Butuh Bahu!

Hari itu, Vherolla kembali ke rutinitasnya. Pekerjaan di kantor mulai padat lagi setelah seminggu diliburkan karena renovasi. Meskipun dia masih merasa berat dengan semua permasalahan yang dia hadapi dengan Romi, dia berusaha fokus dan tetap menjalankan aktivitasnya dengan baik. Suasana kantor sibuk seperti biasanya, tetapi di dalam hati Vherolla, semua terasa lebih berat dari biasanya. Pikiran tentang Romi yang mungkin masih berhubungan dengan banyak wanita terus membayangi benaknya.

Sore itu, setelah jam kerja selesai, Vherolla bersiap untuk pulang. Seperti biasa, dia mengambil motornya di tempat parkir dan bersiap untuk perjalanan pulang. Namun, ketika dia mencoba menyalakan motornya, mesinnya tak mau hidup. Berkali-kali ia mencoba, tetapi tidak ada reaksi dari motornya.

"Aduh, kenapa lagi nih motor," gumam Vherolla dengan wajah kesal.

Ia melihat sekeliling, tempat itu agak sepi karena sebagian besar orang sudah meninggalkan kantor. Saat mulai merasa bingung harus bagaimana, sebuah suara akrab tiba-tiba terdengar dari belakangnya.

"Motornya kenapa, Kak?"

Vherolla menoleh dan melihat Runi, adik Romi, yang kebetulan lewat mengendarai motornya. Runi menghentikan motornya di dekat Vherolla dan turun.

"Ah, motor ini nggak mau nyala, aku juga nggak tahu kenapa," jawab Vherolla sedikit panik.

Runi mendekat dan memeriksa motor Vherolla sebentar, mencoba menghidupkan mesinnya, namun hasilnya sama saja.

"Kayaknya mesti dibawa ke bengkel, Kak. Di sini sepi, susah kalau ditinggalin," kata Runi setelah menyerah mencoba menghidupkan motor itu.

"Aduh, gimana nih? Aku beneran nggak tahu mesti gimana kalau motor ini rusak," Vherolla mengeluh sambil melihat sekeliling.

Runi tersenyum dan menawarkan solusi, "Udah, kita bawa ke bengkel terdekat aja. Aku bantuin dorong sampai bengkel, deket kok dari sini."

Vherolla akhirnya setuju, dan mereka bersama-sama mendorong motor itu menuju bengkel motor yang jaraknya tidak terlalu jauh. Sampai di bengkel, seorang mekanik segera memeriksa motornya.

"Ini ada masalah di mesinnya, Mbak. Kayaknya harus ganti beberapa onderdil, jadi motornya harus ditinggal di sini paling nggak tiga hari," kata petugas bengkel sambil memperbaiki kabel motor yang terlihat rusak.

Vherolla mengangguk pasrah. "Ya udah deh, nggak apa-apa."

Setelah urusan di bengkel selesai, Runi menawarkan untuk mengantar Vherolla pulang ke kosnya. "Aku anterin kamu pulang ya, Kak. Nggak usah khawatir, besok kan masih bisa naik bus kota buat ke kantor."

"Terima kasih banget, Runi. Kamu baik, deh," balas Vherolla dengan senyum lega. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan tanpa bantuan Runi.

Sesampainya di kos, Vherolla mempersilakan Runi untuk masuk. Runi tampak ragu sebentar, tapi akhirnya ikut masuk ke dalam kamar kos Vherolla yang sederhana tapi rapi. Setelah meletakkan tasnya di meja, Vherolla segera membuatkan Runi segelas kopi susu yang ia beli beberapa hari sebelumnya di warung terdekat.

"Ini, kopinya. Makasih banget, Run, udah bantuin aku tadi," ujar Vherolla sambil menyodorkan gelas kepada Runi.

"Nggak masalah, Kak Vhe. Aku senang bisa bantu," jawab Runi sambil menerima gelas itu. Mereka duduk di kursi di sudut kamar, suasana terasa cukup nyaman meskipun Vherolla masih merasa resah.

Obrolan ringan mereka berubah menjadi lebih serius ketika Vherolla tiba-tiba merasa kelepasan berbicara tentang masalahnya dengan Romi. Mulanya dia hanya ingin mengucapkan beberapa hal ringan, tapi semakin lama, perasaan yang ia pendam begitu lama meledak.

