Awalnya Jadi Ibu Tiri, Ternyata...

Awalnya Jadi Ibu Tiri, Ternyata...

01. Mama!

“Papa…Papa.. kau ada di mana, Pa?” seorang anak perempuan kecil, berusia empat tahun, sedang mencari orangtuanya. Dia sendiri, berjalan di sekitar mall yang lumayan sepi.

“Kayaknya semuanya sudah aku beli deh buat ulang tahun Mira.” Alisha memeriksa belanjaannya. Dia belanja untuk ulang tahun keponakannya, Mira.

Alisha tidak sengaja melihat beberapa orang membawa seorang anak kecil, “Kamu cari papa ya? Papamu menyuruh Paman untuk membawamu ke sana. Ayo ikut, karena papa-mu sedang terburu-buru untuk pergi lagi.”

“Enggak! Kakek bukan suyuhan papa! Papa bilang, Anisha gak boleh ikut oyang lain!” anak itu menolak keras. Dia memeluk boneka kelincinya.

‘Dasar anak ini! Susah sekali sih dibujuk.’

“Kamu Anisa kan? Tuh, PAMAN tahu nama kamu. Masa kamu gak percaya?”

“Salah, Kek! Namaku bukan ‘Anisa’ tapi ‘Anisha’.”

“Iya, iya, itu kan sama saja. Yang penting, Paman tahu nama kamu. Ayo kita pergi dulu.” Pria itu memberi kode pada dua orang pria dewasa yang dia bawa untuk membawa gadis kecil itu.

“Gak mau! Pokoknya Anisha gak mau ikut! Papa! Papa!”

“Mau dibawa ke mana anakku?!!” Alisha berteriak. Mereka yang berusaha membawa Anisha melihat kearahnya. Alisha datang menghampiri mereka, “Permisi, ini anak saya, siapa kalian?” dia menarik pelan tangan Anisha kepadanya untuk dlindungi.

“A-apa? Anak… kamu?”

“I-iya! Kalian mau menculiknya ya?!” mendengar tuduhan itu, orang-orang jadi memperhatikan mereka.

“Akh… hahaha, tidak mungkin kami menculik anak kecil yang lucu dan imut ini. Papanya yang menyuruh kami untuk membawanya.”

“Suamiku? Tidak mungkin, karena suamiku juga sedang mencari puteri kami. Bilang saja kalian mau menculiknya! Mau aku laporkan polisi-

“Hey Nyonya! Anak ini tidak punya mama, ibu atau orang tua perempuan. Kami kenal dengan papanya. Atau, jangan-jangan kau sendiri yang penculik?”

“Tidak! Kakek salah! Dia adalah mamaku!” Anisha memeluk Alisha.

“Mama, Mama, katanya, meyeka di suyuh papa untuk menjemputku, tapi Anisha gak peycaya. Anisha takut Ma.”

“Kalian sudah dengar? Sekarang tinggalkan anakku sebelum aku menghubungi polisi!” Alisha sudah mengeluarkan ponselnya untuk mengancam, ‘Sebenarnya aku gak tahu nomor polisi. Lain kali, aku harus menyimpan nomor-nomor penting untuk keadaan darurat seperti ini.’

“Hahaha…” pria itu sebenarnya sudah mulai gentar, tapi pura-pura tenang dan tertawa kecil, “Ini pasti salah paham. Mungkin kami salah menjemput anaknya. Atau mungkin, anaknya gak kenal dengan orangtuanya. Ka-kalau begitu…” dia melihat orang-orang mulai mendekat, “Ka-kami permisi dulu.” Dia memberi kode pada orang-orangnya untuk segera pergi.

“Huuff… akhirnya mereka pergi.” Alisha menghela napas karena lega.

Beberapa saat yang lalu, sebelum dia datang untuk ikut campur, karena melihat anak itu tidak mau ikut dan pintar. Alisha merasa yakin, kalau hubungan pria-pria tadi tidak ada dengan anak kecil itu.

Alisha menurunkan posisinya, jongkok agar sejajar dengan Anisha, “Nak, kamu gak apa-apa kan? Apa kamu tadi terluka? Papa kamu di mana?” Alisha mengelus rambut Anisha.

“Mama!” Anisha memeluk Alisha dan menangis. Alisha sampai terheran.

‘Hm? Kenapa dia masih memainkan dramanya? Dia kan pasti tahu kalau aku bukan mamanya yang sebenarnya.’

“Mama kemana saja? Kenapa bayu datang sekayang? Hiks… hiks… Anisha yindu Mama.”

‘Aduh, bagaimana ini? Orang-orang masih melihat padaku. Aku tenangkan saja dulu anak ini.’

Alisha menggendong anak tersebut untuk di bawa ke bagian receptionis dan membuat pengumuman anak hilang.

Anisha begitu erat menggendongnya seakan tidak mau lepas darinya.

