6. Pergi menemui ayah ibu

Pagi harinya seperti biasa Viona dan Bara sarapan bersama. Mereka makan dengan fokus tidak ada yang berbicara. Sesekali Viona melirik pada sang suami yang sejak bagun tidur tidak mengucapkan sepatah katapun. Sepertinya dia masih marah soal tadi malam. Padahal kalau dipikir- pikir kenapa dia harus marah. Memangnya salah Viona apa..? Kan dia hanya meminta Bara untuk ikut memeriksakan diri ke dokter. Tapi dia malah salah paham dan menganggap Viona menuduh dia mandul.

"Mas..." ucap Viona.

"Hem..." jawab Bara tanpa menoleh ke Viona, dia terus fokus menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Aku boleh nggak main ke rumah ayah...? Sudah satu bulan ini aku nggak berkunjung ke sana..." ucap Viona.

"Terserah kamu saja..." sahut Bara lalu meminum air putih kemudian bangun dari duduknya dan meraih tas kantornya di kursi meja makan.

"Aku berangkat ke kantor dulu..." ucap Bara sambil berlalu meninggalkan Viona begitu saja.

Viona pun dibuat melongo. Tak biasanya Bara pergi ke kantor dengan cara seperti itu. Biasanya dia berpamitan dengan baik sambil mencium kening serta bibir Viona. Tapi kali ini apa...? Dia pergi begitu saja tanpa menatap ke arah sang istri.

Viona hanya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar.

"Mas Bara kenapa sih, apa dia masih kesal soal tadi malam...." gumam Viona sambil menggelengkan kepalanya.

Viona lalu mengambil piring kotor bekas makan dia dan Bara lalu membawanya ke dapur.

"Aduh bu Viona, biar bibi saja yang membereskan piringnya ..." ucap bi Yuni.

"Nggak papa kok bi..." ucap Viona lalu meletakkan piring kotor ke mesin pencuci piring.

"Bi, nanti saya mau ke rumah ayah saya, mungkin pulangnya agak sore. Bibi tidak perlu menyiapkan makan siang untuk saya. Siapkan makan malam saja ya..." sambung Viona.

"Baik bu Viona...." jawab bi Yuni.

Viona pun bersiap untuk pergi ke rumah orang tuanya dengan diantar oleh supirnya yang bernama pak Jaja. Dia mampir ke toko untuk membeli buah tangan untuk ayah dan ibunya.Sesampainya di kediaman orang tuanya, Viona pun lalu turun dari mobil kemudian masuk ke dalam rumah setelah mbak Wiwin membukakan pintu.

"Eh, mbak Viona, mari masuk mbak..." ucap bi Wiwin dengan ramah.

"Terima kasih bi. Ayah sama ibu ada bi..?" sahut Viona sambil tersenyum.

"Ada mbak... " jawab bi Yuni. Viona pun masuk ke dalam.

"Ayah, ibu..." ucap Viona lalu mencium pipi kedua orang tuanya.

"Tumben kamu ke sini..." ucap bu Rima.

"Iya bu, Viona kangen sama ayah dan ibu..." jawab Viona.

"Suami kamu nggak ikut...?" tanya pak Hilman.

"Ayah ini gimana sih, kan Bara tadi ke sini jemput Karin berangkat ke kantor..." sahut bu Rima.

"Oh iya ayah lupa..." jawab pak Hilman.

"Apa..? Mas Bara ke sini jemput Karin...?" tanya Viona kaget.

"Iya, kan memang setiap hari Bara jemput Karin. Lagian kan tujuan mereka sama jadi sekalian aja Bara mampir ke sini dulu jemput Karin. Karin kan belum punya kendaraan, lumayan kan kalau setiap hari diantar jemput sama Bara, itung- itung irit ongkos...." jawab bu Rima.

"Jadi Karin pulangnya juga diantar oleh mas Bara bu...?" tanya Viona.

"Iya lah..." jawab bu Rima.

"Kok mas Bara nggak pernah cerita kalau setiap hari dia antar jemput Karin...?" tanya Viona.

"Memangnya kalau suamimu mau antar jemput adik iparnya sendiri harus laporan dulu sama kamu..? Lagian kan Karin itu sekertarisnya Bara. Jadi wajar aja kalau mereka pulang pergi bareng..." sahut bu Rima.

"I..iya juga sih..." sahut Viona.

"Gimana Viona kamu sudah isi belum...?" tanya pak Hilman.

"Belum Yah, doain ya supaya tidak lama lagi Viona bisa hamil...." sahut Viona.

