Terbawa suasana

"Aku akan memijidnya, agar tidak keseleo lagi. apa kamu keberatan jika kakimu aku sentuh."

"Tid...tidak mas."

Loly akhirnya pasrah, bukannya dia menolak tapi selama ini Loly tidak pernah disentuh oleh lawan jenis, hanya Vadel laki-laki pertama yang menyentuhnya.

"Aduuh...! pelan-pelan mas, ini sakit sekali."

"Tahanlah, agar kamu bisa berjalan normal kembali." bujuk Vadel terus memijit lembut, berusaha menahan desiran dalam hatinya.

"Bagaimana rasanya?"

"Syukurlah, kakiku tidak begitu perih lagi. bahkan sudah ringan saat di langkah kan kembali. begitu juga dengan pinggangku."

"Istirahat, mas akan menjagamu." ucap Vadel tersenyum manis dan tulus sekali.

"Apa mas nggak kerja, lagian aku nggak papa kok di tinggal sendirian dirumah." tolak Loly halus dan mulai merasa tidak nyaman begitu Vadel semakin mendekat, mengingat hanya mereka berdua saja berada didalam rumah. Sedangkan asisten rumah tangga mereka bibi Ijah masih cuti pulang kampung.

"Masalah pekerjaan bisa diatur adik kecilku, kan ada asisten mas yang bisa menghandle dulu." balas Vadel sebelah tangannya terangkat hendak membelai wajah Loly, namun kembali di urungkan nya lalu melangkah keluar kamar untuk membuatkan segelas teh hangat untuk Loly.

"Kenapa jantungku kembali berdebar-debar seperti pertama kali jatuh cinta? oh... jantung apa kamu baik-baik saja didalam sana?" bathin Vadel.

***

"Bagaimana dengan kakimu, apa sudah sembuh?" tanya Bella begitu duduk bersebelahan dengan Loly menikmati sarapan mereka masing-masing, beruntung tidak ada Vadel, sehingga Loly merasa lebih nyaman dan bisa ngobrol leluasa.

"Sudah mendingan kak." jawab Loly.

"Kenapa kalian sarapan berdua saja, tanpa membangunkan aku?" Ucap Vadel tiba-tiba muncul, lalu memilih duduk bersebelahan dan berdekatan dengan Loly yang terlihat panik takut jika kakaknya Bella akan salah sangka.

"Habisnya kamu tidur kayak kebo', susah dibangunin nya." ledek Bella asal.

"Mas, pagi ini aku harus pergi keluar kota ada urusan pekerjaan yang mendesak sekali yang harus aku selesaikan, aku titip adikku Lolly ya." ucap Bella sambil menikmati sarapannya.

"Tentu, aku akan menjaga Lolly dengan baik, berapa lama rencananya kamu disana?"

"Satu atau dua harian lah, mas."

"Apa? Dua hari? kenapa kakak harus nginap. Trus aku dirumahnya sama siapa?" protes Loly, Membuatnya benar-benar tidak mengerti dengan sikap pasangan suami-isteri di depannya yang terlihat santai jika berjauhan.

"Kamu tidak sendirian, kan ada mas Vadel. Jangan manja Loly, kamu itu harus mandiri dan tidak boleh manja kayak dulu lagi." ucap Bella tanpa ada rasa curiga sedikitpun jika adiknya mulai tidak nyaman dengan suaminya.

"Kenapa duduknya digeser, apa kamu keberatan duduk bersebelahan denganku?" bisik Vadel menaiki sebelah alisnya ke atas.

"Bu... bukan begitu mas, tapi akan lebih baik jika mas dekat kak Bella, istri sah mas Vadel sendiri."

"Aku tidak bisa lama-lama, mobil jemputan dari perusahaan sudah datang, aku pergi dulu." Ucap Bella menyambar tas kerja dan koper yang sudah disiapkan sebelumnya.

Loly menatap sedih punggung kakaknya, dia merasa akan sangat kesepian tanpa Bella dirumah ini.

"Sekarang tinggal kita berdua saja, apa kamu mau berangkat bareng mas saja ke kampus?"

"Ngak usah mas, aku juga terburu-buru karena hari ini ada tugas mata kuliah."  Loly segera menyambar tasnya, pamit tidak ingin berduaan lebih lama lagi dengan Vadel.

***

Malamnya Vadel, sama sekali tidak bisa memejamkan mata. gairah liarnya membuat pria dewasa itu mulai berfantasi liar, pikirannya kembali membayangkan tubuh polos Lolly yang dilihatnya kemaren.

