Mantan Romi

Vherolla duduk di tempat tidur kosnya, jari-jarinya sibuk menggulir layar ponselnya. Dia baru saja membuka aplikasi sosial media berwarna biru yang kerap ia gunakan untuk sekadar melihat aktivitas teman-temannya atau mengunggah cerita-cerita ringan. Namun, hari itu berbeda. Sehari sebelumnya, Vherolla memasang foto profil baru, wajah Romi yang tersenyum lebar. Entah kenapa, saat itu ia hanya merasa ingin melakukannya, meski sedikit ganjil juga baginya. Namun, tanpa diduga, pagi itu ada sebuah pesan yang mengusik pikirannya.

Permintaan pertemanan dari seorang perempuan muncul di layar, tanpa curiga sedikit pun, Vherolla langsung mengonfirmasi pertemanan tersebut. Seketika, Vherolla mendapati sebuah pesan masuk dari perempuan itu.

"Semoga kamu bahagia sama yang baru."

Vherolla mengerutkan kening, pesannya singkat tapi cukup membuat otaknya berputar. Siapa perempuan ini? Dan apa maksudnya dengan "yang baru"?

Rasa penasaran mengusiknya. Apa mungkin perempuan itu salah paham dengan foto profil Romi yang ia pasang? Mungkin saja, perempuan itu berpikir ia sedang bersama seseorang yang baru. Vherolla mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres di balik pesan ini. Akhirnya, tanpa banyak berpikir, ia membalas pesan tersebut.

"Maaf, maksudnya apa ya?"

Balasan datang hampir seketika.

"Kamu Romi, kan?"

Jantung Vherolla berdebar keras. Dia terdiam sejenak sebelum membalas lagi.

"Maaf, saya bukan Romi. Ini siapa?"

Ada jeda beberapa menit sebelum perempuan itu merespons. Vherolla menggigit bibirnya, perasaan tidak enak mulai menyelimutinya. Beberapa kemungkinan mulai berputar di kepalanya, namun dia mencoba untuk tidak berasumsi terlalu jauh. Akhirnya, sebuah balasan muncul di layar.

"Berarti kamu pacarnya Romi, ya? Aku mantannya Romi. Kami dulu pacaran lama, sampai akhirnya dia pergi begitu saja tanpa penjelasan. Dia blokir aku di mana-mana, dan lebih parah lagi, dia punya hutang yang belum dia bayar sampai sekarang."

Vherolla terkejut. Tangannya bergetar saat ia membaca pesan itu. Mantan? Romi tidak pernah bercerita apapun tentang mantannya, apalagi soal hutang. Dan sekarang, perempuan ini mengatakan Romi kabur meninggalkannya begitu saja?

"Maaf, bisa jelaskan lebih detail? Aku nggak tahu apa-apa soal ini," balas Vherolla, meski sebenarnya ia merasa sudah mulai bisa menebak arah pembicaraan ini.

"Aku sama Romi pacaran hampir dua tahun. Dia bilang mau serius, kita sempat bicara soal nikah juga, tapi tiba-tiba dia mulai menjauh. Awalnya aku pikir mungkin ada masalah, tapi lama-lama dia makin nggak jelas. Sampai akhirnya aku sadar dia udah punya pacar baru, dan tiba-tiba aku diblokir di semua media sosial. Romi juga pernah pinjam uang dari aku dengan alasan buat modal usaha, tapi sampai sekarang nggak dikembalikan sepeser pun."

Vherolla merasakan perutnya mual. Semua yang perempuan itu ceritakan terdengar sangat familiar. Pinjaman uang dengan alasan untuk usaha? Bukankah itu juga yang Romi lakukan padanya? Seketika ingatan tentang gitar baru Romi, dan kebohongan soal usaha sembako yang katanya dititipkan di rumah pamannya, kembali muncul di benaknya.

Perempuan di seberang percakapan kembali mengetik.

"Aku nggak tahu dia sekarang gimana, tapi kalau kamu pacarnya yang sekarang, hati-hati aja. Romi pandai bermain kata-kata. Dia bisa bikin kamu percaya padanya, padahal dia cuma main-main. Aku udah cukup kapok dibohongi dia. Dan dia itu pemain, playing victim sekaligus manipulatif."

Vherolla terdiam, pandangannya menatap kosong ke layar ponsel. Dia merasakan emosi yang campur aduk, antara marah, kecewa, dan sedih. Dia tidak tahu harus merespons apa lagi. Di satu sisi, ia merasa tersakiti oleh kenyataan bahwa Romi ternyata tidak pernah berubah. Di sisi lain, ia merasakan kebencian yang mulai membara kepada Romi.

