4. Belum hamil juga

Sore ini tanpa Viona duga Bara pulang lebih awal dari biasanya. Viona pun merasa senang, dia bisa punya waktu lebih banyak untuk berdua dan mengobrol dengan suami.

"Mas , kamu sudah pulang...?" tanya Viona sambil memperlihatkan senyuman di bibirnya.

"Iya sayang, malam ini ada pertemuam keluarga. Papah dan mamah mengundang kita makan malam bersama. Nanti malam jam tujuh kita berangkat ke rumah papah, kamu siap- siap ya..." jawab Bara sambil melangkah menaiki tangga menuju ke kamarnya.

Sementara Viona hanya diam berdiri sambil menatap kepergian sang suami dari hadapannya. Perasaannya mulai cemas. Mungkin bagi sebagian orang berkumpul dan makan bersama keluarga besar akan membuat mereka bahagia karena bisa bercengkerama dengan keluarga tercinta.

Tapi tidak dengan Viona. Setiap kali berkumpul dengan keluarga besar suaminya dia akan merasa menjadi tersangka yang akan diinterogasi di ruang khusus yang menyesakkan dada.

Iya, setiap Viona datang ke rumah mertua pasti dia akan disuguhkan dengan pertanyaan- pertanyaan yang akhirnya membuat Viona sedih dan merasa terhina.

Pertanyaan ,kapan kamu hamil..? Kenapa belum hamil juga...? Apa ada masalah dengan rahim kamu...? Kamu bisa hamil nggak sih...? Iya, Pertanyaan- pertanyaan seperti itulah yang selalu Viona dengar dari mulut mereka.

Bahkan dia selalu dibanding- bandingkan oleh mertuanya dengan adik iparnya yang bernama Bianca. Dia sudah punya dua anak yang lucu- lucu dan menggemaskan. Iya, Bianca adalah adik Bara. Dia lebih dulu menikah dari Bara dan dan sudah mempunyai dua anak, laki- laki dan perempuan.

Ada lagi sepupu Bara yaitu Gladis yang baru menikah empat bulan dan kini sedang hamil dua bulan dan juga Farah yang sedang hamil sembilan bulan anak ke dua. Sedangkan Viona yang pernikahannya memasuki tahun ketiga belum ada tanda- tanda bahwa dia akan hamil.

Viona pun lalu duduk di sofa ruang tengah. Dia harus menyiapkan mental untuk menghadapi pertanyaan- pertanyaan dari keluarga besar suaminya nanti malam.

Tak lama kemudian Bara pun keluar dari kamar menuruni tangga dan sudah dalam keadaan lebih segar karena dia baru saja mandi.

"Sayang, kok kamu masih di sini, kamu belum mandi kan..? Sudah sana mandi dua jam lagi kita berangkat ke rumah papah..." ucap Bara.

"I..iya mas, kalau begitu aku ke kamar dulu ya..." sahut Viona. Bara pun mengangguk. Viona lalu naik ke lantai dua menuju ke kamar. Sedangkan Bara langsung memainkan ponsel. Dia membuka beberapa pesan yang masuk. Sesekali dia tersenyum sambil membalas pesan yang entah dari siapa.

****

Pukul tujuh malam Viona dan Bara sudah siap berangkat ke rumah orang tua Bara yaitu tuan Bobby dan nyonya Rika. Bara melihat sang istri yang terlihat cemas entah sedang memikirkan apa.

"Sayang, kamu kenapa sih , aku perhatikan kamu dari tadi terlihat gelisah gitu..." tanya Bara setelah berada di dalam mobil.

"A..aku cemas mas..." jawab Viona.

"Cemas kenapa...?" tanya Bara.

"Pasti nanti papah sama mamah akan menanyakan aku sudah hamil apa belum..." jawab Viona.

"Kenapa harus cemas, tinggal jawab saja apa adanya, kalau kamu belum hamil. Gampang kan , memang kenyataannya seperti itu..." sahut Bara.

"Iya sih mas ,tapi aku nggak enak, mereka sudah lama ingin cucu dari kita, tapi kita belum bisa memberikannya..." ucap Viona.

"Ya mau bagaimana lagi, saya sudah berusaha membuat kamu hamil tapi kamunya belum hamil juga..." jawab Bara.

"Sudahlah jangan membahas soal itu lagi..." ucap Bara lalu segera menjalankan mobilnya menuju rumah orang tua Bara.