"Kamu jangan hanya minta doa saja dong Viona, kamu juga harus berusaha, periksa dong ke dokter...." sahut bu Rima dengan jutek.

Iya, bu Rima memang selalu jutek jika bicara dengan Viona. Entah kenapa bawaannya sewot saja kalau ngobrol dengan Viona. Padahal Viona anak yang penurut dan tidak pernah macam- macam. Tapi dari Viona kecil bu Rima selalu saja memarahinya.

Beda dengan Karin yang selalu disayang dan dimanja. Iya, mereka berdua selalu dibeda- bedakan. Waktu kecil setiap pak Hilman dan bu Rima pergi jalan- jalan, Viona tidak pernah diajak. Dia selalu dititipkan pada pembantunya.

Setiap pulang dari bepergian pun Karin selalu dibelikan mainan dan baju baru, sedangkan Viona tidak. Baju dan mainan Viona hampir semua bekas Karin. Umur mereka hanya terpaut dua tahun saja. Badan Karin pun lebih besar dari badan Viona. Jadi baju yang sudah tidak muat di Karin diberikan untuk Viona yang badannya kurus.

Sampai sekarang pun badan Viona mungil dengan tinggi badan seratus lima puluh lima centi meter, dan berat lima puluh kilo. Sedangkan badan Karin tingginya seratus enam puluh lima centi meter dan badan bak seorang model. Tapi keduanya sama- sama cantik. Apa lagi Viona yang terlihat lebih imut dan lebih muda dari Karin hingga orang yang tidak tahu mengira Viona adalah adik Karin.

"Memangnya kamu sudah berobat ke mana saja Viona...?" tanya bu Rima.

"Ya ke dokter kandungan mah. Vio udah konsultasi dan melakukan pemeriksaan ke beberapa dokter , tapi jawabannya sama kalau Viona nggak ada masalah. Viona subur kok. Hanya mungkin Alloh belum ngasih kepercayaan aja kali bu sama Viona..." jawab Viona.

"Apa jangan - jangan yang masalahnya ada di suamimu...?" tanya pak Hilman.

"Ya nggak mungkin lah Yah, namanya suami istri kalau menikah sudah bertahun- tahun belum punya anak pasti masalahnya di perempuannya..." sahut bu Rima.

"Ya kali aja..." sahut pak Hilman.

"Trus reaksi mertua kamu gimana pas tahu kamu belum hamil juga...?" tanya pak Hilman.

"Mereka kecewa sih Yah..." jawab Viona sedih.

"Ya jelas kecewa lah, Bara itu kan anak pertama keluarga tuan Bobby, anak kebanggannya, tentu saja orang tuanya mengharapkan cucu darinya sebagai penerus perusahaannya yang besar itu. Apa lagi dia belum punya cucu laki- laki kan. Itu adiknya Bara anaknya cewek semua...." sahut bu Rima.

"Yah, belum rejekinya kali bu..." ucap pak Hilman.

"Hah, dasar aja Bara nya yang lagi apes punya istri nggak bisa hamil. Harus nya dulu waktu tuan Bobby mau melamar Viona, ayah tawarkan saja Karin untuk menjadi menantunya. Kalau Karin yang jadi suami Bara, ibu yakin sekarang anaknya sudah banyak..." ucap bu Rima.

"Ya mau gimana, tuan Bobby maunya Viona yang jadi menantunya. Lagian waktu itu Karin kan baru masuk kuliah, masa mau dinikahkan..." sahut pak Hilman.

"Kok ibu ngomongnya kayak gitu sih bu...?" tanya Viona sedih. Padahal Viona datang ke sini ingin dihibur oleh kedua orang tuanya diberi semangat agar kuat menghadapi masalahnya karena belum juga dikasih momongan. Tapi apa yang dia dapat , ucapan sang ibu malah membuatnya sedih. Apa bedanya ucapan bu Rima dengan mamah mertuanya. Sama - sama menyakitkan buat Viona.

"Eh Viona, ibu itu kasihan sama Bara. Dia sudah ingin banget punya anak..." ucap bu Rima.

"Iya bu, Viona ngerti, bukan cuma mas Bara aja yang ingin punya anak, Viona juga ingin bu. Tapi mau bagaimana lagi kalau memang belum saatnya dikasih..." sahut Viona.

Bu Rima pun tersenyum sinis pada Viona.

"Kamu harus bersyukur Viona, walapun kamu nggak bisa ngasih Bara anak, tapi Bara masih sabar dan setia sama kamu. Coba kalau laki- laki lain, mungkin sudah menikah lagi sama perempuan di luar sana..." ucap bu Rima.

