17. Mulai merasa curiga

Tiga hari kemudian Viona yang sedang sibuk menyiapkan makanan untuk jamaah tahlilan, sesekali mengecek ponselnya. Iya ,selama hampir dua minggu berada di kota Malang, Bara sang suami tidak pernah sekali pun menghubunginya . Selama ini selalu saja Viona yang menghubunginya lebih dulu. Terkadang ketika Viona menghubunginya juga Bara jarang mengangkat panggilan darinya. Entah karena sibuk atau karena Bara enggan menerima telpon dari Viona.

Viona pun menjadi sedih dan curiga. Apakah Bara sudah tidak perduli lagi dengannya. Atau jangan- jangan Bara sudah ada perempuan lain yang mengisi hatinya, sehingga dia tidak perduli lagi dengannya. Padahal dulu ketika Viona menginap di rumah orang tuanya karena waktu itu ayah Viona sakit, Bara bisa tiga sampai empat kali menghubungi Viona.

Tapi Kini kenapa Bara terkesan cuek dan tidak perduli dengan Viona, padahal kan jarak mereka saat ini cukup jauh. Antara Jakarta dan Malang jawa Timur. Apa Bara tidak merasa kangen dengan Viona. Viona kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Bara. Kali ini pada dering ke dua Bara langsung menjawabnya.

"Halo sayang..." ucap Bara. Dari suaranya Viona bisa mendengar kalau sang suami sedang letih.

"Mas, kamu lagi di mana...? Udah pulang kantor apa belum...?" tanya Viona.

"Aku sudah ada di rumah. Kenapa...?" tanya Bara dingin.

"Mas, kok selama aku di rumah nenek kamu nggak pernah sekalipun menghubungi aku, apa kamu nggak kangen sama aku mas...? Aku di sini sudah cukup lama lho, seminggu lebih..." tanya Viona.

"Aku bukannya nggak kangen sama kamu sayang, tapi aku nggak mau ganggu kamu. Anggap aja kamu di situ sedang liburan. Kamu jangan di rumah terus, pergilah jalan- jalan ajak sepupumu menikmati indahnya kota Malang...." sahut Bara.

"Iya mas, kemarin aku udah jalan- jalan kok, kulineran juga..." ucap Viona.

"Nah gitu dong..." sahut Bara.

"Mas, kamu kangen nggak sama aku...?" tanya Viona.

"Kangen lah sayang...." jawab Bara.

"Beneran...?'' tanya Viona.

"Video call dong mas, aku kangen ingin lihat wajah kamu..." pinta Viona.

"Vi.. Video call...? Ehm.. Nggak.. Nggak usah lah sayang lain kali saja, aku ngantuk banget mau tidur..." jawab Bara.

"Ini kan masih sore mas, baru juga jam delapan masa udah ngantuk aja...?" tanya Viona.

"Aku capek sayang, tadi di kantor aku sibuk banget, harus menghadiri rapat juga, trus ketemu klien di luar kantor, ah pokoknya capek banget deh sayang, badan aku sampai pegal- pegal...."jawab Bara.

"Oh ya udah kalau gitu, mas Bara istirahat saja...." ucap Viona kecewa. Viona lalu mematikan sambungan telponnya.

Viona merasa sedih dengan sikap sang suami. Masa minta untuk melakukan video call saja dia tidak mau. Padahal Viona sudah kangen sekali dengannya.

"Hei Viona, bengong aja kamu... Ayo bawa makanannya ke depan, itu tahlilannya sudah mau selesai, mereka mau makan..." ucap bu Rima.

"I..iya bu..." jawab Viona, lalu membawa piring berisi berbagai kue dan menyajikannya pada jamaah tahlilan.

Setelah selesai menyajikan makanan dan minuman dibantu oleh sepupu dan tantenya, Viona duduk melamun di ruang tengah seorang diri. Sementara saudara yang lain ikut berkumpul di ruang tamu bersama para jamaah tahlil yang sedang menikmati jamuan makanan.

"Viona, ngapain kamu bengong di situ...?" tanya bu Rima menghampiri Viona lalu duduk di sampingnya.

"Ah , nggak papa kok bu..." jawab Viona.

"Nggak papa tapi kok kelihatan sedih gitu..." ucap bu Rima.

"Sebenarnya Viona lagi mikirin mas Bara bu...'' sahut Viona.

"Kenapa ...? Kamu kangen sama suamimu...? Halah baru juga beberapa hari nggak ketemu udah kangen aja, belum juga dua minggu. Lebay banget kamu ini..." ucap bu Rima.

