Bab 5. Jadilah Dokter Pribadiku

Tidak mendapati adiknya di rumah sakit, membuat Nilam khawatir. Apalagi sebelumnya Ayuna sempat berdebat dengan orang tuanya. Ayuna menolak perjodohan yang dilakukan oleh Oma dan juga Opanya, tapi kedua orang tua itu keukeh dengan pendiriannya, ingin tetap perjodohan itu dilanjut. Ayuna sendiri bahkan belum siap untuk menikah, apalagi Ayuna masih belum mengetahui seperti apa laki-laki yang hendak dijodohkan dengannya.

"Ayuna! Dari mana aja kamu hah!"

Nilam bernafas lega setelah cukup lama menunggu Ayuna datang, akhirnya gadis itu menampakkan batang hidungnya.

"Kakak, aku tadi masih ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan," jawab Ayuna dengan membuka pintu ruang kerjanya.

"Apa urusanmu itu jauh lebih penting dari pasienmu yang sudah kamu tinggalkan?" tanya Nilam dengan menatap kesal pada adiknya.

Ayuna mengakui dirinya telah bersalah, tapi memang kondisinya terdesak dan ia terpaksa menyelesaikan masalahnya dengan pria yang super duper menyebalkan itu, jika tidak ..., ia yakin pria itu tak berhenti menerornya.

"Maaf, aku salah. Tapi aku tidak bisa meninggalkan urusanku begitu saja. Aku bingung tadi kak, kalau nggak penting, aku nggak akan terlambat datang ke rumah sakit. Sebelumnya aku belum pernah terlambat kan?"

Ayuna tidak bisa mengatakan pada kakaknya, karena dia datang menemui pemuda yang sama sekali tidak penting. Hanya saja dia harus bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat, harus mengganti kerugian mobil yang sudah ditabraknya.

"Kamu tahu Ayuna. Papa tadi mengikutimu, takut kamu kenapa-napa di jalan. Tapi Papa kehilangan jejak saat berada di pertigaan. Dikiranya kamu sudah sampai di rumah sakit, nggak tahunya nggak ada di sini. Kamu kalau punya masalah, cerita sama kakak, jangan dipendam sendiri. Kalau sampai ada apa-apa sama kamu gimana? Nggak ada yang tahu di mana keberadaanmu Ayuna?"

Nilam memberikan banyak teguran pada Ayuna. Sangat khawatir kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena Ayuna dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

Ayuna hanya diam dengan menundukkan wajahnya. Merasa bersalah, ia tidak ingin membantah apa yang dikatakan oleh kakaknya.

"Yasudah, mendingan kamu temui Papa dulu sebelum bertugas. Minta maaf sama Papa. Jangan bikin masalah Yuna, kasihan Papa, dia sudah tua untuk kita kerjain," tutur Nilam.

"Iya kak, aku minta maaf. Sekarang aku mau temui Papa dulu ya kak," ucap Ayuna kembali menutup pintu ruangannya dan bergegas menuju ruangan Profesor yang tidak lain adalah Papanya sendiri.

Sedangkan Nilam, kembali ke ruang kerjanya yang bersebelahan dengan ruangan Ayuna.

Tiba di depan pintu ruangan Profesor Mahendra, Ayuna langsung mengetuk pintu nya.

"Masuk," ucap Profesor Mahendra yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

Ayuna pun membuka pintunya dan masuk menemui Papanya.

"Ayuna! Dari mana saja kamu?" tanya Mahendra.

"Tadi Yuna masih ada urusan di luar Pa," jawab Ayuna dengan berjalan mendekat dan menarik kursi untuk didudukinya.

"Kamu itu, kamu tahu nggak? Papa tadi ikutin mobil kamu. Khawatir sama kamu, kamu kalau ada masalah, sebaiknya jangan menyetir mobil sendiri, kamu bisa bareng sama Papa atau sama kakakmu," nasehat Mahendra.

"Aku nggak Papa kok Pa. Aku tadi ada urusan yang tidak bisa ditunda, akhirnya aku putuskan untuk menyelesaikannya saat itu juga," jawab Ayuna.

"Urusan apa?" tanya Mahendra dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Em, itu Pa, aku.... "

Ayuna bingung, kalau berterus terang dirinya telah menemui seorang laki-laki yang tidak dikenalinya, sudah pasti Papanya akan sangat marah.

"Kenapa kamu diam? Urusan apa?" tanya Mahendra mulai curiga.