Sekitar tiga puluh menit kemudian Bara dan Viona pun sampai di kediaman tuan Bobby dan Nyonya Rika. Dia sana sudah rame, adik Bara dan para sepupunya sudah datang bersama suami dan anak- anaknya. Tuan Bobby dan nyonya Rika tampak bahagia bercanda dengan para cucunya yang lucu- lucu dan menggemaskan.

Bara dan Viona pun masuk ke dalam rumah dan menyalami kedua orang tuanya. Setelah itu mereka menyapa saudara- saudaranya dan para keponakannya. Brian juga nampak sedang berbincang dengan para sepupu dan suami Bianca.

Tak lama kemudian acara makan malam pun di mulai. Berbagai makanan yang menggugah selera terhidang di sana. Mereka menikmati makan malam dengan tenang tanpa ada yang berbicara.

Setelah makan malam mereka pun kembali ke ruang tengah untuk berkumpul dan ngobrol santai.

"Viona, gimana kamu sudah ada tanda- tanda hamil apa belum...? Pernikahan kalian sudah mau masuk tahun ke tiga kan...?" tanya tuan Bobby.

Deg Viona tersentak. Iya, sebenarnya sih dia tidak kaget dengan pertanyaan seperti itu, karena dia sudah sering mendengarnya ketika dia berkunjung ke rumah orang tuanya.

Tapi yang membuat Viona merasa semakin tidak enak dengan mertuanya adalah karena dari tahun ke tahun jawabannya selalu sama, yaitu 'belum'. Iya, hanya kata itulah yang selalu meluncur dari mulutnya ketika sebuah pertanyaan menghampirinya. Bahkan mungkin kedua mertuanya itu sudah bosan dengan jawaban itu.

"Be..belum pah... Maaf..." jawab Viona sambil menunduk. Semua orang pun mengarah pada Viona. Entahlah tatapan seperti apa yang mereka tunjukkan pada Viona. Entah tatapan iba atau malah tatapan mengejek karena Viona belum juga bisa hamil sampai sekarang.

Tuan Bobby pun hanya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan.

"Bara, bawalah istrimu itu berobat ke luar negri supaya dia cepat hamil...." ucap tuan Bobby.

"Halah percuma pah, mamah sih yakin kalau Viona itu mandul. Jadi ngapain repot- repot membuang- buang uang berobat ke luar negri...." sahut nyonya Rika yang duduk di samping suaminya.

"Mandul itu nggak ada obatnya Pah, mau pergi ke dokter paling hebat sedunia pun tetap nggak ada hasilnya. Mandul ya tetap mandul aja..." sambung nyonya Rika.

Viona pun hanya bisa menunduk sambil sesekali mengusap air matanya. Semantara Bara yang duduk di samping Viona hanya cuek saja tanpa mau menguatkan Viona ataupun membela Viona di hadapan keluarga besarnya.

Sedangkan Brian yang duduk di sofa tepat berhadapan dengan Viona hanya menatap lekat pada Viona yang sedang mencoba untuk menahan tangisnya.

"Tapi mah..pah...'' ucap Viona memberanikan diri untuk bicara.

"Kata dokter kandungan yang Viona datangi , Viona nggak ada masalah kok, rahim Viona bagus tidak ada penyakit apapun. Mungkin karena belum dikasih saja, harus menunggu lebih sabar lagi..." sambung Viona.

"Harus bersabar berapa lama lagi Viona..? Pernikahan kamu sama Bara itu sudah mau tiga tahun. Itu bukan waktu yang sebentar...." sahut nyonya Rika.

"Lihatlah Bianca, baru menikah lima tahun sudah punya dua anak , dan sekarang dia hamil lagi anak ke tiga..." sambung Nyonya Rika.

"Itu juga Farah dan Gladis lagi pada hamil padahal belum genap satu tahun menikah. Lalu kamu kapan...?" lanjut Nyonya Rika.

"Tapi Viola juga sudah berusaha mah, Viona sudah mengikuti saran dokter. Tapi dokter bilang, bukan hanya Viona saja yang harus konsultasi ke dokter ataupun melakukan pemeriksaan. Tapi mas Bara juga harus menjalani pemeriksaan. Penyebab belum hamil itu bukan hanya datang dari istri, tapi bisa saja dari suami. Makanya sebaiknya yang datang berkonsultasi itu bukan hanya Viona saja tapi mas Bara juga..." ucap Viona.