"Aku nggak ngerti, Run, Romi akhir-akhir ini sering banget bikin aku sakit hati. Dia jarang banget balas chat aku, tapi aku sering lihat dia asik ngobrol di sosial media sama cewek-cewek lain," ucap Vherolla dengan nada lemas.

Runi menatap Vherolla dengan pandangan prihatin, "Kamu udah pernah ngomong ke Romi soal ini?"

Vherolla menggeleng pelan. "Aku takut, Run. Aku takut dia marah atau malah ninggalin aku. Padahal aku sayang banget sama dia. Tapi... aku juga nggak tahu sampai kapan aku bisa tahan."

Mata Vherolla mulai berkaca-kaca, suaranya bergetar menahan isak. "Kadang aku ngerasa nggak berarti buat dia. Aku udah kasih semuanya, tapi dia tetep aja kayak nggak nganggap aku."

Melihat Vherolla yang mulai menangis, Runi mencoba menenangkannya. Dia menggeser kursinya mendekat dan menyentuh pundak Vherolla.

"Kak, dengerin aku," kata Runi dengan suara lembut. "Aku tahu ini nggak mudah, tapi kamu nggak boleh biarin Romi terus-terusan nyakitin kamu kayak gini. Kamu juga berhak bahagia."

Vherolla mengusap air mata di pipinya. "Tapi aku nggak tahu harus gimana, Run. Aku nggak bisa lepas dari dia, aku udah terlalu sayang."

Runi menatap Vherolla dengan penuh perhatian. "Kalau kamu butuh bahu buat bersandar atau pelukan buat menenangkan kamu, aku selalu ada buat kamu, Kak."

Kata-kata Runi itu membuat Vherolla terharu. Tanpa pikir panjang, dia memeluk Runi dengan lembut. Pelukan itu terasa hangat, memberi sedikit ketenangan di tengah kekacauan perasaannya. Runi membalas pelukan itu dengan hati-hati, berusaha memberikan dukungan sebanyak mungkin kepada Vherolla.

Selama beberapa menit, mereka berpelukan dalam keheningan. Vherolla merasakan beban di pundaknya sedikit terangkat meskipun pikirannya masih berkecamuk. Runi tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya ada di sana, menjadi sandaran bagi Vherolla di saat-saat tersulitnya.

Akhirnya, Vherolla melepaskan pelukan itu dan menatap Runi dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Terima kasih, Run. Kamu selalu ada buat aku."

Runi tersenyum kecil dan mengangguk. "Aku bakal selalu ada buat kamu, Kak Vhe."

Malam itu, setelah Runi pamit pulang, Vherolla merenung di tempat tidurnya. Hatinya masih diliputi kebingungan, tetapi kehadiran Runi memberinya sedikit kelegaan. Namun, satu hal yang kini mulai terbesit di benaknya adalah bagaimana ia akan menghadapi Romi dan memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya.

Vherolla terus berbaring di tempat tidur setelah Runi pulang. Suasana kamar kosnya yang sepi terasa semakin sunyi saat pikirannya terus bergulat dengan perasaan campur aduk. Ia merasa sedikit lebih tenang setelah curhat dengan Runi, tetapi kekalutan dalam hatinya belum sepenuhnya hilang.

Di satu sisi, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Romi telah merenggut sesuatu yang sangat berharga baginya, yaitu keperawanannya. Vherolla sudah menyerahkan segalanya untuk Romi, termasuk kepercayaan dan tubuhnya. Tetapi di sisi lain, ia juga tidak bisa menepis rasa sakit yang timbul setiap kali mengingat pesan-pesan mesra Romi dengan wanita lain. Romi adalah pria yang selama ini ia cintai dengan sepenuh hati, namun kini ia mulai meragukan apakah cinta itu layak dipertahankan.

Vherolla duduk di tepi tempat tidur, mengusap wajahnya yang lelah. "Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri. Dia tahu bahwa jika ia tetap bersama Romi, kemungkinan besar ia akan terus tersakiti. Tapi meninggalkan Romi juga bukan keputusan yang mudah, apalagi setelah apa yang terjadi di antara mereka.

Dia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Pikirannya berputar tentang bagaimana ia bisa menghadapi Romi ke depannya. Apakah ia bisa melanjutkan hubungan ini atau harus mulai memikirkan untuk mencari kebahagiaan di luar Romi?

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!