"Bukan begitu bu, tapi Vio merasa aneh saja sama mas Bara, akhir- akhir ini sikapnya cuek banget sama Vio bu. Selama Vio di sini juga dia nggak pernah menghubungi Vio. Kalau vio telpon juga belum tentu diangkat. Vio jadi curiga kalau mas Bara sudah nggak cinta lagi sama Vio..." jawab Viona.

"Viona takut bu, mas Bara akan mencari perempuan lain. Apa lagi kan rekan-rekan kerja mas Bara cantik- cantik. Viona takut mas Bara akan tergoda sama mereka..." sambung Viona.

"Jangan berburuk sangka kamu Viona..." sahut bu Rika.

"Ya tapi Viona merasa aneh saja bu. Apa gara- gara Vio belum bisa memberinya anak ya bu...? Jadi mas Bara berubah sikap...?" tanya Viona.

"Ah itu sih salah kamu sendiri. Jadi perempuan masa ngasih anak sama suami aja nggak becus...." sahut bu Rima.

"Viona juga nggak mau seperti ini bu, tapi mau gimana lagi kalau memang Alloh belum percaya pada Vio untuk dikasih anak..." ucap Viona.

"Ada apa ini ribut- ribut...?" tanya pak Hilman ayah Viona.

"Itu Yah, Viona lagi galau gara- gara selama dia di sini Bara tidak pernah menghubunginya. Dia terus yang menghubungi Bara. Viona curiga kalau Bara itu sudah nggak cinta lagi sama dia, trus dia juga curiga jangan- jangan Bara punya selingkuhan..." jawab bu Rima.

"Ya ampun Viona, nggak baik kamu berprasangka buruk sama suamimu sendiri. Kamu itu tidak perlu mempermasalahkan hal kecil seperti itu, masa gara- gara Bara tidak menghubungi kamu, kamu langsung menuduhnya selingkuh..." ucap pak Hilaman.

"Kalau suamimu tidak menghubungi kamu kan dia memang orangnya sibuk. Mana sempat dia menghubungi kamu ngobrol- ngobrol nggak penting..." ucap pak Hilman.

"Masa sih Yah cuma menyempatkan waktu lima menit buat telpon Vioan aja ngga bisa..." sahut Viona.

"Suami kamu itu super sibuk, jangan disamakan sama kamu yang hanya pengangguran dong. Kamu itu kan kerjanya hanya santai- santai saja di rumah. Suami kamu yang kerja keras banting tulang setiap hari. Harusnya kamu mengerti dong...." ucap pak Hilman.

"Iya ayah..." jawab Viona yang hanya bisa pasrah selalu dipojokkan oleh orang tuanya jika membahas soal Bara.

Di mata bu Rima dan pak Hilman, Bara selalu benar, tidak ada salahnya sedikitpun. Jika Viona mengeluh soal apapun tentang Bara, mereka sama sekali tidak pernah mau mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Viona. Justru Viona lah yang selalu disalahkan karena menurut mereka Viona lah yang tidak bisa memahami keadaan sang suami.

Viona sadar selama ini kebutuhan kedua kedua orangnya ditanggung oleh Bara. Jadi wajar jika mereka selalu membela Bara dari pada anaknya sendiri. Mereka kadang merasa tidak enak hati pada Bara karena sampai saat ini Viona belum juga memberikan Bara seorang anak.

"Sudahlah Viona, kamu harus percaya sama suami kamu. Bara orang baik, tidak mungkin akan berbuat macam- macam. Kamu yang harus sadar diri dong. Selama ini Bara sudah meratukan kamu, menafkahi kamu, memfasilitasi kamu dengan segala kemewahan. Harusnya kami mikir, apa yang sudah kamu kasih untuk suamimu. Bahkan seorang anak pun kamu nggak bisa kasih ke Bara...." ucap bu Rima.

"Benar apa yang dikatakan oleh ibumu Viona, ayah juga sampai malu sama suamimu dan juga mertuamu karena sampai saat ini kamu belum juga memberi Bara penerus keluarga yang akan mewarisi perusahaannya nanti..." sahut pak Hilman.

"Maaf ayah...hik..hik.." ucap Viona menangis.

"Ya sudah sana kamu istirahat saja di kamar, ini sudah malam..." ucap pak Hilman.

"Iya yah..." jawab Viona lalu masuk ke dalam kamar.

Tinggallah bu Rima dan pak Hilman yang duduk di sofa.

"Yah, ibu sudah tidak betah tinggal di sini. Besok kita pulang saja yuk..." ucap bu Rima.

