Terperangkap dalam Dilema

Pagi itu, Romi terbangun dengan kepala yang sedikit pusing akibat mabuk malam sebelumnya. Ia memandang sekeliling kamar kos Vherolla, lalu bangkit perlahan dan menuju kamar mandi. Suara gemericik air mengalir terdengar samar-samar, sementara Vherolla masih terbaring di tempat tidur, memikirkan kejadian semalam.

Vherolla merasa hatinya campur aduk. Ada rasa senang dan rasa bersalah yang berbaur. Ia tak dapat mengabaikan kenyataan bahwa Romi telah begitu jauh masuk ke dalam kehidupannya. Setelah kejadian semalam, perasaan Vherolla terhadap Romi semakin dalam, namun bayangan pesan-pesan mesra yang ia lihat di ponsel Romi terus menghantui pikirannya.

Setelah Romi keluar dari kamar mandi, ia mendapati Vherolla duduk di tepi tempat tidur, mengenakan baju yang sedikit terbuka karena cuaca yang sangat panas. Dapat terlihat jelas kedua gunung kembar Vherolla menyembul keluar. Romi menelan Saliva, dan tanpa berkata apa-apa pria itu mendekatinya, menatap Vherolla dengan pandangan yang intens.

"Kenapa kamu diam saja, Vhe?" tanya Romi sambil tersenyum tipis, mencoba mencairkan suasana.

Vherolla menoleh ke arah Romi, tapi hatinya masih penuh dengan kebingungan. Ia berusaha tersenyum, meskipun pikirannya berkecamuk. "Gak apa-apa, Mas... Cuma lagi mikir aja."

Romi mendekat, menyentuh bahu Vherolla dengan lembut. "Kamu tahu, kan, aku sayang sama kamu?" bisik Romi, suaranya rendah tapi penuh keyakinan.

Namun, di balik kata-kata manis itu, Vherolla tahu ada sesuatu yang salah. Sejak semalam, perasaannya terus dilanda kecurigaan. Dia teringat pesan-pesan mesra yang dilihatnya di ponsel Romi, dan hatinya berdebar semakin kencang.

"Aku gak mau kehilangan kamu, Mas..." jawab Vherolla pelan, suaranya hampir tak terdengar.

Romi menarik Vherolla ke dalam pelukannya, memberikan ciuman di keningnya. Kemudian turun ke bibir ranum Vherolla, dan perlahan tangan Romi menelusup ke dalam pakaian Vherolla.

Tanpa basa-basi, Romi langsung meremas dua gundukan empuk milik Vherolla. Kemudian memainkan pucuknya, membuat hasrat Vherolla kembali bangkit. Kedua insan itu terus berciuman.

Perlahan Romi menyesap kuat pucuk gunung Vherolla. Vherolla semakin hanyut dalam adegan tersebut. Romi begitu pandai memberikan kenikmatan surga dunia.

Tak menyiakan kesempatan itu, Romi mulai melepaskan satu persatu pakaian yang melekat pada tubuh Vherolla hingga polos tanpa sehelai benang pun.

Romi membopong Vherolla, meletakkannya di atas kasur, dan ... tanpa sadar dan seolah dirasuki iblis, tanpa sadar mereka melakukan hubungan layaknya suami istri.

Desahan demi desahan terdengar samar di dalam kamar kos dengan dinding kamar yang menjadi saksi bisu.

Permainan selesai, keduanya terkulai lemas tak berdaya. Beberapa menit kemudian, Vherolla bangkit dan menuju kamar mandi. Dia merasakan perih pada area sensitifnya. 'Ya Tuhan, aku sudah ternoda,' batinnya.

Di momen itu, Vherolla merasa terperangkap antara cinta dan rasa sakit. Romi telah merenggut sesuatu yang sangat berharga darinya, sesuatu yang tidak akan pernah bisa dikembalikan. Dan kini, ia merasa seolah terikat lebih kuat dengan Romi, namun hatinya juga terluka oleh kenyataan yang ia temukan.

Mereka duduk dalam keheningan sejenak, menikmati kedekatan satu sama lain. Namun, di dalam hati Vherolla, gejolak perasaan terus membesar. Bagaimana ia bisa bertahan dengan Romi, sementara banyak bukti menunjukkan bahwa Romi tidak sepenuhnya setia?

Ketika Romi berpamitan untuk pulang, Vherolla hanya bisa terdiam. Ia menyaksikan Romi melangkah pergi, meninggalkan jejak perasaan yang semakin rumit. Meskipun hatinya hancur, Vherolla merasa tidak bisa melepaskan Romi begitu saja. Setelah semua yang terjadi, dia merasa terperangkap dalam hubungan ini, meskipun logikanya mengatakan untuk berhenti.

Di tempat tidur itu, sendirian, Vherolla merenung. Apakah pengorbanan yang ia lakukan selama ini sepadan dengan apa yang ia terima? Apakah cintanya layak dipertahankan? Perasaan yang terpendam semakin menghimpit, dan Vherolla kini ia sedang berada di persimpangan yang sulit dalam hidupnya.

Setelah Romi pergi, Vherolla duduk di sudut tempat tidur dengan perasaan hampa. Matanya menatap kosong pada sprei yang terdapat bercak darah. Ya, itu adalah darah keperawanan Vherolla!

Kejadian semalam berputar dalam pikirannya seperti film yang terus diulang-ulang, tidak bisa ia hentikan.