Ayuna dibuat bingung dengan pertanyaan dari Papanya. Dia bingung harus menjawab apa? Jika berterus terang bahwa dirinya menemui seorang pemuda untuk bertanggung jawab atas kerusakan mobilnya, pasti Papanya bakalan marah. Tapi kalau sampai tidak memberi alasan yang tepat, dirinya juga pasti dianggap sudah tidak jujur, dan membuat  ,orang tuanya kecewa.

"Sebenarnya aku tadi ada urusan dengan temanku sesama dokter Pa. Tapi dia tidak dinas di rumah sakit ini. Dia ingin menemuiku sebentar, karena keberadaannya sama-sama di jalan, aku berinisiatif untuk menemuinya," alibi Ayuna tidak ingin membuat masalah dengan Papanya dan juga keluarganya yang lain.

"Oh! Yaudah kalau gitu. Tapi lain kali kalau mau ketemuan sama teman, sebaiknya di sini saja. Kamu punya banyak pasien yang tengah kamu tangani. Bersikaplah profesional, jangan menelantarkannya hanya karena ingin mengurus masalah pribadimu. Kalau temanmu mau ketemu, biarkan dia ke sini," nasehat Mahendra.

"Iya Pa," jawab Ayuna.

"Sekarang kamu ada jadwal operasi nggak?" tanya Mahendra.

"Ada, pukul sepuluh ada jadwal operasi. Dan pasienku yang selesai operasi kemarin belum aku tengok. Kalau gitu aku akan  menengoknya dulu ya Pa," ucap Ayuna.

"Iya silahkan. Kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa minta tolong sama kakakmu," tutur Mahendra.

"Enggak Pa, patner kerjaku kan dokter Aris, jadi aku lebih suka bekerja sama dia. Kalau kakak udah beda lagi, aku nggak pernah libatin kakak dengan urusan kerjaku," jawab Ayuna.

"Iya, sepertinya kamu memang cocok kalau punya patner seperti Aris. Dia baik dan banyak membantu. Papa suka dengan cara kinerja dia, sangat beruntung Aris bekerja di rumah sakit ini, pekerjaannya sangat baik dan profesional," ungkap Mahendra.

"Iya Pa. Dia sudah banyak membantuku. Aku sangat bersyukur memiliki teman seperti dia," ucap  Ayuna sembari tersenyum.

"Ayuna, sebelum kamu pergi, Papa mau tanya sama kamu. Apa kamu siap dengan perjodohan ini?" tanya Mahendra menatap pada putri kecilnya.

"Huft, apa menurut Papa aku menyukai perjodohan ini? Enggak Pa, aku tidak menyukainya, aku lebih suka memilih kerja, dari pada harus menikah dengan orang yang sama sekali belum kuketahui latar belakangnya," jawab Ayuna.

"Maaf nak, Papa nggak bisa berbuat apa-apa untuk bantu kamu. Semua sudah menjadi ketentuan Oma sama Oppa kamu. Lihatlah kakak-kakakmu, semua telah dijodohkan, tapi syukur alhamdulillah, mereka bahagia dengan pernikahannya. Semoga kamu nanti bisa seperti itu," celetuk Mahendra.

"Tapi aku bukan kak Nilam Pa. Aku masih punya impian untuk mewujudkan impianku. Aku tidak ingin buru-buru menikah. Ayolah Pa, bantu aku buat gagalin rencana Oma sama Oppa. Halangi mereka agar tidak menjodohkanku," ungkap Ayuna.

"Tapi nak, Papa benar-benar nggak bisa bantu kamu. Papa nggak punya cara untuk menghalangi Oma sama oppa kamu. Mereka itu sangat keras, semua yang berkaitan dengan keluarga, sudah pasti akan menjadi tanggungannya. Sekali lagi maafin Papa kamu ini ya? Papa nggak punya keberanian buat lawan mereka."

Mahendra berdiri dari tempat duduknya dan mendekat pada Ayuna.

Ayuna terbengong kecewa. Berharap orang tuanya bisa membantunya untuk memutuskan perjodohan yang dilakukan oleh omanya ternyata hanya sia-sia saja.

"Jadi nggak ada jalan lain ya Pa. Yaudah deh, aku nggak maksa Papa buat tolongin aku. Maaf Pa, aku udah ganggu waktunya, aku mau temuin pasienku dulu," ucap Ayuna dengan tersenyum kecewa meninggalkan ruang Mahendra.

Mahendra menatap sedih kepergian Ayuna yang sudah meninggalkan ruangannya. Sebagai orang tuanya, dia tidak memiliki hak untuk mengatur anak-anaknya sendiri. Sungguh malang menjadi keluarga Alexander, semua urusan dihandel olehnya.

