Pertemuan Manis yang Menjebak

Vherolla menyalakan lampu di kamar kosnya yang sederhana. Udara dingin dari pendingin ruangan perlahan meredakan emosi yang bergejolak di hatinya. Dia duduk di tepi ranjang, menatap ke luar jendela yang dipenuhi kilatan lampu kota. Angin malam yang sepoi-sepoi tak mampu menenangkan kegelisahan yang semakin besar di dalam hatinya.

Bayangan Romi masih menghantui pikirannya. Betapa tega dia, betapa kejam. Vherolla menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menghentikan air mata yang hampir jatuh. Tapi seiring pikirannya kembali ke masa lalu, saat-saat awal yang penuh kebahagiaan, hatinya terasa semakin sakit.

"Kenapa bisa jadi begini?" gumam Vherolla berbicara pada dirinya sendiri.

Dia ingat betul bagaimana semuanya bermula. Kenangan itu datang tanpa bisa dicegah. Semuanya begitu jelas di ingatannya seperti film yang diputar ulang dalam kepalanya.

Dulu, semuanya dimulai begitu sederhana. Berawal dari sebuah pesan masuk di ponsel Vherolla, pesan dari seorang pria yang dia temui di aplikasi sosial media berwarna biru. Saat itu, Vherolla sedang dalam perjalanan pulang dari kantor. Rutinitas pekerjaan yang padat sering kali membuatnya mencari hiburan di dunia maya, dan di situlah pertama kali dia melihat profil Romi. Pria itu tampak menyenangkan, dengan senyuman ramah yang terpampang di foto profilnya.

Tanpa banyak berpikir, Vherolla memutuskan untuk menerima permintaan pertemanan Romi. Tidak ada ekspektasi yang berlebihan kala itu, hanya rasa ingin tahu tentang siapa pria ini. Hari itu, obrolan pertama mereka pun dimulai.

"Hai, apa kabar?" Romi memulai percakapan terlebih dahulu.

Vherolla pun menanggapinya dengan senyum ramah. "Baik, kamu?"

Percakapan sederhana itu terus berlanjut, diiringi dengan tawa dan canda. Romi begitu pandai membuat Vherolla tertawa. Tidak ada pembicaraan yang berat, semuanya terasa ringan dan menyenangkan. Hari demi hari, pesan dari Romi menjadi salah satu hal yang ditunggu-tunggu oleh Vherolla.

Dalam waktu singkat, mereka menjadi lebih akrab. Topik obrolan yang awalnya sederhana mulai berkembang. Romi mulai menceritakan tentang dirinya, tentang pekerjaannya sebagai seorang sales barng-barang elektronik, keluarganya yang tinggal di luar kota, dan mimpinya untuk sukses di masa depan.

Vherolla mendengarkan semua itu dengan antusias, terkesan dengan ambisi dan semangat Romi.

"Kayaknya dia beda dari cowok-cowok lain yang pernah aku kenal," pikir Vherolla saat itu. Baginya, Romi punya gaya berbicara yang membuatnya merasa istimewa.

Setelah hampir dua minggu penuh chattingan, Romi mengusulkan untuk bertemu secara langsung. Vherolla sempat ragu pada awalnya, tapi Yasmin sahabat karibnya, memberi dorongan semangat.

"Kenapa nggak coba aja? Selama ini kamu nggak pernah keluar dengan siapa pun. Mungkin Romi bisa jadi orang yang tepat buat kamu," kata Yasmin sambil tersenyum jahil mencoba membuat Vherolla lebih percaya diri.

Maka, dengan rasa gugup yang sedikit bercampur antusiasme, Vherolla setuju untuk bertemu dengan Romi. Hari itu tiba, dan mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kafe kecil yang nyaman di sudut kota.

Vherolla tiba lebih awal dari Romi. Dia duduk di salah satu meja dekat jendela, berharap angin sejuk bisa mengusir kegugupan yang semakin besar. Jantungnya berdegup kencang, dan setiap kali pintu kafe terbuka, dia melirik ke arah pintu, berharap Romi segera muncul.

Dan akhirnya, Romi datang. Dengan senyum lebar di wajahnya, pria itu melangkah masuk, terlihat lebih tampan dari yang dia bayangkan melalui foto. Romi memakai kemeja biru muda yang pas di tubuhnya, dan iris matanya yang berwarna coklat bersinar ketika melihat Vherolla.

"Vhe?" Romi menyapa dengan senyuman, dan hati Vherolla langsung berdebar lebih kencang.

"Romi?" Vherolla mencoba bersikap tenang, meski dalam hati ia merasa canggung.

Pertemuan itu berlangsung lebih baik dari yang Vherolla bayangkan. Percakapan mereka mengalir dengan mudah disertai candaan pula.

Romi ternyata tidak hanya pandai berbicara melalui pesan, tapi juga memiliki pesona yang lebih kuat saat bertemu langsung. Selama beberapa jam, mereka bercerita tentang banyak hal, tentang pekerjaan, hingga hal-hal kecil yang membuat mereka tertawa tanpa henti.

