vherolla mencoba tersenyum meski hatinya gelisah. Romi duduk di depannya, tanpa kata-kata manis yang biasanya ia ucapkan saat pertama kali bertemu. Suasana terasa dingin, dan Vherolla tahu bahwa Romi pasti sudah merasa ada yang tidak beres.

“Kita perlu bicara.” Vherolla memulai dengan suara tenang, meskipun dalam dirinya ia merasakan kegelisahan yang tak terkendali. Romi mengangkat alisnya, terlihat sedikit bingung, tetapi juga sepertinya sudah menduga bahwa pembicaraan ini akan membawa masalah.

“Tentang apa?” tanya Romi, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan sikap defensif.

“Aku mendapatkan beberapa pesan dari perempuan yang mengaku mantanmu,” Vherolla berusaha menjaga suaranya tetap netral. Ia tidak ingin langsung menyudutkan Romi, tetapi ia juga tidak bisa menahan diri untuk segera mendapatkan jawaban. “Mereka bilang kamu punya hutang yang belum kamu bayar.”

Romi menegang seketika. Wajahnya berubah menjadi lebih serius, dan matanya menatap tajam ke arah Vherolla. “Apa maksudmu?” suaranya rendah, tetapi penuh dengan amarah yang mulai terbangun.

“Aku nggak tahu apakah itu benar atau tidak,” lanjut Vherolla, berusaha menahan napas. “Tapi mereka bilang kamu pernah meminjam uang dari mereka, dan sekarang kamu masih belum mengembalikannya.”

Romi segera menyela, suaranya penuh kemarahan. “Kenapa kamu malah mencari tahu soal aku dari orang lain? Kalau kamu punya masalah denganku, kenapa nggak tanya langsung ke aku? Kamu ini pacarku, tapi malah percaya sama orang lain.”

Vherolla tersentak dengan nada kasar Romi. Dia sudah menduga bahwa Romi akan marah, tetapi tidak menyangka akan secepat ini. “Aku bukan mau mencari kesalahanmu,” Vherolla berusaha menjelaskan. “Aku cuma ingin tahu yang sebenarnya. Mereka bilang kalau kamu sering pinjam uang dan nggak pernah balikin.”

Romi menggelengkan kepalanya, wajahnya semakin memerah. “Kamu itu bodoh atau apa? Itu semua nggak benar. Mereka cuma cemburu dan iri karena aku sekarang sama kamu. Kalau kamu percaya sama mereka, berarti kamu nggak percaya sama aku. Kamu nggak yakin sama aku, ya?”

Vherolla merasa kepalanya mulai berputar mendengar kata-kata Romi yang semakin kasar. Ia tahu Romi sedang mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi hatinya tetap merasa gelisah. “Romi, aku hanya ingin kamu jujur,” katanya dengan suara bergetar. “Aku ingin kita punya hubungan yang terbuka, tanpa ada kebohongan.”

“Jujur?” Romi mendengus, suaranya terdengar sinis. “Kamu yang nggak jujur sama aku. Kalau kamu jujur, kamu nggak bakal percaya omong kosong dari orang lain.”

Vherolla terdiam sejenak. Ia sudah menduga bahwa Romi akan menolak semua tuduhan, tapi kali ini, dia merasa lelah. Semua kebohongan, semua pengelakan, dan semua masalah yang terus-menerus muncul mulai membuatnya lelah secara emosional.

“Aku hanya ingin kita jujur satu sama lain, Romi,” katanya perlahan. “Aku nggak bilang aku percaya 100% sama apa yang mereka katakan, tapi aku butuh penjelasan darimu.”

Romi menatap Vherolla dengan tatapan penuh amarah. “Penjelasan apa lagi yang kamu butuhkan? Aku udah bilang, itu semua bohong. Mereka cuma nyari perhatian.”

Vherolla menggigit bibirnya, merasa bingung antara mempercayai Romi atau tetap mempertahankan kecurigaannya. Ia ingat semua bukti yang ia temukan di ponsel Romi, daftar perempuan yang diblokir, semua mantan yang mengatakan hal yang sama tentang hutang-hutang Romi yang belum dibayar. Tapi di saat yang sama, ia masih merasakan perasaan sayang yang besar terhadap Romi. Setiap kali Romi memandangnya seperti itu, ada sesuatu di dalam dirinya yang meluluh, membuatnya sulit untuk benar-benar marah.