"Maafin Papa nak, sebenarnya Papa juga nggak setuju kamu dijodohkan dengan laki-laki yang belum diketahui batang hidungnya. Mungkin dia keturunan keluarga Moffat, tapi sifat dan pribadinya, Papa masih ragu."

Ayuna memasuki ruangan rawat di mana pasien yang berhasil operasi pencangkokan jantung itu di rawat.

Dia ingin melihat keadaannya, takut perempuan renta itu mengalami hal yang buruk setelah menjalani pencangkokan jantung.

"Selamat pagi, dengan nyonya Ane?" tanya Ayuna sembari berjalan masuk ke ruang rawat perempuan tua.

"Selamat pagi juga dokter. Iya benar, ini ruangan ibu Ane," jawab perempuan paruh baya yang tengah menemani pasien.

Ayuna pun mendekat ke brankar, diaajan melakukan pengecekan dengan stetoskop kebanggannya.

"Bagaimana perkembangan nyonya setelah operasi Bu? Apa ada perkembangan?" tanya Ayuna dengan menoleh pada perempuan paruh baya yang menjaga pasien.

"Iya dokter, alhamdulillah banyak perkembangannya. Saya sangat bersyukur, Mama saya bisa sembuh. Terimakasih ya dokter, dengan pertolongan dokter, Mama saya kembali normal," ungkap Perempuan paruh baya itu.

"Ibu, yang menyelamatkan nyawa nyonya Ane adalah Yang Maha Kuasa, bukan saya. Saya hanya manusia biasa yang kebetulan bisa membantu nyonya Ane melewati masa terpuruknya. Syukur alhamdulillah nyonya Ane kembali sehat, semoga saja kondisinya akan segera pulih," jawab Ayuna.

"Amin, dokter baik banget. Terimakasih do'anya dokter," ucap perempuan paruh baya itu.

Nyonya Ane tersenyum senang mendapati Ayuna. Dokter muda cantik dan ramah. Tidak ragu dirinya kalau dirawat olehnya.

"Dokter...."

"Nama saya Ayuna nyonya," jawab Ayuna.

"Nama yang cantik, wajahnya juga sangat cantik, anggun, secantik hatinya. Dokter masih sangat muda, tapi sangat pinter. Alangkah beruntungnya memiliki anak anda dokter," puji Ane.

"Biasa saja nyonya. Saya nggak sempurna kok. Nggak sebaik yang nyonya kira," jawab Ayuna.

"Tapi semua itu bisa dilihat dari tampangnya nak, kamu ini gadis lugu, anggun dan nggak bikin bosan. Kalau saya minta sesuatu sama kamu, Kira-kira kamu mau nggak, kabulin permintaan saya," ucap nyonya Ane.

"Permintaan?"

Ayuna menautkan kedua alisnya menatap lekat pada nyonya Ane.

"Iya, permintaan saya," jawab nyonya Ane.

"Memangnya nyonya minta apa sama saya?" tanya Ayuna.

"Saya minta, anda menjadi dokter pribadi saya, yang membantu saya, merawat saya. Saya ingin berada di tangan yang tepat. Saya ingin sembuh dokter, saya ingin, anda yang merawat saya," pinta nyonya Ane.

Ayuna membulatkan bola matanya. Ia bingung akan menjawab apa pada perempuan renta itu.

Tidak ingin menyakiti perasaannya, diapun terpaksa menganggukkan kepala, meskipun dalam hatinya ingin sekali untuk menolak.

"Baiklah nyonya, saya akan usahakan. Kalau begitu saya akan periksa dulu tensi nyonya, apa hari ini ada perubahannya. Semoga saja, tensi nyonya segera normal kembali. Kalau udah normal, tinggal pemulihan saja sudah bisa izin pulang," ucap Ayuna.

Ayuna memasang stetoskop kebanggaannya dan langsung memeriksa pasiennya. Dalam hati ia ingin menolak, tapi ia juga tidak punya keberanian untuk menolaknya. Permasalahannya datang bertubi-tubi dan itu membuatnya lumayan kesal.