"Serius kamu dulu pengen jadi pilot?" tanya Vherolla sambil tertawa kecil.

Romi mengangguk, ikut tertawa. "Iya, tapi karena mata aku minus, akhirnya gagal deh. Jadi sales aja deh."

"Tapi sales juga keren kok," balas Vherolla mencoba memberi semangat.

Obrolan mereka begitu seru sampai-sampai waktu terasa berlalu begitu cepat. Ketika akhirnya mereka harus berpisah, Romi menawarkan untuk mengantar Vherolla pulang. Meskipun sempat ragu, Vherolla akhirnya setuju. Malam itu ketika mereka berjalan berdua menuju parkiran, Vherolla merasa hatinya mulai terisi oleh sesuatu yang baru.

Semenjak pertemuan itu, hubungan mereka semakin dekat. Romi semakin sering menghubungi Vherolla, bahkan setiap hari. Ada kalanya mereka berbicara berjam-jam di telepon, hanya untuk membicarakan hal-hal kecil yang tidak penting.

Namun entah bagaimana, semuanya terasa begitu istimewa bagi Vherolla. Dia merasa bahwa akhirnya dia telah menemukan seseorang yang benar-benar bisa membuatnya bahagia.

Vherolla mulai membayangkan masa depan bersama Romi. Dia membayangkan bagaimana hubungan ini akan terus berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius.

Yasmin sahabatnya, juga sangat mendukung hubungan mereka. Setiap kali Vherolla bercerita tentang Romi, Yasmin selalu tersenyum dan berkata, "Aku seneng banget liat kamu bahagia, Vhe. Semoga dia bener-bener serius sama kamu."

Vherolla hanya bisa tersenyum malu setiap kali Yasmin menggodanya. Dalam hatinya, dia berharap bahwa Romi memang orang yang tepat, seseorang yang akan selalu ada untuknya, sama seperti dia selalu ada untuk Romi.

Namun seiring berjalannya waktu, Vherolla mulai menyadari bahwa hubungan mereka tidak selalu seindah yang dia bayangkan. Ada tanda-tanda kecil yang mulai muncul, tapi Vherolla memilih untuk mengabaikannya. Dia terlalu larut dalam kebahagiaan awal yang mereka rasakan.

Namun tidak lama setelah hubungan mereka semakin serius, Romi mulai menunjukkan tanda-tanda membutuhkan bantuan. Suatu sore ketika mereka sedang berjalan di taman, Romi tampak gelisah.

"Vhe, sebenarnya ada sesuatu yang sudah lama aku ingin ceritakan, tapi aku malu," kata Romi, suaranya terdengar pelan dan ragu-ragu.

Vherolla menatapnya dengan rasa khawatir. "Apa, Rom? Ada masalah?"

Romi menunduk, tampak tertekan. "Aku sebenarnya punya kerjaan, tapi gajinya nggak jelas. Kadang dibayar, kadang nggak. Aku benar-benar kesal dengan bosku."

Vherolla terdiam sejenak mendengar pengakuan Romi. Dia bisa melihat betapa berat beban yang dipikul oleh pria itu, setidaknya itulah yang dia pikirkan. Romi selalu terlihat tenang dan bahagia, tapi kini Vherolla menyadari mungkin ada masalah yang disembunyikan.

"Aku nggak mau kamu khawatir, Vhe," lanjut Romi, suaranya semakin rendah. "Aku malu bilang ke kamu kalau aku masih nganggur. Pekerjaan yang aku bilang selama ini …."

Romi berhenti berbicara sejenak ....

"Sebenarnya bukan pekerjaan tetap. Aku cuma kerja serabutan, dan gajinya nggak jelas. Kadang dibayar, kadang nggak. Aku nggak mau kamu lihat aku nggak berguna."

Mendengar itu, hati Vherolla langsung terasa berat. Dia menatap Romi, yang kini tampak sangat rapuh di hadapannya. Romi selalu berusaha terlihat kuat. Tapi kali ini, pria itu terlihat begitu memelas.

"Tapi Rom, kenapa kamu nggak cerita dari dulu? Kita kan pacaran. Kamu nggak perlu malu sama aku. Kalau ada apa-apa bilang aja. Aku pasti bakal bantu kamu," ujar Vherolla, suaranya lembut dan penuh pengertian.

Romi tersenyum lemah, seperti seseorang yang baru saja melepaskan beban yang begitu berat. "Kamu baik banget, Vhe. Aku nggak tahu harus gimana tanpa kamu."

Lalu dengan nada hati-hati, Romi melanjutkan, "Aku sebenarnya butuh bantuan kamu, tapi aku juga nggak enak ngomongnya. Aku beneran malu, Vhe. Ibu di rumah lagi butuh uang, dan aku pengen bantu, tapi aku nggak punya apa-apa."