“Aku bukan nggak percaya sama kamu,” Vherolla berusaha mempertahankan suaranya agar tetap tenang. “Tapi kalau memang nggak ada yang kamu sembunyikan, kenapa kamu harus marah?”

Romi menggeram, memukul meja dengan telapak tangannya, membuat Vherolla terkejut. “Aku marah karena kamu nggak percaya sama aku!” katanya, suaranya semakin meninggi. “Kalau kamu benar-benar pacarku, kamu harusnya percaya dan dukung aku, bukan malah nyari-nyari kesalahan!”

Vherolla merasa tenggorokannya tercekat. Kata-kata Romi menyengat dalam, dan seolah-olah ia adalah pihak yang salah karena mempertanyakan kejujuran Romi. Dalam diam, Vherolla tahu bahwa Romi sedang mencoba memanipulasinya lagi, seperti yang sering ia lakukan setiap kali ada masalah.

Dia menunduk, menghela napas panjang. “Romi, aku cuma ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

“Aku udah bilang, nggak ada yang terjadi!” Romi menegaskan. “Mereka semua cuma cari gara-gara, biar hubungan kita hancur. Dan mereka juga cuma mau menghasut kamu biar benci sama aku.”

Vherolla terdiam lagi. Ia merasa semakin sulit untuk mendapatkan jawaban yang jujur dari Romi. Setiap kali ia mendekati kebenaran, Romi selalu menemukan cara untuk mengelak dan membuatnya merasa bersalah karena tidak percaya.

“Aku pikir, kita butuh waktu.” Vherolla akhirnya berkata dengan suara pelan. Ia tidak tahu apakah keputusan ini benar, tetapi ia merasa tidak ada lagi yang bisa ia lakukan dalam situasi ini. “Waktu untuk berpikir, untuk mempertimbangkan hubungan kita.”

Romi menatapnya dengan tajam, wajahnya tampak semakin gelap. “Apa maksudmu?”

“Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya,” jawab Vherolla dengan tegas. “Aku nggak bisa terus begini, Romi.”

Romi terdiam, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Jadi, kamu mau ninggalin aku?”

Vherolla tidak langsung menjawab. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan yang sulit, keputusan yang mungkin akan menyakitkan, tetapi sangat diperlukan agar ia bisa menemukan kedamaian dalam hidupnya.

Romi berdiri, tampak frustrasi dan marah. “kalau kamu kamu mau putus sama aku, silahkan. Aku nggak rugi sama sekali kamu tinggal, perempuan bukan cuma kamu. Dan kalau semua perempuan yang ngaku mantanku Tahu, kita putus, mereka bakalan pada senang, karna rencana mereka menghancurkan hubungan kita berhasil."

Vherolla mempertimbangkan lagi kata-kata Romi. Dia merasa ucapan Romi ada benarnya. 'Duh, gimana ini? Aku malah jadi bingung sendiri. Jangan-jangan benar kata Romi. Para perempuan itu hanya mengada-ada,' batinnya.

Akhirnya Vherolla pasrah dan sekali lagi bertanya kepada Romi. "Okelah, aku percaya sama kamu, tapi aku mau tanya satu hal sama kamu. Tapi beneran kan, kalau mereka itu mantan kamu?"

"Benar," jawab Romi singkat.

"Terus, kamu putus sama mereka kenapa?" tanya Vherolla lagi.

"Karena mereka yang duluan berulah. Mereka nggak setia, aku berkali-kali memergoki mereka jalan sama cowok lain. Nah, punya pacar nggak setia, buat apa dipertahanin?" tutur Romi acuh sambil menghisap rokoknya.

Vherolla bergeming, 'apa aku harus percaya sama Romi, ya? Romi memang ganteng, pantas saja ceweknya banyak. Mungkin dia benar, kalau ceweknya duluan yang selingkuh,' batinnya.

"Kalau kamu memang beneran cinta sama aku, kamu harus percaya sama aku. Tutup mata sama kuping, nggak usah dengerin omongan orang lain. Tapi kalau kamu suka cari info tentang kesalahanku, nggak bakal ada selesainya. Yang ada kamu malah gila sendiri karna kemakan omongan mereka. Kamu tahu sendiri jaman sekarang, lebih banyak orang yang nggak suka dibanding yang suka," lanjut Romi.

Yuk dukung author agar bisa terus melanjutkan bab ini hingga selesai

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!