“Anisha!” sementara itu, pria lain memanggilnya. Karena memiliki kemiripan nama, Anisha dan Alisha sama-sama melihat kearah orang yang memanggil itu. Satu perempuan berpakaian babysitter juga ikut bersamanya.

“Papa! Papa! Ma, Papa sudah datang!” Anisha begitu senang sekali ketika melihat papanya datang.

‘Waw…. Tampan sekali. Dia tinggi, bahunya lebar dan… berkharisma.’

“Anisha, sini sama Papa.” Pria itu meminta puterinya dari Alisha.

Tidak sengaja, tangan mereka saling bersentuhan ketika ingin memindahkan Anisha.

“Anda… benar-benar papa dari anak ini kan?”

Pria itu melihat Alisha mulai dari kaki hingga wajahnya, “Baru kau tanyakan itu setelah kau menyerahkannya padaku?”

‘Waduh, ketus sekali cara bicaranya.’

“Itu… karena dia juga memanggilmu, ‘Papa’.”

“Papa, akhiylnya mama sudah pulang.”

“Sayang, kamu habis nangis ya?” dia mengusap airmata disekitar pipi puterinya, lalu melihat dengan tajam pada Alisha, “Apa yang kau lakukan pada puteriku? Apa kau orang jahat?!”

“Apa? Orang jahat? Aku bukan-

“Papa! Kenapa Papa mayah sama Mama? Gk boleh mayah-mayah Pa!” Anisha memarahi papanya.

“Enggak kok Sayang. Papa hanya tanya-tanya saja kok.”

“Nah, sekarang, kamu bisa ikut mba Dewi dulu gak? Papa mau bicara dengannya dulu?” dia memberikan Anisha pada Dewi yang sudah bersiap.

“Tapi Papa dan Mama jangan bertengkayl ya. Nisha gak mau Mama peylgi lagi. Pokoknya nanti, Mama hayus pulang beylsama kita.”

“Iya Sayang. Dewi! Jaga puteriku dengan benar, jangan sampai kau kehilangannya lagi! Paham?!”

“I-iya Tuan.”

‘Benar-benar dia pintar sekali mengatur ekspresi wajahnya.’

“Hey! Sekarang kau harus-

“Hey, hey, hey! Jangan panggil aku seperti itu. Kesannya aku seperti orang yang jahat saja.”

“Aku tidak perduli siapa namamu, jadi terserah aku memanggilmu apa.”

“Kalau begitu aku tidak mau bicara padamu, hmph!” Alisha melipat tangannya dan buang muka.

“Apa? Padahal kau sedang berusaha menculik puteriku, dan kau-

“Aku tidak menculiknya! Memang, tadinya ada orang yang mau menculiknya tapi aku datang dan menyelamatkan puterimu. Harusnya kau berterima kasih padaku.”

“Hah… sudah ketahuan melakukan tindak kejahatan, tapi kau malah berlagak seperti pahlawan.”

“Kalau kau tidak percaya, kau bisa mengecek CCTV disini. Atau, mungkin CCTV-nya hanya sebagai pajangan saja di sini. Sayang sekali, Mall yang begitu besar dan terkenal ini memiliki CCTV rusak.”

“Kau!”

“Pokoknya, aku tidak melakukan kesalahan apa-apa. Tanyakan saja pada anak itu.”

“Lalu kenapa dia memanggilmu, ‘Mama’?”

“Itu… itu karena-

“Kenapa? Kau sulit menjawabnya kan?”

“Ya aku terpaksa berpura-pura sebagai ‘Mama’ anak itu. Karena, orang yang menculiknya bilang, kalau ‘Papanya’ yang menyuruhnya untuk membawa Anisha. Aku tidak menyangka saja kalau puteri kecil yang cantik itu keterusan memanggilku, ‘Mama’.”

‘Apakah benar yang wanita ini katakan padaku? Tapi, apa yang dia katakan seperti masuk akal. Dan Anisha juga tidak pernah akrab dengan orang lain, mau perempuan atau laki-laki apalagi belum pernah bertemu.’

“Sudah ya. Aku harus pergi. Karena kau, kesibukanku jadi bertambah. Aku bisa menjamin kalau aku tidak menyakiti anakmu. Mana mungkin aku melakukan itu pada anak yang menggemaskan itu.” Alisha pun pergi melewati pria itu. Mereka belum sempat berkenalan.

Karena masih penasaran, pria itu ingin mengecek CCTV.

“Apa? Jadi CCTV yang ada disudut sana rusak?! Apa-apaan ini! Mall sebesar ini..” tiba-tiba dia ingat dengan apa yang diucapkan Alisha tadi, “Sial! Ganti semua CCTV yang rusak! Brengsek!”

Terpopuler

Comments

Vicky Dewantara

Vicky Dewantara

br mampir. semoga seru ya

2024-10-23

1

vera simbolon

vera simbolon

wah, ada cerita baru ya kk Lini. semoga ceritanya seru ya

2024-10-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!