"Apa aku terlalu mudah menyerah?" gumamnya sendiri. Sejak awal, Vherolla tahu bahwa hubungan mereka tidak selalu mulus. Romi sering mengabaikan perasaannya, membuatnya merasa tidak dihargai. Namun di balik semua itu, Romi selalu berhasil memikatnya kembali dengan kata-kata manis, seperti mantra yang membuatnya terus bertahan.

Vherolla menghela napas panjang. Ia teringat bagaimana Romi merenggut keperawanannya. Meskipun ia menyayangi Romi, rasa bersalah dan kecewa kini semakin kuat. Ia merasakan beban yang berat di dadanya, seakan-akan cinta yang ia berikan tidak dihargai dengan sepantasnya.

Dia bangkit dari tempat tidur, berjalan pelan ke arah cermin di sudut kamar. Vherolla memandang dirinya sendiri, mencoba mencari jawaban di balik refleksi yang tampak begitu letih. Apa yang salah? Mengapa ia tetap bertahan dengan Romi meskipun banyak hal yang menyakitkan?

Ia memikirkan pesan-pesan mesra yang dilihatnya di ponsel Romi. Hatinya kembali panas saat teringat bagaimana Romi begitu santai berbincang dengan wanita lain di sosial media, padahal dia sendiri sulit sekali mendapatkan perhatian Romi. Rasanya seperti ditikam dari belakang.

Sementara itu, pikirannya melayang pada hubungan mereka yang kini semakin kompleks. "Aku sudah memberikan segalanya... Bagaimana bisa aku pergi?" pikirnya, seakan-akan ada tali yang kuat mengikatnya pada Romi.

Namun, di sisi lain, ia tidak bisa menutupi rasa takut yang kini mulai merayap di hatinya. Apakah Romi akan benar-benar setia? Apakah hubungan mereka bisa bertahan setelah semua ini?

Pikirannya berkecamuk, dan Vherolla merasa semakin terjebak dalam dilema. Di satu sisi, ia masih menyimpan harapan bahwa Romi bisa berubah. Tapi di sisi lain, semakin banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Romi tidak bisa dipercaya.

Vherolla memutuskan untuk menghubungi Yasmin. Ia butuh seseorang untuk bicara, seseorang yang bisa memberinya sudut pandang lain. Yasmin selalu menjadi pendengar yang baik, dan Vherolla merasa butuh dukungan dari sahabatnya itu.

Vherolla mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat.

Vherolla: "Yas, kamu sibuk? Aku butuh bicara."

Tidak butuh waktu lama bagi Yasmin untuk merespons.

Yasmin: "Enggak sibuk, Vhe. Ada apa? Kamu baik-baik aja?"

Vherolla terdiam sejenak, jari-jarinya mengetik pesan tapi kemudian dihapus. Ia tidak tahu harus mulai dari mana untuk menceritakan semuanya. Setelah menarik napas dalam-dalam, ia mengetik lagi.

Vherolla: "Aku bingung, Yas. Romi… dia kayaknya nggak sepenuhnya jujur sama aku. Aku nemu banyak pesan mesra di HP-nya."

Pesan terkirim, dan detik berikutnya jantung Vherolla berdegup kencang. Ia tahu Yasmin akan merespons dengan cepat, dan benar saja, ponselnya berbunyi tak lama kemudian.

Yasmin: "Astaga, Vhe. Apa maksudmu? Kamu udah cek ponselnya?"

Vherolla: "Iya, aku lihat sendiri. Banyak pesan dari cewek-cewek yang mesra sama dia. Dan itu nggak cuma satu-dua orang, Yas."

Hening sejenak. Vherolla tahu Yasmin sedang mencerna apa yang baru saja ia katakan.

Yasmin: "Oh, Vhe… kenapa kamu nggak langsung tanya Romi? Apa dia bilang apa-apa soal itu?"

Vherolla: "Aku belum sempat tanya. Dia mabuk semalam dan ketiduran, jadi aku cek ponselnya. Aku bingung, Yas. Dia bilang sayang sama aku, tapi kenyataannya…"

Yasmin: "Vhe, kalau dia benar-benar sayang, dia nggak akan melakukan itu. Kamu udah terlalu banyak berkorban untuk dia."

Kata-kata Yasmin menusuk tepat di hati Vherolla. Ia tahu Yasmin benar, tapi ada bagian dalam dirinya yang masih enggan mengakui kenyataan pahit itu.

Vherolla: "Tapi aku nggak bisa ninggalin dia begitu aja, Yas. Dia udah... Kamu tahu, aku udah kasih semuanya."

Yasmin: "Aku ngerti, Vhe. Tapi hubungan ini nggak sehat kalau cuma kamu yang terus-terusan ngalah."

Vherolla terdiam. Ia merasa terjebak dalam konflik batin yang tidak berujung. Cintanya kepada Romi terlalu besar, tapi kekecewaannya juga semakin sulit untuk diabaikan.

Yasmin: "Dengerin aku, Vhe. Kamu perlu ngomong sama Romi. Kasih dia kesempatan buat jelasin, tapi jangan biarin dia terus-terusan bikin kamu sakit."

Vherolla mengangguk meskipun Yasmin tidak bisa melihatnya. "Iya, mungkin Yasmin benar," pikirnya. Ia harus bicara dengan Romi, harus menyelesaikan semuanya. Meski hatinya sakit, ia tahu keputusan harus segera diambil.

Setelah percakapan itu, Vherolla merasa sedikit lega. Namun, bayangan tentang Romi dan pesan-pesan yang ia lihat masih menghantui pikirannya.

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!