Terpopuler

Comments

C2nunik987

C2nunik987

ia pasti nenek ane neneknya pria yg ditabrak ma ayeuna😂😂😂nti dijodohin mlh ma nenek ane 🤣🤣🤣

2024-10-10

0

kaylla salsabella

kaylla salsabella

jangan bilang ini nyonya ane nenek nya si pria arogan itu

2024-10-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Pertemuan yang Menjengkelkan
2 Bab 2. Jengkel
3 Bab 3. Dijodohkan
4 Bab 4. Dua Puluh Juta
5 Bab 5. Jadilah Dokter Pribadiku
6 Bab 6. Ancaman
7 Bab 7. Cucu Durhaka
8 Bab 8. Ternyata Dia Seorang Dokter
9 Bab 9. Menantu yang tak Dianggap
10 Bab 10. Keluarga Menjengkelkan
11 Bab 11. Sama-sama Berwatak Keras
12 Bab 12. Siksaan Batin
13 Bab 13. Rahasia Keluarga
14 Bab 14. Pertemuan Dua Keluarga
15 Bab 15. Penolakan
16 Bab 16. Koma
17 Bab 17. Menjadi Menantu Kami
18 Bab 18. Pria Tidak Waras
19 Bab 19. Keras Kepala
20 Kondisi Ane Semakin Memburuk
21 Bab 21. Dilamar
22 Bab 22. Modal Nekat
23 Bab 23. Diusir
24 Bab 24. Pergi
25 Bab 25. Apa Maksudmu?
26 Bab 26. Sambutan Hangat Untuk Ayuna
27 Bab 27. Arogan
28 Bab 28. Ada Apa Dengan Steven
29 Bab 29. Semakin Aneh
30 Bab 30. Kenapa Harus Allard?
31 Bab 31. Peduli
32 Bab 32. Jangan Simpan Kebencianmu Untuknya
33 Bab 33. Aku tidak Ingin Berpisah
34 Bab 34. Diantar Steven
35 Bab 35. Kecewa
36 Bab 36. Jengkel
37 Bab 37. Syarat Bikin Jengkel
38 Bab 38. Mulai Peduli
39 Bab 39. Aku Tidak Ingin Menjadi Benalu
40 Bab 40. Anak Durhaka
41 Bab 41. Dilamar
42 Bab 42. Pertengkaran Antara Keluarga
43 Bab 43. Jangan Tinggalkan Aku
44 Bab 44. Mabuk Berat
45 Bab 45. Tidur Bersama
46 Bab 46. Pikirkan Kacau
47 Bab 47. Jaga Dia
48 Bab 48. Mereka Pasangan yang Cocok
49 Bab 49. Maaf
50 Bab 50. Gelisah
51 Bab 51. Jadi Mereka Bukan Orang Tuaku?
52 Bab 52. Akhirnya Tunangan
53 Bab 53. Akhirnya Sadar
54 Bab 54. Berulah
55 Bab 55. Ternyata Perhatian
56 Bab 56. Nenek Mau Cucu Berapa?
57 Bab 57. Tugas di Desa Terpencil
58 Bab 58. Andai Saja Saya Bisa Berkumpul Dengan Keluarga Saya?
59 Bab 59. Mengunjungi tempat tinggal Martha
60 Bab 60. Ternyata Mereka?
61 Bab 61. Pingsan
62 Bab 62. Jatuh Sakit
63 Bab 63. Gara-gara Setan
64 Bab 64. Sudah Tertipu
65 Bab 65. Percaya Diri
66 Bab 66.Tidurlah Bersamaku!
67 Bab 67. Sambutan Hangat Untuk Kehadiran Alexander
68 Bab 68. Sekamar Berdua Dengan Raja Dugong
69 Bab 69. Kalian Penipu
70 Bab 70. Akhirnya Tertangkap
71 Bab 71. Bayangan Masa Lalu
72 Bab 72. Kedatangan Sepupu
73 Bab 73. Akhirnya Menikah
74 Bab 74. Akhirnya Sah
75 Bab 75. Kesempatan Untuk Rujuk
76 Bab 76. Canggung
77 Bab 77. Bahagia Milik Berdua
78 Bab 78. Kita Putus
79 Bab 79. Gara-gara Raja Dugong
80 Bab 80. Jadikan Aku Istri Keduamu
81 Bab 81. Berantem Gara-gara Satu Cewek
82 Bab 82. Hanya Demi Hadiah
83 Bab 83. Aku mencintaimu
84 Bab 84. Pembagian Warisan
85 Bab 85. Siapa Vera
86 Bab 86. Sikap yang Berubah
87 Bab 87. Kecewa