Vherolla tertegun. Kata-kata Romi menghujam hatinya. "Apa yang bisa aku lakuin buat bantu kamu, Rom?" tanyanya dengan tulus, merasa iba pada situasi Romi.

Romi menunduk, seolah ragu-ragu untuk berbicara. "Vhe. Aku cuma … butuh sedikit uang buat kasih ke Ibu. Aku janji begitu dapat uang aku kembalikan ke kamu."

Mendengar Romi berbicara seperti itu, hati Vherolla semakin terenyuh. Bagaimanapun, dia ingin mendukung pria yang dicintai. Romi sudah banyak berusaha untuk membuat hubungan mereka bahagia, dan ini mungkin cara kecil untuk membalas semua kebahagiaan yang sudah dia berikan.

Tanpa berpikir panjang, Vherolla akhirnya berkata, "Rom, aku punya tabungan. Nggak banyak, tapi aku bisa bantu. Kamu butuh berapa?"

Romi menatap Vherolla dengan ekspresi penuh syukur. "Tiga juta aja, Vhe. Ini untuk Ibu, dan aku bakal balikin ke kamu secepatnya. Aku juga lagi cari kerja yang lebih stabil."

Vherolla tersenyum. "Nggak apa-apa, Rom. Uang bisa dicari lagi. Kalau untuk keluarga, aku nggak keberatan."

Tanpa ragu, Vherolla pun mengambil tabungannya dan memberikan uang sebesar tiga juta rupiah kepada Romi. Dia percaya, sebagai pria yang dia cintai, Romi pasti akan memanfaatkan uang itu dengan baik. Vherolla merasa bahwa ini adalah bagian dari pengorbanan cintanya untuk pria yang dia sayang.

Namun, apa yang tidak diketahui Vherolla adalah bahwa uang tersebut bukan untuk membantu ibunya. Romi menghabiskan uang itu tanpa pernah menggunakannya sesuai janji yang dia buat. Di belakang semua kepura-puraan, Romi sebenarnya masih terus berusaha mencari cara untuk memanipulasi Vherolla, memanfaatkan kepercayaan yang diberikan dengan mudah.

Halo sobat semua, terimakasih sudah mampir.. Maaf ya cerita ini update sehari 1 bab karena kesibukan author di real life

Episodes
1 Pengkhianatan di Taman
2 Pertemuan Manis yang Menjebak
3 Pertemuan Dengan Keluarga
4 Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5 Ke Rumah Sahabat
6 Mulai Terabaikan
7 Pesan Mesra Meresahkan
8 Terperangkap dalam Dilema
9 Butuh Bahu!
10 Pesan Nyaman
11 Antara Dua Hati
12 Kebohongan Terkuak
13 Mantan Romi
14 Terjebak Cinta Palsu
15 Mereka Semua Mantannya
16 Playing Victim
17 Luluh
18 Cinta Pertama Romi
19 Jujur
20 Kemesraan Tanpa Batas
21 Getaran Aneh
22 Foto Mesra
23 Egois
24 Terkurung Cinta Buta
25 Siapa Lagi?
26 Luluh Lagi
27 Kebahagiaan Mungil
28 Ponsel Rusak
29 Godaan CEO Baru
30 Pertengkaran
31 Perang Mulut
32 Keraguan
33 Gelisah
34 Jumpa Kembali
35 Pengorbanan tak Terlihat
36 Pilihan Rumit
37 Semakin Akrab
38 Kesalahan yang Sama
39 modus Sana Sini
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Penyesalan Terpendam
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 CLBK Semu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pengkhianatan di Taman
2
Pertemuan Manis yang Menjebak
3
Pertemuan Dengan Keluarga
4
Kenangan Pahit dan Kehangatan Singkat
5
Ke Rumah Sahabat
6
Mulai Terabaikan
7
Pesan Mesra Meresahkan
8
Terperangkap dalam Dilema
9
Butuh Bahu!
10
Pesan Nyaman
11
Antara Dua Hati
12
Kebohongan Terkuak
13
Mantan Romi
14
Terjebak Cinta Palsu
15
Mereka Semua Mantannya
16
Playing Victim
17
Luluh
18
Cinta Pertama Romi
19
Jujur
20
Kemesraan Tanpa Batas
21
Getaran Aneh
22
Foto Mesra
23
Egois
24
Terkurung Cinta Buta
25
Siapa Lagi?
26
Luluh Lagi
27
Kebahagiaan Mungil
28
Ponsel Rusak
29
Godaan CEO Baru
30
Pertengkaran
31
Perang Mulut
32
Keraguan
33
Gelisah
34
Jumpa Kembali
35
Pengorbanan tak Terlihat
36
Pilihan Rumit
37
Semakin Akrab
38
Kesalahan yang Sama
39
modus Sana Sini
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 (Part 2) Balas Dendam
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Penyesalan Terpendam
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
CLBK Semu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!