Pesan Mesra Meresahkan

Dua Minggu kemudian ....

Sore itu, Vherolla duduk gelisah di atas kasurnya, menunggu Romi yang akan datang ke kosnya. Dia sudah memberitahu bahwa hari ini dia libur kerja dan mereka bisa menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali ponselnya berbunyi, namun bukan dari Romi, hanya notifikasi dari grup dan teman-temannya. Waktu sudah berlalu hampir satu jam sejak Romi bilang akan datang.

Akhirnya, pintu kos diketuk. Vherolla segera berlari kecil dan membuka pintu. Romi berdiri di sana, namun ada yang berbeda kali ini, bau alkohol yang tajam langsung menyergap indra penciumannya. Romi jelas mabuk.

"Rom... kamu mabuk?" tanya Vherolla terkejut.

Romi hanya tersenyum tipis dan masuk tanpa menunggu undangan. "Cuma sedikit, Vhe. Santai aja," jawabnya dengan nada yang sedikit bergetar. Dia terhuyung menuju kasur Vherolla dan duduk dengan malas.

Vherolla menutup pintu dan mendekat, merasa tidak nyaman dengan keadaan Romi yang mabuk. "Kenapa kamu minum-minum, Rom?" tanyanya sambil berdiri di depannya, cemas.

"Ah, nggak apa-apa kok, Vhe. Aku cuma... yah, lagi pengen aja," jawab Romi sambil menyeringai kecil, menarik tangan Vherolla agar mendekat. "Sini deh, duduk sama aku."

Vherolla menurut dan duduk di sampingnya. Namun, Romi segera merangkul Vherolla erat, terlalu erat untuk kenyamanannya. Dia memegang wajah Vherolla, menatapnya dalam-dalam. "Kamu cantik banget malam ini," gumam Romi dengan suara yang berat. Bibirnya kemudian mengecup bibir Vherolla, dan terjadilah ciuman yang penuh hasrat.

Romi memagut bibir Vherolla dengan penuh nafsu.

Awalnya, Vherolla terbuai oleh ciuman itu, hanyut dalam perasaan yang bercampur aduk. Tapi ketika Romi mulai meremas dadanya, dia sadar apa yang sedang terjadi. Tangan Romi bergerak liar membuka kancing baju Vherolla dan memainkan pucuk salah satu gunung kembarnya, membuat Vherolla semakin tak nyaman. Vherolla mencoba mengendalikan perasaannya yang semakin terombang-ambing.

"Rom... cukup," kata Vherolla sambil menarik diri, meskipun tubuhnya bergetar karena sentuhan maut Romi.

Namun, Romi tidak langsung berhenti. "Ayo, Vhe... kita lanjutkan," bisiknya dengan napas terengah. Tangannya bergerak turun, mencoba meraih sesuatunyang lebih dari yang seharusnya.

Vherolla menggigil, tapi kali ini bukan karena hasrat, melainkan ketakutan dan keraguan. "Rom, aku bilang cukup!" ujarnya lebih tegas sambil menjauhkan tangan Romi dari tubuhnya. Romi terdiam sejenak, matanya terlihat kabur dan bingung.

Dia menatap Vherolla dengan frustrasi, namun sepertinya terlalu mabuk untuk melawan. Akhirnya, Romi menyerah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur Vherolla. "Oke... oke, aku tidur aja, deh," gumamnya lemah, sebelum akhirnya terlelap.

Vherolla terdiam sejenak, mencoba menenangkan dirinya. Dia merasa kacau, tubuhnya masih gemetar karena ketegangan yang baru saja terjadi. Tatapannya jatuh pada ponsel Romi yang tergeletak di sampingnya. Tanpa sadar, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mengecek ponsel itu.

Dengan hati-hati, dia mengambil ponsel Romi. Untungnya, ponsel itu tidak terkunci sandi. Jari-jarinya gemetar saat dia membuka aplikasi pesan berwarna hijau. Begitu aplikasi terbuka, Vherolla terhenyak. Di sana, ada puluhan pesan dari banyak perempuan. Beberapa pesan bahkan berisi candaan mesra, memanggil Romi dengan sebutan-sebutan manis yang seharusnya hanya diucapkan padanya.

