Tepat pukul empat sore jenazah Reyfan dimakamkan. Aza terus saja memberontak ingin ikut mengantarkan kekasihnya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dokter akhirnya mengizinkan dirinya tapi setelah itu Aza harus kembali ke rumah sakit lagi. Aira, Keno, Aksa, dan Devano juga ikut mengantarkan lelaki itu ke pemakaman.
Aza masih tak menyangka jika dirinya kini harus mengantarkan kekasihnya ke tempat peristirahatan terakhir. Ia duduk di kursi roda dan didorong Aira. Tubuhnya mendekap erat foto Reyfan. Berjalan mengikuti keranda yang berisikan jenazah lelaki baik yang sangat ia cintai. Rasanya seperti mimpi.
Saat Reyfan mulai dimasukkan ke liang lahat, Aza semakin histeris. Besok ia sudah tak bisa melihat lelaki itu lagi. Tak akan ada hari- haru bersama Reyfan.
"Selamat jalan, Rey. Kamulah cinta dan kasihku, terima kasih telah menemani hari- hariku selama dua tahun ini. Aku mencintaimu untuk selama- lamanya."
"Sampai bertemu di dunia yang selanjutnya, aku akan selalu berdo'a supaya Tuhan segera memanggilku dan kita akan kembali bersama."
Dadanya semakin sesak ketika tanah mulai menutupi jasad kekasihnya. Reyfan benar- benar pergi.
Proses pemakaman berjalan dengan lancar, Aza masih menatap nisan yang bertuliskan nama kekasihnya itu. Menyandarkan kepalanya di sana dan air matanya terus mengalir deras. Sudah beberapa kali Anida dan Dion mengajak Aza untuk kembali ke rumah sakit, tapi wanita itu selalu menolak. Dia ingin menemani Reyfan supaya tak sendiri, katanya.
"Nak, kamu harus memikirkan kondisimu sendiri. Ayo kembali ke rumah sakit, kalau Reyfan melihatmu seperti ini dia malah akan sedih di sana," ucap Aira membujuk Aza.
"Iya, Za. Ayo kita pulang," bujuk Anida.
Aza menoleh sejenak dan tersenyum tipis kepada Aira dan Anida. "Kalian jangan memikirkanku, aku baik- baik saja. Aku akan menemani Reyfan di sini," ucapnya memilukan. Aza kembali memeluk nisan kekasihnya.
"Sayang, kamu nggak boleh seperti ini. Reyfan akan sedih jika melihatmu seperti ini terus. Ayo kita kembali ke rumah sakit," bujuk Anida lagi, gadis itu menggelengkan kepalanya pertanda tak mau pergi dari sana.
Hingga akhirnya, gadis itu tak sadarkan diri memeluk gundukan tanah yang masih basah dan bertabur kelopak bunga mawar. Mungkin karena terlalu lelah menangis dia menjadi pingsan.
*****
Dokter kembali memasangkan infus ke tangan Aza, gadis itu terus saja merintih mengucapkan nama Reyfan dalam tidurnya.
"Rey..."
"Reeeyyy, jangan pergi, jangan tinggalkan aku..."
Semuanya terpaku, ikut merasakan sedih yang tengah dialami gadis lugu itu. Begitu juga dengan Aksa, lelaki itu tak berhenti menatap Aza. Meskipun orang tua Reyfan telah memaafkan dirinya dan tak akan membawa masalah ini ke ranah hukum, tapi belum tentu dirinya mendapatkan maaf juga dari gadis itu.
"Nak, Tante mohon gantikan posisi Reyfan dalam hidup Aza," ucap Anida menatap lekat Aksa.
"Apa maksud Tante?"
"Gantikan posisi anakku, aku tidak tega melihat Aza terpuruk seperti itu. Cobaan bertubi- tubi selalu menghampirinya, Tante cuma ingin dia bahagia, Nak." Anida kembali tersedu- sedu mengatakannya.
Aza adalah anak yatim piatu, ayahnya pergi beberapa bulan yang lalu, ibunya telah tiada semenjak dia kecil. Dia pun bukan keluarga berada, Anida tidak bisa membayangkannya bagaimana perasaan Aza saat ini. Aza adalah gadis penuh duka dalam hidupnya, yang seharusnya Reyfan menghapus duka itu dan menggantikannya dengan suka, tapi lelaki itu malah pergi terlebih dahulu. Yang Anida inginkan adalah melihat Aza bahagia, meskipun bukan dengan anaknya.
"Sudahlah, Mah. Jangan memaksakan Nak Aksa, dia juga berhak menentukan hidupnya," ucap Dion memeluk istrinya yang tengah menangis.
"Anak saya akan bertanggung jawab, dia akan menikahi Aza dan membahagiakannya. Kalian tenang saja," ucap Aira membuat Anida dan Dion lega mendengarnya.
Tapi, tidak dengan Aksa, dia tidak setuju jika harus menikahi gadis itu. Bagaimana dengan Tania, pacar Aksa yang merupakan anak dari Alfa dan Vera.
"Mah, apa- apaan ini? Aksa tidak mau menikahi gadis culun itu, Mah. Dia tak pantas bersanding denganku" ucap Aksa tak terima. Gadis dengan dua kepangan di rambutnya, wajah polos, dan penampilannya yang kampungan membuat Aksa harus berpikir berkali- kali untuk menerimanya.