88 Bab 88.Dibuat Jengkel Oleh Ulahnya
89 Bab 89. Ayuna Jatuh Sakit
90 Bab 90. Pendarahan
91 Bab 91. Siasat Untuk Menjebak
92 Bab 92. Penangkapan Lisa
93 Bab 93. Hilang Ingatan
94 Bab 94. Hilang Ingatan 2
95 Bab 95. Keterlaluan
96 Bab 96. Keras Kepala
97 Bab 97. Ternyata yang Menikah?
98 Bab 98. Demi Sebuah Foto
99 Bab 99. Sok Jutek
100 Bab 100. Kita Rujuk
101 Bab 101. Teringat Kembali
102 Bab 102. Hadiah Dari Opa
103 Bab 103. Balikan Sama Mantan
104 Bab 104. Terus Bagaimana Dengan Perasaanmu Sendiri?
105 Bab 105. Ngidam Nasgor
106 Bab 106. Membongkar Kedok Arya
107 Bab 107. Pertengkaran di Rumah Mantan
108 108. Kembali Rujuk
109 Bab 109. Melahirkan
110 Bab 110. Kedatangan Verra
111 Bab 111. Dia Tercipta Bukan Untukku
112 Bab 112. Cemburu
113 Bab 113. Mama Berubah
114 Bab 114. Kekecewaan yang Mendalam
115 Bab 115. Keluarga Receh
116 Bab 116. Olivia Rese
117 Bab 117. Pingsan
118 Bab 118. Olivia Jatuh Sakit
119 Bab 119. Jantung Bocor
120 Bab 120. Mode Ngambek
121 Bab 121. Kejadian Buruk
122 Bab 122. Kematian Ane
123 Bab 123. Emosi yang Tak Terkendali
124 Bab 124. Vera Menjadi Tersangka
125 Bab 125. Membujuk Olivia
126 Bab 126. Bianglala Bikin Pusing
127 Bab 127. Kau Harus Dihukum
128 Bab 128. Sedih Saat Mengetahui Penyakitnya
129 129. Saling Memaafkan
130 Bab 130. Bertemu Sahabat Lama
131 Bab 131. Rayuan Pakai Chocolatos
132 Bab 132
133 Bab 133. Khawatir
134 Bab 134. Murid Baru
135 Bab 135. Mendapatkan Hukuman
136 Bab 136. Dia Adikku
137 Bab 137. Kekhawatiran Endrow
138 Bab 138. Takut Putus
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Bab 1. Awal Pertemuan yang Menjengkelkan
2
Bab 2. Jengkel
3
Bab 3. Dijodohkan
4
Bab 4. Dua Puluh Juta
5
Bab 5. Jadilah Dokter Pribadiku
6
Bab 6. Ancaman
7
Bab 7. Cucu Durhaka
8
Bab 8. Ternyata Dia Seorang Dokter
9
Bab 9. Menantu yang tak Dianggap
10
Bab 10. Keluarga Menjengkelkan
11
Bab 11. Sama-sama Berwatak Keras
12
Bab 12. Siksaan Batin
13
Bab 13. Rahasia Keluarga
14
Bab 14. Pertemuan Dua Keluarga
15
Bab 15. Penolakan
16
Bab 16. Koma
17
Bab 17. Menjadi Menantu Kami
18
Bab 18. Pria Tidak Waras
19
Bab 19. Keras Kepala
20
Kondisi Ane Semakin Memburuk
21
Bab 21. Dilamar
22
Bab 22. Modal Nekat
23
Bab 23. Diusir
24
Bab 24. Pergi
25
Bab 25. Apa Maksudmu?
26
Bab 26. Sambutan Hangat Untuk Ayuna
27
Bab 27. Arogan
28
Bab 28. Ada Apa Dengan Steven
29
Bab 29. Semakin Aneh
30
Bab 30. Kenapa Harus Allard?
31
Bab 31. Peduli
32
Bab 32. Jangan Simpan Kebencianmu Untuknya
33
Bab 33. Aku tidak Ingin Berpisah
34
Bab 34. Diantar Steven
35
Bab 35. Kecewa
36
Bab 36. Jengkel
37
Bab 37. Syarat Bikin Jengkel
38
Bab 38. Mulai Peduli
39
Bab 39. Aku Tidak Ingin Menjadi Benalu
40
Bab 40. Anak Durhaka
41
Bab 41. Dilamar
42
Bab 42. Pertengkaran Antara Keluarga
43
Bab 43. Jangan Tinggalkan Aku
44
Bab 44. Mabuk Berat
45
Bab 45. Tidur Bersama
46
Bab 46. Pikirkan Kacau