"Jadi kamu menuduh aku yang mandul...!" bentak Bara sambil mencengkeram lengan Viona.

Viona pun kaget dan meringis kesakitan karena Bara mencengkeram lengannya dengan kuat sangat .Brian yang melihat Viona begitu kesakitan pun mengepalkan tangannya dan menatap tajam pada sang kakak.

"Bu..bukan seperti itu mas ta..tapi...."

"Hei Kinan...! Kamu jangan bicara sembarangan ya, dalam keluarga saya, tidak ada keturuan mandul. Kami semua sehat dan subur. Jadi kamu jangan asal bicara menuduh putraku penyebab kamu tidak bisa hamil ya..." seru Nyonya Rika sambil berdiri menujuk- nunjuk wajah Kinan.

"Ma..maafkan Viona mah, ta..tapi Viona tidak bermaksud seperti itu...." jawab Viona sambil terisak.

"Sudahlah kamu tidak perlu membela diri lagi. Lebih baik kamu diam. Kamu itu harus sadar diri. Jadi perempuan seutuhnya saja kamu tidak mampu, jadi kamu jangan banyak bicara. Kamu hanya boleh diam...!" ucap nyonya Rika dengan tegas.

"Sudahlah mah jangan bahas soal itu lagi. Lebih baik kita bahas hal lain saja. Kita berkumpul di sini untuk bersilaturahmi, dan bersenang - senang ,bukan untuk marah- marah.." ucap tuan Bobby.

Nyonya Rika pun hanya bersecak kesal pada sang suami. Lalu mereka mulai ngobrol hal lain. Suasana pun kembali ceria dengan obrolan santai dari orang dewasa dan teriakan khas anak- anak yang sedang bercanda ria.

"Mas, aku mau ke kamar mandi ya, mau pipis..." ucap Viona pada Bara.

"Iya.. " jawab Bara tanpa sedikitpun menoleh pada sang istri lalu melanjutkan obrolannya dengan sepupu dan adiknya.

Sementara itu Brian yang melihat Viona pergi ke kamar mandi, diam- diam dia mengikutinya. Terlihat Viona sudah masuk ke dalam kamar mandi. Brian pun berdiri di depan kamar mandi.Terdengar suara air mengalir dari kran di dalam kamar mandi.

Tapi di tengah- tengah suara air mengalir Brian juga mendengar isak tangis dari dalam sana. Ya sepertinya Viona menumpahkan tangisannya di dalam kamar mandi setelah sekian lama dia menahannya di depan keluarga besar sang suami.

Sekitar lima menit Viona berada di kamar mandi dia pun lalu keluar dengan mata yang sedikit merah dan sembab. Ketika membuka pintu dia pun terkejut karena melihat Brian berdiri di depan kamar mandi dengan menatap lekat padanya.

"Bri..Brian..." ucap Viona.

"Sudah puas menangisnya kak...?" tanya Brian.

"A..aku ti..tidak menangis.. Aku hanya..."

"Hanya apa..? Hanya menumpahkan air mata...?" tanya Brian sambil tersenyum sinis pada Viona.

Viona pun menatap Brian. Tak terasa air tanya kembali tumpah.

"Jangan menangis lagi..." ucap Brian dengan suara datar.

Mendengar ucapan Bara, Viona bukannya berhenti menangis dia malah bertambah menangis. Dia menutup mulutnya agar tangisnya tidak terdengar oleh orang lain.

Brian kembali menatap lekat pada sang kakak ipar.

"Aku bilang jangan menangis lagi, aku tidak suka melihat kakak menangis..." ucap Brian lalu mendekat ke arah Viona lalu mengarahkan tangannya ke pipi Viona dan mengusap air matanya.

Viona pun hanya tercengang melihat perlakuan Brian yang begitu lembut mengusap air mata di pipinya. Viona diam sambil terus menatap Brian yang fokus mengusap air matanya menggunakan jarinya.

"Kenapa bukan mas Bara yang menghapus air mataku..? Kenapa justru adik iparku yang bersikap manis seperti ini....?" ucap Viona dalam hati dan pandangan matanya tak lepas dari mata wajah tampan Brian.

Brian berdecak kesal pada Viona. Dia sudah beberapa kali mengusap air mata kakak iparnya tapi air mata itu terus saja mengalir dari pipinya.

"Kenapa kakak terus menangis..? Apa kakak pikir aku nggak capek terus- terusan mengusap air mata kakak...? Hem..?" tanya Brian.Viona pun terkesiap.