Napas Vherolla tercekik. Dadanya terasa sesak, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia terus menggulir pesan demi pesan, semakin dalam semakin hancur hatinya.

Setelah itu, Vherolla beralih ke aplikasi sosial media berwarna biru. Lagi-lagi, dia menemukan pesan-pesan yang lebih parah. Romi dengan santainya berbicara mesra dengan banyak wanita lain. Dan tidak hanya itu, ada banyak sekali nama wanita yang masuk dalam daftar blokir. "Ini pasti mantan-mantannya," pikir Vherolla. "Banyak sekali..."

Perasaan marah dan kecewa menyelimuti dirinya. Vherolla mulai paham bahwa Romi bukan hanya sekadar bercanda dengan wanita lain. Romi telah bermain di belakangnya dengan banyak perempuan, dan kini dia sadar bahwa Romi menyimpan begitu banyak rahasia. Namun, di saat itu, Vherolla merasa tidak berdaya. Dia tidak siap menghadapi kenyataan ini.

Tiba-tiba, Romi bergerak, tubuhnya seolah-olah akan bangun dari tidur mabuknya. Vherolla cepat-cepat menutup aplikasi dan meletakkan ponsel itu kembali di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang, takut Romi menyadari apa yang telah dia lakukan.

Romi hanya menggumam pelan, lalu kembali tertidur. Vherolla mencoba menenangkan dirinya, namun rasa sakit di hatinya terus menggeliat, menolak untuk pergi.

Dia memejamkan mata, mencoba menahan air mata yang siap mengalir. Di satu sisi, ia mencintai Romi dengan tulus, namun di sisi lain, ia mulai menyadari bahwa cintanya tak lagi dibalas dengan ketulusan yang sama. Hatinya mulai retak, namun dia masih mencoba berpura-pura kuat.

Malam itu, meski Romi ada di sampingnya, Vherolla merasa sendirian.

Vherolla duduk di tepi ranjang, mengamati wajah Romi yang terlelap. Pikirannya berkecamuk, antara sakit hati dan rasa penasaran yang belum terjawab. Ponsel Romi masih tergeletak di meja, hanya beberapa sentimeter dari tangannya. Meski hati kecilnya berbisik untuk tidak membuka, ia tidak bisa menahan diri. Dengan tangan gemetar, ia mengambil ponsel itu dan mulai menjelajahi pesan demi pesan yang sebelumnya sudah ia baca.

Tangannya berhenti sejenak di salah satu percakapan. Isinya bukan hanya sekadar candaan mesra, tapi janji pertemuan. "Besok, kita ketemu di tempat biasa ya, sayang," pesan dari salah satu wanita itu tertera jelas di layar. Vherolla merasakan matanya memanas. Hatinya seperti ditusuk ribuan jarum.

Perlahan, ia menutup ponsel itu dan meletakkannya kembali di meja. Romi bergerak, setengah sadar, tapi tetap terlelap. "Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Rom?" bisik Vherolla, meskipun ia tahu tak akan ada jawaban dari pria yang terlelap itu.

Vherolla berusaha untuk tidak menangis, namun perasaannya semakin tenggelam dalam gelombang kecewa yang tak terbendung. Perasaannya hancur melihat bukti pengkhianatan Romi yang ada di hadapannya. Meski Romi tidur di sampingnya, terasa seperti ada dinding yang memisahkan mereka. Sakit hati yang dirasakannya begitu dalam, namun ia masih terjebak dalam kebingungan. Apakah harus tetap bersama Romi, atau mulai memikirkan untuk melepaskannya?

Dengan mata yang masih merah karena menahan tangis, Vherolla memejamkan mata dan mencoba untuk tidur. Namun setiap kali ia hampir terlelap, bayangan percakapan mesra di ponsel Romi kembali menghantui pikirannya. Hati kecilnya berkata bahwa semua ini harus diakhiri, tapi ia belum siap. Belum siap kehilangan Romi, meskipun pria itu sudah mengkhianatinya.

Malam itu, tidur Vherolla penuh dengan mimpi buruk.

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!