Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat

Romi mengendarai motor pelan-pelan, menyusuri jalanan sepi menuju kos Vherolla. Malam sudah semakin larut, dan hanya lampu jalan yang menemani mereka. Suasana hening, hanya terdengar deru mesin motor yang teratur.

Sesekali Romi melirik Vherolla yang duduk di belakangnya, memeluk pinggangnya dengan erat. "Kamu kenapa, Vhe? Sejak tadi diem aja, nggak kayak biasanya," tanya Romi, memecah keheningan.

Vherolla hanya tersenyum tipis, meski hatinya diliputi perasaan gelisah. "Aku nggak apa-apa, Rom. Cuma lagi mikirin banyak hal aja," jawabnya lirih.

Diam-diam, pikirannya kembali terlempar ke masa lalu, ke kenangan yang sulit untuk dilupakan, ketika ia kehilangan segalanya dalam sekejap mata.

 

Beberapa tahun yang lalu, rumah Vherolla, tempat ia tumbuh besar bersama kedua orang tuanya, dilalap api dalam kebakaran hebat. Malam itu masih terngiang jelas dalam ingatannya, ketika teriakan panik membangunkannya dari tidur lelap.

"Vhe! Cepat keluar!" teriak ibunya yang saat itu sudah setengah tercekik asap. Namun saat itu, api sudah terlalu besar, menjebak mereka di lantai atas rumah.

Dengan segenap tenaga, Vherolla berhasil meloloskan diri dari kobaran api, namun tidak dengan kedua orang tuanya. Ia berdiri di pinggir jalan, menyaksikan api melahap rumahnya yang kini hanya menjadi puing-puing abu. Hati Vherolla hancur berkeping-keping saat mengetahui orang tuanya tidak selamat.

Setelah kebakaran itu, hidup Vherolla berubah total. Ia menjadi sebatang kara, tidak ada lagi tempat pulang selain kos kecil yang ia tempati sekarang. Seluruh hartanya habis terbakar bersama rumah keluarganya.

 

Vherolla menarik napas panjang, berusaha mengusir kenangan pahit itu. "Aku cuma lagi mikirin orang tua aja, Rom. Kadang, masih sulit buat nerima kenyataan kalau mereka udah nggak ada."

Romi menggenggam tangan Vherolla yang melingkar di pinggangnya. "Aku ngerti, Vhe. Tapi kamu nggak sendirian, sekarang kamu punya aku," kata Romi dengan nada lembut, mencoba menenangkan kekasihnya.

Mendengar itu, hati Vherolla sedikit tenang. Meski ada sesuatu yang kadang membuatnya ragu, Romi tetaplah satu-satunya orang yang membuatnya merasa nyaman, membuatnya merasa ada yang peduli. Setidaknya, untuk saat ini.

Sesampainya di kos, Romi memberhentikan motornya tepat di depan pintu gerbang. Vherolla turun, diikuti oleh Romi yang ikut mematikan mesin motor dan berdiri di sampingnya. Mereka terdiam sejenak, seolah enggan mengakhiri malam itu begitu saja.

"Kamu udah beneran mau pulang sekarang?" tanya Vherolla, sedikit berharap Romi akan menemani lebih lama.

Romi tersenyum tipis, matanya menatap lembut wajah Vherolla yang terlihat lelah tapi tetap cantik. "Kamu masih mau aku di sini?"

Vherolla tersenyum kecil. "Kalau kamu nggak sibuk, ya."

Tanpa berkata banyak, Romi mendekat, meraih tangan Vherolla dan menggenggamnya. Lalu, dalam keheningan malam itu, Romi menarik Vherolla ke dalam pelukannya, menundukkan kepala, dan perlahan mendekatkan bibirnya ke bibir Vherolla.

Vherolla terkejut sejenak, namun perasaan hangat yang ditawarkan Romi membuatnya lupa akan segalanya. Ciuman mereka lambat tapi penuh arti, seolah menjadi penutup dari hari yang panjang dan melelahkan. Dalam momen itu, sejenak Vherolla merasa seluruh kesedihannya hilang, tergantikan dengan rasa cinta yang menyelimuti.

Ketika ciuman mereka terhenti, Romi menatap Vherolla dalam-dalam. "Aku bakal selalu ada buat kamu, Vhe. Percaya deh."

Vherolla hanya bisa tersenyum. "Makasih, Rom."

Setelah perpisahan yang manis itu, Romi akhirnya meninggalkan kos Vherolla.