"Ma..maafkan aku...tapi aku..."

"Apa aku harus menggunakan cara lain untuk menghapus air mata kakak...?" tanya Brian.

"Mak..maksud kamu..?" tanya Viona tidak mengerti apa yang dimaksud Brian.

"Iya, dengan ini..." ucap Brian lalu tiba - tiba mengecup mata kanan Viona dan kecupan itu berpindah ke mata kiri.

Viona pun terkejut dengan apa yang dilakukan oleh adik iparnya tersebut.

"Brian apa yang kamu lak....hempptt...."

Tanpa membiarkan Viona bicara tiba- tiba Brian mengecup bibir Viona. Dia menciumnya dengan lembut dan menggigit pelan bibir Viola hingga otomatis bibir Viona pun sedikit terbuka. Bara lalu memberikan l*matan- l*matan lembut pada bibir mungil Viona.

Viona pun melebarkan matanya karena semakin kaget dengak aksi sang adik ipar. Viola berusaha melepaskan c*uman tersebut tetapi justru Brian menekan tengkuk leher Viona dan ciumannya pun semakin dalam.

Awalnya Viona merasa terkejut dan takut dengan apa yang dilakukan oleh Brain , apalagi dia melakukan itu di depan kamar mandi di rumah mertuanya. Bisa saja kan mereka akan ketahuan oleh keluarga mereka.

Tapi lama- kelamaan rasa takut di hati Viona berubah menjadi rasa yang lain di dalam hatinya. Ada gelayar- gelayar aneh yang menyelimuti perasaanya.

Bersambung....