Plakkkk !
Aira mendaratkan satu tamparan ke pipi kiri anaknya. Dia sangatlah marah karena anaknya itu merendahkan dan memandang orang lain dari fisiknya saja.
"Apa Mama mengajarimu berbicara tidak sopan seperti itu? Apa Mama mengajarimu memandang orang dari fisiknya saja?" teriak Aira menatap sengit kepada Aksa.
"Sayang, sudah jangan marah- marah. Kamu bisa mengganggu Aza." Keno merangkul istrinya dan mengajaknya duduk di sofa.
Aksa terdiam, Mamanya memanglah benar. Selama ini dirinya tidak pernah memandang orang dari fisiknya melainkan dari hati. Tapi, untuk menikah dengan gadis itu adalah keputusan yang sulit untuk dirinya. Lagipula gadis itu juga belum tentu mau menikah dengannya.
*****
Aksa, Keno, dan Aira memutuskan untuk kembali ke rumah. Sejak dalam perjalanan tadi, Aira mendiamkan anaknya. Aksa menjadi sedih, pasalnya Aira itu tak pernah semarah dan mendiamkannya selama ini. Mamanya hanya ingin dirinya menebus semua kesalahannya dengan menikahi gadis yang ditinggal kekasihnya itu.
"Mah..." Aksa mencoba membujuk Mamanya tapi wanita itu tak menggubrisnya dan berlalu meninggalkannya.
"Pah..."
"Papa nggak bisa membantumu, kamu juga pasti merasa bersalah kan atas kejadian hari ini? Kami juga sama sepertimu, hanya dengan menikahi gadis itu akan mengurangi rasa bersalah kita," ucap Keno tegas.
“Tapi pernikahan itu untuk seumur hidup, Pah. Aku hanya ingin menikah sama seperti kalian yang saling mencintai satu sama lain. Bahkan aku dan gadis itu tak saling mengenal, bagaimana bisa kami menikah. Pasti ada acara lain, Pah.”
"Papa harap kamu bisa lebih dewasa untuk hal ini!" Keno menepuk bahu anaknya dan berlalu meninggalkannya.
Aksa berdiam diri duduk di balkon kamarnya. Mengacak- ngacak rambutnya dan sesekali menjambaknya, ia benar- benar bingung dengan situasi ini. Haruskah ia menikahi gadis penuh duka itu? Lalu, bagaimana dengan Tania? Walaupun Aksa tidak begitu mencintai Tania, tapi ia juga harus memikirkan hati wanita itu. Ini adalah keputusan yang sulit.
"Arghhhh..." Aksa meninju tembok kamarnya.
"Aku nggak bisa didiemin Mama, tapi aku juga nggak bisa menikahi wanita itu!" teriaknya menggelegar.
*****
Pagi itu tak seperti biasanya, tak ada yang membangunkan Aksa. Sepertinya Aira memang benar- benar kecewa dengan Aksa yang tak mau menikahi Aza.
"Selamat pagi, Ibu Presiden," seru Aksa merangkul Aira yang tengah mengoleskan selai ke roti. Wanita itu langsung menepis tangan anaknya dan berlalu meninggalkan meja makan.
"Sayang, aku sudah selesai sarapan. Aku akan ke ruang santai ya," pamit Aira kepada Keno dan tak lupa mengecup pipi suaminya itu.
Aksa menghela nafas kasar menatap kepergian sang Mama. Ini adalah pertama kalinya Aira mendiamkan anak semata wayangnya itu.
"Pah..." lirih Aksa.
Keno menoleh sebentar ke arah anaknya, "Papa akan pergi ke kantor sekarang. Oh ya, acara serah terima jabatan dilangsungkan minggu depan saja."
Keno lalu bangkit meninggalkan Aksa yang terdiam. Aksa merasa sedih ketika orang tuanya mengacuhkan dirinya. Ia tidak bisa jika seperti ini terus.
"Pergilah ke rumah sakit dan temui gadis itu," tambah Keno. Aksa pun mengangguk, dia memang harus bertanggung jawab dengan gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
DIMATA LO AZA GADIS CULUN, JUSTRU AZA GADIS ISTIMEWA DI MATA REVY...
DGN PNAMPILAN APA ADANYA, JUSTRU AKN AMAN AZA DRI PANDANGAN LAKI2...
2022-12-28
0
Sulaiman Efendy
LO MENIKAHI GADIS YATIM PIATU SPRTI AZA, AKN MNDAPATKN PAHALA..
2022-12-28
0
Sulaiman Efendy
SI AZA KYK TK PNY IMAN, ISLAM MELARANG MERATAPI KMATIAN SCARA BRLEBIHAN,, KULLUN NAFSIN DZA'IKATUL MAUT.. BHWA SETIAP YG BRNYAWA PSTI MNEMUI KMATIAN..
SPRTI APA KMATIAN KITA, ITU HNYLALH SEBAB..
KPN, DIMANA, KRN APA, PSTI SEMUA YG BRNYAWA AKN MATI.. ITU SUNATULLAH.. DN TAKDIR YG TELAH MNJADI KETETAPN ALLAH..
2022-12-28
0