Viona pun kaget dengan ucapan sang ibu. Dadanya bergemuruh. Iya, beberapa bulan terakhir ini sikap Bara cuek sekali padanya. Setalah mendengar ucapan sang ibu, Viona jadi berfikiran aneh- aneh. Jangan - jangan sikap cueknya Bara karena dia memiliki perempuan lain.

Viona langsung menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran buruknya. Dia tidak boleh berfikir seperti itu. Bara suami yang baik dan perhatian selama ini. Dia tidak akan mungkin mengkhianati Viona. Justru Viona yang merasa bersalah karena sudah berciuman dengan adiknya Bara yaitu Brian.

Memang sih itu semua bukan kemauan Viona , itu semua karena Brian terlebih dulu yang menciumnya secara tiba- tiba. Tapi masalahnya lama- kelamaan justru Viona menikmati l*matan- l*matan lebut yang dilakukan oleh Brian. Dan tak segan- segan Viona juga membalas l*matan demi l*matan tersebut.Dia begitu menikmati ciumannya bersama Brian. Viona merasa justru dirinya lah yang telah berselingkuh dan mengkhianati Bara.

"Ayah ibu, Viona pamit ya..." ucap Viona.

"Lho kok buru- buru sih...? Nggak mau makan siang di sini...?" tanya pak Hilman.

"Enggak Yah lain kali aja..." jawab Viona.

Viona pun lalu berpamitan pada kedua orang tuanya lalu pergi dari kediaman ayah dan ibunya. Viona meminta pak Jaja sang supir untuk mengantarnya pergi ke Kantor Bara. Tapi sebelumnya dia mampir ke toko kue membeli cake untuk diberikan pada sang suami sebagai tanda permintaan maaf atas kejadian kemarin malam.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

semoga sosok Viona nanti mendapat kebahagiaan dari jalan yg lain 👍

2024-11-05

1

May Keisya

May Keisya

ibu ko kaya gitu... nauzubillah

2024-11-08

0

Salsabiela

Salsabiela

kasihan bgt Viona, pya ibu mertua ngeselin, ibu kandung juga menyebalkan, suaminya juga kynya selingkuh tuh