"Lho gimana sih bu, kita kan sudah sepakat kalau kita pulangnya nanti setelah tujuh harinya ibu. Tanggung nih, tinggal empat hari lagi..." sahut pak Hilman.

"Tapi ibu sudah bosan di sini. Lusa ibu mau arisan sama teman- teman ibu. Nggak enak kan kalau ibu nggak datang..." jawab bu Rima.

"Kamu ini yang dipikirin cuma teman- teman kamu saja...." ucap pak Hilman.

"Biarin... mereka kan besti aku Yah..." sahut bu Rima.

"Iya, tapi jangan keseringan kumpul- kumpul terus dong bu. Apa lagi ibu kalau ngumpul bareng teman sukanya di cafe, di restauran, di mall. Itu namanya pemborosan bu. Buang- buang duit.." ucap pak Hilman.

"Halah ayah ini seperti orang miskin saja, kan setiap hari kita dijatah sama menantu kaya kita si Bara. Karin juga sekarang sudah kerja tiap bulan kasih ibu uang. Belum lagi ayah masih punya pensiunan. Kalau cuma buat arisan sama buat memenuhi kebutuhan sehari- hari sih masih cukup Yah..." jawab Bu Rima.

"Iya, tapi kita nggak punya tabungan buat masa tua kita bu... Nanti kalau kita sakit butuh uang banyak buat berobat, kita nggak ada duit lagi..." ucap pak Hilman.

"Kan ada anak dan menantu kita Yah, itu tanggung jawab mereka buat mengurus dan biayai kita di masa tua kita nanti. Enak saja kita sudah mengurus mereka dari dari bayi, masa pas sudah besar mereka tidak mau mengurus kita..." sahut bu Rima.

"Yah, pokoknya besok kita pulang ke Jakarta. Rumah kita sudah terlalu lama ditinggal. Ibu khawatir pembantu kita nggak dapat dipercaya. Nanti kalau dia nyolong barang- barang berharga kita bagaimana Yah..." ucap bu Rima.

"Ya sudah besok pagi kita pesan tiket pesawat untuk pulang. Sekarang istirahat saja sudah malam..." jawab pak Hilman.

"Nah gitu dong Yah, nurut sama istri..." ucap bu Rima sambil menepuk pundak suaminya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Salsabiela