Dikamar Lolly sudah menutup rapat pintu, menenggelamkan tubuh dalam balutan selimut tebalnya.

Tiba-tiba suara petir yang diikuti hujan lebat, membuat mata Lolly semakin susah untuk dipejamkan. dia menarik guling kedalam pelukannya untuk mengusir rasa takut.

"Klik."

Semua terlihat gelap, sudah sering terjadi jika sedang hujan lebat dan petir seperti ini. listrik sering mati tiba-tiba.

Lolly mengunakan penerangan pakai ponselnya namun sial baterai nya ikutan lowbat, diluar terdengar pintu kamar yang terus digedor-gedor dari arah luar.

"Dek....dek Lolly, buka pintunya." teriak Vadel dari luar kamar, namun Lolly tetap mengabaikannya takut beranjak dan turun dari ranjangnya. hingga pintu dibuka dengan kunci cadangan.

"Dek, dari tadi mas panggil-panggil kok ngak nyahut. ini mas bawain lilin sebagai penerangan." balas Vadel berjalan semakin mendekat.

"Terimakasih mas."

"Kamu takut ya dek dengan suara petir, apa boleh malam ini mas temani kamu tidur. mas janji ngak bakal macam-macam kok." ujar Vadel duduk di sisi ranjang.

"Tidak usah mas, lagian kita tidak boleh berada dalam kamar yang sama. dan satu lagi, mas tidak bisa main masuk gitu aja kedalam kamar ini, aku tidak suka." ucap Loly dengan suara bergetar.

"Baiklah dek, mas minta maaf."

Vadel berdiri namun baru beberapa langkah, hembusan angin membuat lilin yang dibawanya barusan padam diikuti kembali dengan suara petir yang menyambar lebih keras dari sebelumnya, Lolly yang ketakutan refleks menghambur memeluk tubuh Vadel.

"Loly takuuut mas."

"Sudah.... sudah, mas akan temani Lolly." bujuk Vadel kembali menyalakan lilin, pandangan mereka bertemu meskipun dalam pencahayaan yang temaram.

Bak kata pepatah, saat dua insan berlainan jenis berada dalam ruangan yang sama maka akan muncul pihak ketiga. Begitulah yang mulai dirasakan pasangan terlarang ini, entah setan apa yang merasukinya tiba-tiba Vadel mencium bibir Lolly.

Melihat tidak ada penolakan dari Lolly, membuat Vadel semakin bersemangat dan terbakar gairah, yang tentunya lebih handal dalam hal bercinta. Hingga membuat Lolly terbang melayang terbawa suasana. Bahkan dia tidak sadar jika sebagian kancing bajunya sudah terbuka, perlahan namun pasti tangan Vadel menyusup masuk kedalam, yang tentunya belum pernah disentuh oleh pria manapun.

Hati dan pikiran Vadel sudah dipenuhi oleh gairah dan hasrat menggebu, sehingga dia tidak bisa untuk berfikir secara jernih. Tangan Vadel tidak bisa dikondisikan lagi.

"He... hentikan mas Jangan mas...! jangan lakukan ini pada Lolly." Tolak Lolly, gadis itu berusaha mengembalikan kesadarannya. Vadel dengan tatapan mesum penuh gairah mendekatkan wajahnya kearah Lolly. lalu mengunci pergerakan gadis itu dari atas. Menatap wajah cantik Lolly dari dekat merupakan kesenangan tersendiri bagi Vadel, sedangkan Lolly semakin ketakutan bahkan untuk bernafas pun dia seakan tidak mampu mengingat jarak mereka yang begitu dekat, bahkan hembusan nafas Vadel  terasa hangat menyentuh kulit wajahnya.

DEGH....!!! DEGH!!!

Detak jantung Lolly semakin tak menentu, berbagai pertanyaan tentang sikap sang kakak iparnya padanya selama ini berkecamuk dihatinya.

Vadel mengulum senyum melihat mata Lolly yang bergerak-gerak meskipun tertutup, dia menikmati wajah cantik dan tingkah Lolly yang seketika ampuh membuat beban pikirannya dan rasa lelah pada pekerjaannya seketika hilang.

Jari-jari Vadel menelusuri lekukan wajah Lolly dengan sangat lembut, kembali mencium bibir yang membuatnya kecanduan dan tergoda selama beberapa hari ini.

"Mas Vadel, apa-apaan ini, bukankah kita sudah seperti saudara kandung. Bahkan kedua orang tuaku menitipkan aku pada mas dan kak Bella."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!