2024-10-12

2

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang larut malam
2 2. Berani membentak
3 3. Kedatangan Karin
4 4. Belum hamil juga
5 5. Hampir ketahuan
6 6. Pergi menemui ayah ibu
7 7. Dan Terjadi lagi
8 8. Antara menyesal dan menikmati
9 9.Mendapat Hadiah
10 10. Kalung yang sama
11 11. Kembali diacuhkan
12 12. Bertemu Bara
13 13. Tak dapat mengendalikan diri
14 14. Merasa Konyol
15 15. Aku kerja demi kamu
16 16. Nahan pipis
17 17. Mulai merasa curiga
18 18. Ingin membuat kejutan
19 19. Tega kamu mas
20 20. Apartemen Brian
21 21. Aku yang disakiti aku yang disalahkan
22 22. Pengkhianat
23 23. Percayalah padaku Kak...
24 24. Ada saja gangguannya
25 25. Bertemu Karin
26 26. Mediasi
27 27.Pergi ke Kantor Brian
28 28. Makan Malam bersama Brian
29 29. Babak belur
30 30. Dimarahi
31 31. Lakukanlah Brian....
32 32. Menyatu
33 33. Bekas
34 34. Imbalan
35 35. Bertemu Robby
36 36. Mulai meras cemas
37 37. Pantai
38 38. Pengalaman pertama Viona
39 39. Pendarahan
40 40. Golongan darah yang berbeda
41 41. Masa kecil Viona dan Karin
42 42. Tes DNA
43 43. Frustrasi
44 44. Mulai terungkap
45 45. Datang di saat yang tidak tepat
46 46. Kembalilah pada Bara
47 47. Kenyaataan pahit
48 48. Hanya ingin Viona
49 49. Masa lalu 1
50 50. Masa lalu 2
51 51. Munafik...?
52 52. Kita salah
53 53. Orang gila
54 54. Keguguran
55 55. Jangan temui aku lagi
56 56. Ditangkap polisi
57 57. Keluar dari penjara
58 58. Kamu mirip teman saya
59 59. Babak Belur
60 60. Anaknya Wandan
61 61. Dijenguk oleh Angga
62 62. Menyusahkan orang tua
63 63. Kecurigaan Angga
64 64. Kecurigaan Angga 2
65 65. Kedatangan tuan Bobby
66 66. Melamar pekerjaan
67 67. Pergi ke Surabaya
68 68. Tinggal kenangan
69 69. Terjerat Hutang
70 70. Kanti dan Yoko
71 71. Pekerjaan Baru Brian
72 72. Kamar hotel
73 73. Mabuk
74 74. Hasrat menggebu Brian
75 75. Foto editan
76 76. Pendirian Brian
77 77. Di mana Viona...?
78 78. Rentenir
79 79. Kecelakaan
80 80. Kecelakaan 2
81 81. Kejahatan tuan dan nyonya Bobby
82 82. Kondisi tuan Bobby
83 83. Laki- laki misterius
84 84. Curiga
85 85. Kangen
86 86. Istri muda...?
87 87. Rencana bu Rima
88 88. Sah
89 89. Malam pertama
90 90. Pengantin Baru
91 91. Kembali ke kantor
92 92. Mulai membaik
93 93. Pergi ke kantor Brian
94 94. Operasi Caesar
95 95. Dihasut
96 96. Baby Vino
97 97. Resign
98 98. Rumah kecil
99 99. Kedatangan Bara
100 100. Kejutan
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Pulang larut malam
2
2. Berani membentak
3
3. Kedatangan Karin
4
4. Belum hamil juga
5
5. Hampir ketahuan
6
6. Pergi menemui ayah ibu
7
7. Dan Terjadi lagi
8
8. Antara menyesal dan menikmati
9
9.Mendapat Hadiah
10
10. Kalung yang sama
11
11. Kembali diacuhkan
12
12. Bertemu Bara
13
13. Tak dapat mengendalikan diri
14
14. Merasa Konyol
15
15. Aku kerja demi kamu
16
16. Nahan pipis
17
17. Mulai merasa curiga
18
18. Ingin membuat kejutan
19
19. Tega kamu mas
20
20. Apartemen Brian
21
21. Aku yang disakiti aku yang disalahkan
22
22. Pengkhianat
23
23. Percayalah padaku Kak...
24
24. Ada saja gangguannya
25
25. Bertemu Karin
26
26. Mediasi
27
27.Pergi ke Kantor Brian
28
28. Makan Malam bersama Brian
29
29. Babak belur
30
30. Dimarahi
31
31. Lakukanlah Brian....
32
32. Menyatu
33
33. Bekas
34
34. Imbalan
35
35. Bertemu Robby
36
36. Mulai meras cemas
37
37. Pantai
38
38. Pengalaman pertama Viona
39
39. Pendarahan
40
40. Golongan darah yang berbeda
41
41. Masa kecil Viona dan Karin
42
42. Tes DNA
43
43. Frustrasi
44
44. Mulai terungkap
45
45. Datang di saat yang tidak tepat
46
46. Kembalilah pada Bara
47
47. Kenyaataan pahit
48
48. Hanya ingin Viona
49
49. Masa lalu 1
50
50. Masa lalu 2
51
51. Munafik...?
52
52. Kita salah
53
53. Orang gila
54
54. Keguguran
55
55. Jangan temui aku lagi
56
56. Ditangkap polisi
57
57. Keluar dari penjara
58
58. Kamu mirip teman saya
59
59. Babak Belur
60
60. Anaknya Wandan
61
61. Dijenguk oleh Angga
62
62. Menyusahkan orang tua
63
63. Kecurigaan Angga
64
64. Kecurigaan Angga 2
65
65. Kedatangan tuan Bobby
66
66. Melamar pekerjaan
67
67. Pergi ke Surabaya
68
68. Tinggal kenangan
69
69. Terjerat Hutang
70
70. Kanti dan Yoko
71
71. Pekerjaan Baru Brian
72
72. Kamar hotel
73
73. Mabuk
74
74. Hasrat menggebu Brian
75
75. Foto editan
76
76. Pendirian Brian
77
77. Di mana Viona...?
78
78. Rentenir
79
79. Kecelakaan
80
80. Kecelakaan 2
81
81. Kejahatan tuan dan nyonya Bobby
82
82. Kondisi tuan Bobby
83
83. Laki- laki misterius
84
84. Curiga
85
85. Kangen
86
86. Istri muda...?
87
87. Rencana bu Rima
88
88. Sah
89
89. Malam pertama
90
90. Pengantin Baru
91
91. Kembali ke kantor
92
92. Mulai membaik
93
93. Pergi ke kantor Brian
94
94. Operasi Caesar
95
95. Dihasut
96
96. Baby Vino
97
97. Resign
98
98. Rumah kecil
99
99. Kedatangan Bara
100
100. Kejutan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!