Romi melambaikan tangan sebelum akhirnya menghidupkan motornya kembali. Suara mesin motor perlahan menjauh, meninggalkan Vherolla yang berdiri di depan pintu kosnya. Hatinya masih terasa hangat oleh ciuman Romi tadi.

Vherolla melangkah masuk ke kos kecilnya yang sederhana. Dinding-dinding kamar yang putih polos seolah ikut merasakan kesunyian yang ia rasakan. Ia duduk di atas kasurnya, menatap kosong ke arah meja kecil di sudut kamar. Di sana, sebuah foto orang tuanya terpajang. Wajah mereka tersenyum bahagia, seolah-olah kehidupan mereka masih utuh dan tak terganggu oleh tragedi apa pun.

Ia mengulurkan tangannya, mengambil bingkai foto itu. Matanya berkaca-kaca, dan kenangan masa lalu kembali menyeruak. Betapa bahagianya ia dulu, memiliki keluarga yang penuh cinta. Tetapi kini, semua itu hanya tinggal kenangan yang menghantuinya.

“Kalian pasti bahagia di sana, ya?” gumamnya pelan sambil mengusap gambar wajah orang tuanya.

Malam itu, ia kembali tenggelam dalam pikirannya, terjebak dalam bayangan masa lalu yang seakan tak mau pergi. Vherolla berusaha untuk melupakan kesedihan itu, namun entah mengapa, setiap kali ia merasa dekat dengan Romi, kenangan pahit akan kehilangan selalu datang menghantui. Ia merasa seolah-olah tidak berhak merasakan kebahagiaan lagi, setelah semua yang terjadi dalam hidupnya.

Vherolla menghela napas panjang dan meletakkan foto itu kembali ke tempatnya. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Ia membuka aplikasi perpesanan, berharap ada sesuatu yang bisa membuatnya lupa sejenak akan semua perasaan campur aduk itu. Namun, tak ada pesan baru dari Romi atau sahabatnya, Yasmin. Hening.

Sebelum menutup ponselnya, matanya tertuju pada pesan terakhir dari Yasmin beberapa hari yang lalu. “Jaga dirimu baik-baik ya, Vhe. Kalau ada apa-apa, kabari aku.”

Vherolla tersenyum kecil membaca pesan itu. Yasmin selalu ada untuknya, sahabat yang selalu bisa ia andalkan, meski mereka jarang bertemu belakangan ini. Terkadang, ia ingin bercerita tentang perasaannya yang sebenarnya kepada Yasmin, tentang semua keraguan yang mulai tumbuh terhadap Romi. Namun, ia selalu menahan diri. Yasmin pasti akan khawatir.

"Besok aja aku cerita," pikir Vherolla, mencoba menenangkan diri. Besok, ia akan bertemu Yasmin di kampus, mungkin ia bisa mengeluarkan sedikit beban di dadanya.

Kamar kos itu kembali sunyi, hanya suara detak jam yang mengisi ruangan. Vherolla berbaring di kasurnya, mencoba memejamkan mata dan meresapi kehangatan dari pelukan Romi tadi. Tapi meskipun tubuhnya lelah, pikirannya tetap tidak bisa berhenti berputar. Kenapa ia masih merasa ragu? Padahal, Romi selalu berusaha meyakinkannya.

"Mungkin cuma perasaanku aja," bisik Vherolla pada dirinya sendiri.

 

Sementara itu, di perjalanan pulang, Romi berkendara sendirian di tengah malam yang semakin sunyi. Di wajahnya, ada senyum puas yang tersirat. Ia merasakan kemenangan kecil setelah menghabiskan malam itu bersama Vherolla, berhasil meyakinkannya sekali lagi tentang cintanya. Meski di dalam hati, ia menyimpan sebuah rahasia besar, rahasia yang semakin hari semakin sulit untuk disembunyikan.

"Tunggu aja, Vhe," gumam Romi pelan. "Aku bakal kasih kamu kejutan, tapi belum sekarang."

Romi tertawa kecil, melirik ponselnya yang bergetar di saku jaketnya. Sebuah pesan masuk dari salah satu perempuan yang ia kenal di aplikasi sosial media. "Sabar ya, bentar lagi aku sampai," balasnya cepat, lalu mengantongi kembali ponselnya.

Malam itu, Romi merasa di atas angin. Satu sisi hatinya mencintai Vherolla, namun di sisi lain, ada hasrat yang tak pernah bisa ia kendalikan.

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!