Mulai Terabaikan

Malam itu, di kamar kos yang sederhana, Vherolla duduk bersandar di atas kasur, memeluk bantal guling sambil menatap layar ponselnya. Sudah lebih dari satu jam sejak ia mengirim pesan kepada Romi, tapi tak ada balasan. Dia merasa resah. Meskipun Romi sudah sering terlambat membalas pesan, kali ini Vherolla merasa ada yang berbeda. Terlebih karena hubungan mereka selama ini terlihat baik-baik saja.

"Mas, lagi apa?" itulah pesan terakhir yang ia kirimkan. Hanya sekadar bertanya tentang kegiatan Romi, berharap ada respon. Tapi pesan itu masih terkubur dalam status 'terkirim', tanpa tanda-tanda bahwa Romi telah membacanya.

Vherolla menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri. Mungkin Romi sibuk, pikirnya. Namun, semakin lama menunggu, semakin tidak nyaman rasanya. Ia mulai gelisah, tangannya bergerak membuka aplikasi media sosial berwarna biru yang biasa ia dan Romi gunakan.

Saat Vherolla membuka beranda, matanya langsung terpaku pada sebuah postingan dari Romi yang muncul di bagian teratas. Sebuah foto selfie Romi dengan gaya andalannya dan wajah yang sudah difilter, sambil mengenakan jaket hitam. Caption yang ia tulis juga terkesan santai. "Hari minggu di rumah, ada yang mau join?"

Vherolla tidak merasa terganggu dengan foto itu, tapi ketika ia melihat kolom komentar, hatinya mendadak berdebar. Di sana, ada komentar-komentar dari beberapa wanita yang ia tidak kenal, saling membalas satu sama lain dengan Romi.

Komentar pertama datang dari seorang wanita bernama Lia. "Keren banget, Mas. Udah siap nih ngajak jalan-jalan cewek cantik di sebelah?"

Romi membalas dengan santai. "Hahaha, jangan bikin aku besar kepala gitu dong. Mau ikut jalan bareng?"

Tawa kecil muncul di bibir Vherolla, namun hanya sekejap. Rasanya semakin janggal saat komentar-komentar itu terus bertambah. Ada juga dari wanita lain bernama Winda. "Kalau aku ikut, Mas, jadi rebutan nih sama cewek-cewek yang lain."

Dan balasan Romi. "Ya nggak mungkin dong, kalau kamu ikut, pasti jadi prioritas."

Bibir Vherolla mengatup erat, rasa panas mulai membuncah di dalam hatinya. Ia segera mengecek chat di ponselnya. Tetap tidak ada balasan dari Romi.

"Ternyata dia lebih mentingin komen dari cewek-cewek itu daripada membalas chatku," gumam Vherolla pelan, sambil menatap layar ponselnya. Rasa marah dan kecewa mulai merayapi hatinya. Ia merasa terabaikan, seperti Romi tak menganggap penting pesannya.

Malam itu, Vherolla menunggu, terus membuka kembali pesan dan menunggu tanda "terbaca" muncul. Namun, yang ia dapatkan hanyalah komentar-komentar terus bertambah di status Romi. Rasanya seperti disakiti perlahan, tanpa disadari oleh orang yang ia cintai.

Setelah sekian lama, Vherolla akhirnya menutup aplikasi media sosial dan meletakkan ponselnya dengan berat hati. Rasa kesal membuatnya sulit berpikir jernih. Namun di balik rasa kesalnya, ada suara kecil di dalam hatinya yang mulai mempertanyakan, apakah Romi benar-benar serius dengannya? Kenapa Romi lebih asyik berkomentar dengan wanita lain daripada menghabiskan waktu bersamanya?

Dia terbaring di kasur, matanya menerawang ke langit-langit kamar. Malam terasa semakin panjang, dan Vherolla semakin tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Kenapa kamu jadi begini, Rom? Apa kamu sudah tidak peduli lagi?" bisik Vherolla dalam hati, merasa dikhianati tanpa kata-kata.

Vherolla menunggu hingga akhirnya kesabaran itu habis. Rasa marah dan kekecewaannya semakin membesar setiap kali melihat Romi terus sibuk membalas komentar cewek-cewek lain di media sosial. Ia memutuskan untuk langsung menelepon Romi.

Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum akhirnya panggilan itu diangkat.

"Halo?" suara Romi terdengar dari seberang, terdengar malas, seolah-olah tak ada hal penting yang terjadi.

"Mas, kamu lagi ngapain?" tanya Vherolla dengan nada yang jelas sudah tak bisa menutupi kekecewaannya.

"Lagi di rumah aja, kenapa?" jawab Romi singkat.

"Di rumah aja, tapi nggak bisa bales chat aku dari tadi? Tapi punya waktu buat balas komentar cewek-cewek di sosmed?" tanya Vherolla, nadanya mulai tajam.

Romi terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Yah, Vhe, kamu tuh jangan cemburu nggak jelas gitu, deh. Mereka cuma temen, nggak ada yang lebih."

"Cemburu nggak jelas? Aku udah nunggu satu jam lebih, Mas! Kamu bilang cuma temen, tapi kamu bisa asyik balas-balasan komentar dengan mereka, tapi sama aku, pacar kamu, nggak bisa sekedar balas chat? Apa aku nggak pantas diprioritaskan sedikit pun?" Suara Vherolla mulai bergetar, perasaannya memuncak, bercampur antara marah dan sedih.

"Vhe, kamu lebay banget sih. Aku kan emang nggak lihat chat kamu tadi. Baru juga sehari nggak dibalas langsung kayak gini." Romi berkilah, nada suaranya kini terdengar kesal.

"Baru sehari? Mas, ini bukan soal sehari nggak dibalas. Ini soal kamu yang selalu lebih peduli sama cewek-cewek di sosmed daripada aku! Setiap kali kita ngobrol, kamu sering nggak fokus. Sekarang malah asyik bercanda sama cewek-cewek di sana. Apa kamu tahu rasanya jadi aku?" Vherolla tidak bisa lagi menahan emosinya. Air mata sudah membayang di matanya, namun ia tidak mau menunjukkan kelemahan itu di depan Romi.

Romi mendengus kesal. "Kamu tuh terlalu banyak mikir negatif, Vhe. Udah deh, nggak usah dibesar-besarin. Aku kan udah bilang, mereka cuma temen biasa."

"Temen biasa yang selalu kamu prioritaskan di atas aku? Itu bukan sekedar temen, Mas. Itu udah lebih dari sekedar bercanda. Kalau kamu emang serius sama aku, kamu nggak bakal ngebiarin aku ngerasa kayak gini. Setidaknya, hargai perasaan aku sedikit!" Vherolla terisak, mencoba menahan tangis yang mulai pecah.

Romi terdiam lagi, seolah tak punya jawaban untuk membela diri. Namun, bukannya meminta maaf atau mencoba menenangkan Vherolla, ia malah berkata dengan nada dingin, "Kamu mau gimana lagi, Vhe? Aku udah bilang nggak ada apa-apa. Kalau kamu nggak percaya, ya terserah kamu."

Kata-kata Romi itu menghantam Vherolla lebih keras dari yang ia bayangkan. Tidak ada empati, tidak ada usaha untuk memperbaiki keadaan. Hanya sikap dingin dan acuh yang membuat Vherolla semakin merasa kecil.

"Baiklah, Mas. Kalau memang begitu, mungkin aku yang salah selama ini. Mungkin aku yang terlalu berharap kamu bisa benar-benar serius sama aku." Vherolla akhirnya berkata dengan nada lirih. Tanpa menunggu jawaban dari Romi, ia memutuskan panggilan itu dan melempar ponselnya ke atas kasur.

Air matanya akhirnya tumpah. Rasanya seperti ada luka yang tak terlihat di dalam hatinya, perlahan menganga, membuatnya merasa semakin tersakiti. Vherolla memeluk lututnya, duduk terdiam di tengah keheningan kamar kosnya yang kecil.

Di antara rasa marah dan kecewa itu, Vherolla menyadari bahwa ada sesuatu yang mulai retak dalam hubungannya dengan Romi. Mungkin selama ini ia terlalu buta oleh cintanya, atau mungkin ia terlalu percaya pada omongan manis Romi yang ternyata hanyalah sekedar kata-kata kosong.

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!