Salsabiela

kasihan Viona

2024-10-25

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang larut malam
2 2. Berani membentak
3 3. Kedatangan Karin
4 4. Belum hamil juga
5 5. Hampir ketahuan
6 6. Pergi menemui ayah ibu
7 7. Dan Terjadi lagi
8 8. Antara menyesal dan menikmati
9 9.Mendapat Hadiah
10 10. Kalung yang sama
11 11. Kembali diacuhkan
12 12. Bertemu Bara
13 13. Tak dapat mengendalikan diri
14 14. Merasa Konyol
15 15. Aku kerja demi kamu
16 16. Nahan pipis
17 17. Mulai merasa curiga
18 18. Ingin membuat kejutan
19 19. Tega kamu mas
20 20. Apartemen Brian
21 21. Aku yang disakiti aku yang disalahkan
22 22. Pengkhianat
23 23. Percayalah padaku Kak...
24 24. Ada saja gangguannya
25 25. Bertemu Karin
26 26. Mediasi
27 27.Pergi ke Kantor Brian
28 28. Makan Malam bersama Brian
29 29. Babak belur
30 30. Dimarahi
31 31. Lakukanlah Brian....
32 32. Menyatu
33 33. Bekas
34 34. Imbalan
35 35. Bertemu Robby
36 36. Mulai meras cemas
37 37. Pantai
38 38. Pengalaman pertama Viona
39 39. Pendarahan
40 40. Golongan darah yang berbeda
41 41. Masa kecil Viona dan Karin
42 42. Tes DNA
43 43. Frustrasi
44 44. Mulai terungkap
45 45. Datang di saat yang tidak tepat
46 46. Kembalilah pada Bara
47 47. Kenyaataan pahit
48 48. Hanya ingin Viona
49 49. Masa lalu 1
50 50. Masa lalu 2
51 51. Munafik...?
52 52. Kita salah
53 53. Orang gila
54 54. Keguguran
55 55. Jangan temui aku lagi
56 56. Ditangkap polisi
57 57. Keluar dari penjara
58 58. Kamu mirip teman saya
59 59. Babak Belur
60 60. Anaknya Wandan
61 61. Dijenguk oleh Angga
62 62. Menyusahkan orang tua
63 63. Kecurigaan Angga
64 64. Kecurigaan Angga 2
65 65. Kedatangan tuan Bobby
66 66. Melamar pekerjaan
67 67. Pergi ke Surabaya
68 68. Tinggal kenangan
69 69. Terjerat Hutang
70 70. Kanti dan Yoko
71 71. Pekerjaan Baru Brian
72 72. Kamar hotel
73 73. Mabuk
74 74. Hasrat menggebu Brian
75 75. Foto editan
76 76. Pendirian Brian
77 77. Di mana Viona...?
78 78. Rentenir
79 79. Kecelakaan
80 80. Kecelakaan 2
81 81. Kejahatan tuan dan nyonya Bobby
82 82. Kondisi tuan Bobby
83 83. Laki- laki misterius
84 84. Curiga
85 85. Kangen
86 86. Istri muda...?
87 87. Rencana bu Rima
88 88. Sah
89 89. Malam pertama
90 90. Pengantin Baru
91 91. Kembali ke kantor
92 92. Mulai membaik
93 93. Pergi ke kantor Brian
94 94. Operasi Caesar
95 95. Dihasut
96 96. Baby Vino
97 97. Resign
98 98. Rumah kecil
99 99. Kedatangan Bara
100 100. Kejutan
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Pulang larut malam
2
2. Berani membentak
3
3. Kedatangan Karin
4
4. Belum hamil juga
5
5. Hampir ketahuan
6
6. Pergi menemui ayah ibu
7
7. Dan Terjadi lagi
8
8. Antara menyesal dan menikmati
9
9.Mendapat Hadiah
10
10. Kalung yang sama
11
11. Kembali diacuhkan
12
12. Bertemu Bara
13
13. Tak dapat mengendalikan diri
14
14. Merasa Konyol
15
15. Aku kerja demi kamu
16
16. Nahan pipis
17
17. Mulai merasa curiga
18
18. Ingin membuat kejutan
19
19. Tega kamu mas
20
20. Apartemen Brian
21
21. Aku yang disakiti aku yang disalahkan
22
22. Pengkhianat
23
23. Percayalah padaku Kak...
24
24. Ada saja gangguannya
25
25. Bertemu Karin
26
26. Mediasi
27
27.Pergi ke Kantor Brian
28
28. Makan Malam bersama Brian
29
29. Babak belur
30
30. Dimarahi
31
31. Lakukanlah Brian....
32
32. Menyatu
33
33. Bekas
34
34. Imbalan
35
35. Bertemu Robby
36
36. Mulai meras cemas
37
37. Pantai
38
38. Pengalaman pertama Viona
39
39. Pendarahan
40
40. Golongan darah yang berbeda
41
41. Masa kecil Viona dan Karin
42
42. Tes DNA
43
43. Frustrasi
44
44. Mulai terungkap
45
45. Datang di saat yang tidak tepat
46
46. Kembalilah pada Bara
47
47. Kenyaataan pahit
48
48. Hanya ingin Viona
49
49. Masa lalu 1
50
50. Masa lalu 2
51
51. Munafik...?
52
52. Kita salah
53
53. Orang gila
54
54. Keguguran
55
55. Jangan temui aku lagi
56
56. Ditangkap polisi
57
57. Keluar dari penjara
58
58. Kamu mirip teman saya
59
59. Babak Belur
60
60. Anaknya Wandan
61
61. Dijenguk oleh Angga
62
62. Menyusahkan orang tua
63
63. Kecurigaan Angga
64
64. Kecurigaan Angga 2
65
65. Kedatangan tuan Bobby
66
66. Melamar pekerjaan
67
67. Pergi ke Surabaya
68
68. Tinggal kenangan
69
69. Terjerat Hutang
70
70. Kanti dan Yoko
71
71. Pekerjaan Baru Brian
72
72. Kamar hotel
73
73. Mabuk
74
74. Hasrat menggebu Brian
75
75. Foto editan
76
76. Pendirian Brian
77
77. Di mana Viona...?
78
78. Rentenir
79
79. Kecelakaan
80
80. Kecelakaan 2
81
81. Kejahatan tuan dan nyonya Bobby
82
82. Kondisi tuan Bobby
83
83. Laki- laki misterius
84
84. Curiga
85
85. Kangen
86
86. Istri muda...?
87
87. Rencana bu Rima
88
88. Sah
89
89. Malam pertama
90
90. Pengantin Baru
91
91. Kembali ke kantor
92
92. Mulai membaik
93
93. Pergi ke kantor Brian
94
94. Operasi Caesar
95
95. Dihasut
96
96. Baby Vino
97
97. Resign
98
98. Rumah kecil
99
99. Kedatangan Bara
100
100. Kejutan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!