Setelah beberapa saat berpikir, Vherolla mengetik lagi.

"Makasih udah cerita. Aku nggak tahu soal hutang itu, tapi sepertinya aku juga mengalami hal yang sama."

Perempuan itu membalas dengan cepat.

"Kalau kamu butuh bukti, aku bisa kirim screenshot percakapan terakhir kita sebelum dia blokir aku. Waktu itu dia janji mau bayar, tapi sampai sekarang nggak ada kabar."

Tanpa berpikir panjang, Vherolla mengiyakan tawaran tersebut. Tak lama kemudian, beberapa tangkapan layar muncul di ponselnya. Romi, dalam pesan itu, terlihat berjanji akan mengembalikan uang yang dia pinjam, namun di satu sisi juga memberikan alasan-alasan yang tampaknya hanya dibuat-buat. Vherolla merasakan panas di dadanya semakin menguat.

"Aku udah nggak peduli lagi sama dia, yang penting sekarang aku cuma mau ngasih tahu biar kamu nggak terjebak seperti aku." pesan terakhir dari perempuan itu terdengar tulus.

Vherolla mengucapkan terima kasih, kemudian menutup percakapan. Matanya masih tertuju pada ponsel, tetapi pikirannya jauh melayang. Dia telah tertipu, dimanipulasi oleh seseorang yang selama ini ia percaya. Romi bukan hanya membohonginya, tapi juga sudah merusak banyak hati di sepanjang jalan.

Di dalam hati, Vherolla tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Namun, ada satu hal yang menahannya, perasaan bahwa Romi telah merenggut lebih dari sekadar hatinya. Hubungan mereka telah mencapai titik di mana ia merasa terlalu dalam untuk mundur, terlalu banyak yang sudah dikorbankan.

Tapi kali ini, pikirannya mulai berubah. Mungkin sudah waktunya ia berpikir untuk keluar dari hubungan ini.

Vherolla menatap layar ponselnya, mencoba mencerna apa yang baru saja ia pelajari. Romi, pria yang selama ini ia percayai dan cintai, ternyata bukan hanya mempermainkannya tetapi juga mantan pacarnya. Perasaan kesal dan kecewa bercampur jadi satu. Dia tidak bisa menahan pikiran bahwa selama ini, Romi bukanlah orang yang ia kira.

Namun, meski perasaan amarah meluap dalam dadanya, ada bagian dari dirinya yang masih ragu. Bagaimana jika perempuan itu hanya berusaha memfitnah Romi? Bagaimana jika semua ini salah paham? Vherolla menggigit bibirnya, mencoba mencari alasan untuk membela Romi, tetapi semua bukti yang ia miliki semakin membuatnya sulit untuk percaya lagi.

Ia ingat betapa Romi memintanya uang dengan janji-janji manis tentang usaha sembako, yang ternyata hanya kebohongan belaka. Ditambah lagi dengan pengakuan Rozak dan Runi, yang keduanya mengonfirmasi bahwa Romi tidak melakukan apa pun selain bermalas-malasan dan bersenang-senang dengan uang Vherolla.

“Kok bisa aku sebodoh ini?” gumam Vherolla sambil mengusap wajahnya yang lelah. Dia merasa bodoh karena selama ini mempercayai Romi, padahal tanda-tanda sudah jelas di depan matanya. Keputusan untuk terus membantunya, bahkan setelah dia tahu bahwa Romi menggunakan uang itu untuk hal lain, kini terasa begitu konyol.

Tak lama setelah pikiran-pikiran itu berkecamuk, ponselnya bergetar. Pesan dari Romi masuk.

"Sayang, gimana? Aku butuh uang lagi untuk menambah modal warung. Kamu bisa bantuin, kan?"

Pesan itu bagaikan paku terakhir yang menancap dalam di hatinya. Vherolla terdiam, tangannya menggenggam ponsel dengan erat, lalu tanpa pikir panjang, dia tidak membalas pesan Romi.

Vherolla menarik napas dalam-dalam, ia tahu bahwa ini baru awal dari keputusannya. Tekad mulai terbangun dalam dirinya untuk menghadapi Romi dan keluar dari hubungan yang hanya merugikannya. Dia tidak mau lagi menjadi korban dari kebohongan dan manipulasi pria itu. Saatnya dia mengambil kendali kembali atas hidupnya.

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!