47
Bab 47. Jaga Dia
48
Bab 48. Mereka Pasangan yang Cocok
49
Bab 49. Maaf
50
Bab 50. Gelisah
51
Bab 51. Jadi Mereka Bukan Orang Tuaku?
52
Bab 52. Akhirnya Tunangan
53
Bab 53. Akhirnya Sadar
54
Bab 54. Berulah
55
Bab 55. Ternyata Perhatian
56
Bab 56. Nenek Mau Cucu Berapa?
57
Bab 57. Tugas di Desa Terpencil
58
Bab 58. Andai Saja Saya Bisa Berkumpul Dengan Keluarga Saya?
59
Bab 59. Mengunjungi tempat tinggal Martha
60
Bab 60. Ternyata Mereka?
61
Bab 61. Pingsan
62
Bab 62. Jatuh Sakit
63
Bab 63. Gara-gara Setan
64
Bab 64. Sudah Tertipu
65
Bab 65. Percaya Diri
66
Bab 66.Tidurlah Bersamaku!
67
Bab 67. Sambutan Hangat Untuk Kehadiran Alexander
68
Bab 68. Sekamar Berdua Dengan Raja Dugong
69
Bab 69. Kalian Penipu
70
Bab 70. Akhirnya Tertangkap
71
Bab 71. Bayangan Masa Lalu
72
Bab 72. Kedatangan Sepupu
73
Bab 73. Akhirnya Menikah
74
Bab 74. Akhirnya Sah
75
Bab 75. Kesempatan Untuk Rujuk
76
Bab 76. Canggung
77
Bab 77. Bahagia Milik Berdua
78
Bab 78. Kita Putus
79
Bab 79. Gara-gara Raja Dugong
80
Bab 80. Jadikan Aku Istri Keduamu
81
Bab 81. Berantem Gara-gara Satu Cewek
82
Bab 82. Hanya Demi Hadiah
83
Bab 83. Aku mencintaimu
84
Bab 84. Pembagian Warisan
85
Bab 85. Siapa Vera
86
Bab 86. Sikap yang Berubah
87
Bab 87. Kecewa
88
Bab 88.Dibuat Jengkel Oleh Ulahnya
89
Bab 89. Ayuna Jatuh Sakit
90
Bab 90. Pendarahan
91
Bab 91. Siasat Untuk Menjebak
92
Bab 92. Penangkapan Lisa
93
Bab 93. Hilang Ingatan
94
Bab 94. Hilang Ingatan 2
95
Bab 95. Keterlaluan
96
Bab 96. Keras Kepala
97
Bab 97. Ternyata yang Menikah?
98
Bab 98. Demi Sebuah Foto
99
Bab 99. Sok Jutek
100
Bab 100. Kita Rujuk
101
Bab 101. Teringat Kembali
102
Bab 102. Hadiah Dari Opa
103
Bab 103. Balikan Sama Mantan
104
Bab 104. Terus Bagaimana Dengan Perasaanmu Sendiri?
105
Bab 105. Ngidam Nasgor
106
Bab 106. Membongkar Kedok Arya
107
Bab 107. Pertengkaran di Rumah Mantan
108
108. Kembali Rujuk
109
Bab 109. Melahirkan
110
Bab 110. Kedatangan Verra
111
Bab 111. Dia Tercipta Bukan Untukku
112
Bab 112. Cemburu
113
Bab 113. Mama Berubah
114
Bab 114. Kekecewaan yang Mendalam
115
Bab 115. Keluarga Receh
116
Bab 116. Olivia Rese
117
Bab 117. Pingsan
118
Bab 118. Olivia Jatuh Sakit
119
Bab 119. Jantung Bocor
120
Bab 120. Mode Ngambek
121
Bab 121. Kejadian Buruk
122
Bab 122. Kematian Ane
123
Bab 123. Emosi yang Tak Terkendali
124
Bab 124. Vera Menjadi Tersangka
125
Bab 125. Membujuk Olivia
126
Bab 126. Bianglala Bikin Pusing
127
Bab 127. Kau Harus Dihukum
128
Bab 128. Sedih Saat Mengetahui Penyakitnya
129
129. Saling Memaafkan
130
Bab 130. Bertemu Sahabat Lama
131
Bab 131. Rayuan Pakai Chocolatos
132
Bab 132
133
Bab 133. Khawatir
134
Bab 134. Murid Baru
135
Bab 135. Mendapatkan Hukuman
136
Bab 136. Dia Adikku
137
Bab 137. Kekhawatiran Endrow
138
Bab 138. Takut Putus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!