Hadiah

"Mas sudah pulang?" tanya Ayunda saat melihat Arif menarik kopernya masuk kedalam rumah, sudah seminggu ini Arif keluar kota untuk urusan bisnis nya.

"Sini aku bantu mas" ucap Ayunda lagi berjalan ke arah Arif tapi lelaki itu segera menepis tangan Ayunda.

"Ma-s"

"Aku bisa sendiri" jawab Arif membuat Ayunda terdiam.

Ini lah rumah tangga yang di jalani Ayunda selama ini,Arif selalu baik di depan keluarga dan teman-teman nya tapi berbeda jauh saat di rumah,, Arif cuek bahkan dia tak pernah menganggap Ayunda ada saat mereka di rumah.

"Mas bisa kah kamu bersikap seperti suami lain nya saat di rumah" ujar Ayunda memberanikan diri bicara pada Arif.

"Maksud mu?" tanya Arif menatap Ayunda tajam.

"Kita sudah menikah lima tahun mas dan kamu memperlakukan ku seorang seperti orang asing saat di rumah"

"Lalu kamu mau aku bagaimana? Aku menjamah tubuh mu,aku memeluk mu begitu? Jijik! Aku jijik dengan wanita murahan seperti kamu Ayunda" ucap Arif membuat jantung Ayunda berdegup kencang,ini kali pertama Arif mengakui kalau dia jijik pada dirinya.

"Kalau kamu jijik kenapa kamu menikahi ku mas!" teriak Ayunda tidak terima dengan ucapan Arif.

"Diam! Kamu berani berteriak di hadapan ku,siapa kamu? Ha! Kamu hanya perempuan yang sudah aku bayar pada orang tua mu jadi apapun yang aku lakukan kamu hanya boneka ku,cam kan itu" ucap Arif sambil menarik rambut Ayunda lalu melepaskan nya.

Ayunda terduduk sambil menangis,hati nya sakit mendengar ucapan Arif, selama ini Ayunda bertahan di sisi suaminya karena memang Arif sudah berjasa pada nya tapi jika rumah tangga ini hanya untuk status apa dia bisa bertahan.

****

"Apa ini mas?" tanya Dewi saat Abian memberikan nya ponsel terbaru.

"Hadiah untuk kamu"

"Waw.... pasti mahal"

"Kamu pantas mendapatkan nya secara kamu lulusan terbaik, setelah ini apa yang akan kamu lakukan Wi?" tanya Abian

"Dulu waktu kecil aku pernah bermimpi ingin jadi seperti papa, orang sukses dalam berbisnis! tapi sekarang cita-cita itu hilang mas,aku tidak mau seperti papa"jawab Dewi sambil mengingat betapa kejam papa nya.

"Kalau tidak ada dia, tidak akan ada kita Wi"ingat Abian

"Mas nggak dendam sama papa?" tanya Dewi serius karena dia tau cerita kenapa Abian di kirim ke luar negeri.

Abian menggeleng sambil menarik sudut bibirnya kecil.

"Kenapa?"

"Mas tidak dendam tapi hanya kecewa pada nya Wi karena sudah memisahkan mas dan Ayunda"

"Kenapa mas nggak coba cari kak Ayunda sekarang mas?" tanya Dewi penasaran

"Sudah,tapi dia sudah menikah"

"Astaga" ujar Dewi menutup mulut nya tak percaya.

"Pasti mas sedih ya,maaf ya mas Dewi nggak bisa bantu mas apa-apa"

Abian mengusap kepala sang adik lembut.

"Terkadang Dewi mengingat masa di mana mama masih hidup mas,jika beliau ada di tengah-tengah kita pasti mas tidak akan kehilangan cinta sejati mas"

"Tau apa kamu soal cinta?"

"Meskipun Dewi nggak pernah pacaran mas tapi Dewi tau kalau mas cinta sama mati sama Kak Ayunda,benar kan?" ujar Dewi sambil tersenyum manis membuat Abian gemas dengan adik perempuan nya ini.

"Mulai besok kamu harus belajar untuk bisnis,ikut mas ke kantor" ajak Abian

"Tapi-"

"Jangan membantah ini perintah"

"Jangan besok mas,Lusa ya,besok Dewi ada janji sama Riska,kami mau mengadakan pesta kelulusan"

"Ya sudah Lusa temani mas ke Pameran"

"Siap pak bos" ujar Dewi sambil mengangkat tangan nya hormat.

"Mas keluar dulu,kamu bisa gunakan ponsel terbaru mu itu tapi ingat jangan di gunakan untuk hal-hal yang tidak penting"

"Sipp,Terimakasih mas" pekik Dewi saat Abian akan keluar kamar nya, sepasang kakak beradik ini memang saling menyayangi terlebih Abian merasa hanya Dewi yang mengerti dirinya,Dewi bisa menjadi teman curhat sekaligus adik yang baik untuk Abian.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***