🌺🌸Ayo dukung Author dengan memberikan like, koment dan vote ya...🥰🌺🥰

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

yg disalahin istri Mulu apa kbr anaknya...mgkn anakmu yg mandul dul dul dul

2024-11-08

0

Uthie

Uthie

Waoowww 😂

2024-11-05

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang larut malam
2 2. Berani membentak
3 3. Kedatangan Karin
4 4. Belum hamil juga
5 5. Hampir ketahuan
6 6. Pergi menemui ayah ibu
7 7. Dan Terjadi lagi
8 8. Antara menyesal dan menikmati
9 9.Mendapat Hadiah
10 10. Kalung yang sama
11 11. Kembali diacuhkan
12 12. Bertemu Bara
13 13. Tak dapat mengendalikan diri
14 14. Merasa Konyol
15 15. Aku kerja demi kamu
16 16. Nahan pipis
17 17. Mulai merasa curiga
18 18. Ingin membuat kejutan
19 19. Tega kamu mas
20 20. Apartemen Brian
21 21. Aku yang disakiti aku yang disalahkan
22 22. Pengkhianat
23 23. Percayalah padaku Kak...
24 24. Ada saja gangguannya
25 25. Bertemu Karin
26 26. Mediasi
27 27.Pergi ke Kantor Brian
28 28. Makan Malam bersama Brian
29 29. Babak belur
30 30. Dimarahi
31 31. Lakukanlah Brian....
32 32. Menyatu
33 33. Bekas
34 34. Imbalan
35 35. Bertemu Robby
36 36. Mulai meras cemas
37 37. Pantai
38 38. Pengalaman pertama Viona
39 39. Pendarahan
40 40. Golongan darah yang berbeda
41 41. Masa kecil Viona dan Karin
42 42. Tes DNA
43 43. Frustrasi
44 44. Mulai terungkap
45 45. Datang di saat yang tidak tepat
46 46. Kembalilah pada Bara
47 47. Kenyaataan pahit
48 48. Hanya ingin Viona
49 49. Masa lalu 1
50 50. Masa lalu 2
51 51. Munafik...?
52 52. Kita salah
53 53. Orang gila
54 54. Keguguran
55 55. Jangan temui aku lagi
56 56. Ditangkap polisi
57 57. Keluar dari penjara
58 58. Kamu mirip teman saya
59 59. Babak Belur
60 60. Anaknya Wandan
61 61. Dijenguk oleh Angga
62 62. Menyusahkan orang tua
63 63. Kecurigaan Angga
64 64. Kecurigaan Angga 2
65 65. Kedatangan tuan Bobby
66 66. Melamar pekerjaan
67 67. Pergi ke Surabaya
68 68. Tinggal kenangan
69 69. Terjerat Hutang
70 70. Kanti dan Yoko
71 71. Pekerjaan Baru Brian
72 72. Kamar hotel
73 73. Mabuk
74 74. Hasrat menggebu Brian
75 75. Foto editan
76 76. Pendirian Brian
77 77. Di mana Viona...?
78 78. Rentenir
79 79. Kecelakaan
80 80. Kecelakaan 2
81 81. Kejahatan tuan dan nyonya Bobby
82 82. Kondisi tuan Bobby
83 83. Laki- laki misterius
84 84. Curiga
85 85. Kangen
86 86. Istri muda...?
87 87. Rencana bu Rima
88 88. Sah
89 89. Malam pertama
90 90. Pengantin Baru
91 91. Kembali ke kantor
92 92. Mulai membaik
93 93. Pergi ke kantor Brian
94 94. Operasi Caesar
95 95. Dihasut
96 96. Baby Vino
97 97. Resign
98 98. Rumah kecil
99 99. Kedatangan Bara
100 100. Kejutan
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Pulang larut malam
2
2. Berani membentak
3
3. Kedatangan Karin
4
4. Belum hamil juga
5
5. Hampir ketahuan
6
6. Pergi menemui ayah ibu
7
7. Dan Terjadi lagi
8
8. Antara menyesal dan menikmati
9
9.Mendapat Hadiah
10
10. Kalung yang sama
11
11. Kembali diacuhkan
12
12. Bertemu Bara
13
13. Tak dapat mengendalikan diri
14
14. Merasa Konyol
15
15. Aku kerja demi kamu
16
16. Nahan pipis
17
17. Mulai merasa curiga
18
18. Ingin membuat kejutan
19
19. Tega kamu mas
20
20. Apartemen Brian
21
21. Aku yang disakiti aku yang disalahkan
22
22. Pengkhianat
23
23. Percayalah padaku Kak...
24
24. Ada saja gangguannya
25
25. Bertemu Karin
26
26. Mediasi
27
27.Pergi ke Kantor Brian
28
28. Makan Malam bersama Brian
29
29. Babak belur
30
30. Dimarahi
31
31. Lakukanlah Brian....
32
32. Menyatu
33
33. Bekas
34
34. Imbalan
35
35. Bertemu Robby
36
36. Mulai meras cemas
37
37. Pantai
38
38. Pengalaman pertama Viona
39
39. Pendarahan
40
40. Golongan darah yang berbeda
41
41. Masa kecil Viona dan Karin
42
42. Tes DNA
43
43. Frustrasi
44
44. Mulai terungkap
45
45. Datang di saat yang tidak tepat
46
46. Kembalilah pada Bara
47
47. Kenyaataan pahit
48
48. Hanya ingin Viona
49
49. Masa lalu 1
50
50. Masa lalu 2
51
51. Munafik...?
52
52. Kita salah
53
53. Orang gila
54
54. Keguguran
55
55. Jangan temui aku lagi
56
56. Ditangkap polisi
57
57. Keluar dari penjara
58
58. Kamu mirip teman saya
59
59. Babak Belur
60
60. Anaknya Wandan
61
61. Dijenguk oleh Angga
62
62. Menyusahkan orang tua
63
63. Kecurigaan Angga
64
64. Kecurigaan Angga 2
65
65. Kedatangan tuan Bobby
66
66. Melamar pekerjaan
67
67. Pergi ke Surabaya
68
68. Tinggal kenangan
69
69. Terjerat Hutang
70
70. Kanti dan Yoko
71
71. Pekerjaan Baru Brian
72
72. Kamar hotel
73
73. Mabuk
74
74. Hasrat menggebu Brian
75
75. Foto editan
76
76. Pendirian Brian
77
77. Di mana Viona...?
78
78. Rentenir
79
79. Kecelakaan
80
80. Kecelakaan 2
81
81. Kejahatan tuan dan nyonya Bobby
82
82. Kondisi tuan Bobby
83
83. Laki- laki misterius
84
84. Curiga
85
85. Kangen
86
86. Istri muda...?
87
87. Rencana bu Rima
88
88. Sah
89
89. Malam pertama
90
90. Pengantin Baru
91
91. Kembali ke kantor
92
92. Mulai membaik
93
93. Pergi ke kantor Brian
94
94. Operasi Caesar
95
95. Dihasut
96
96. Baby Vino
97
97. Resign
98
98. Rumah kecil
99
99. Kedatangan Bara
100
100. Kejutan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!