•Pusat perhatian•

"Eh, coba Lihat, itu Liam yang terkena kasus manipulasi saham,kan? dia sama istrinya? so sweet banget."gumam seseorang di sudut ruangan, disambut anggukan setuju dari yang lain.

"Aku gak terlalu mengikuti beritanya, tapi aku percaya dia gak bersalah" sahut temannya.

"Suami idaman banget, ya.. Udah tampan, kaya Raya, so sweet lagi!" ucap seorang wanita sambil tersenyum kagum, tanpa malu-malu mengabadikan momen itu.

Alina, di dalam pelukan Liam, bisa merasakan wajahnya mulai memerah mendengar bisikan-bisikan itu. Ia mengerjap gelisah, merasa malu dan kikuk dengan perhatian yang tiba-tiba berpusat pada mereka. Namun, saat ia menoleh, ia menangkap wajah Liam yang tetap tenang, seolah-olah semua perhatian itu tidak ada artinya baginya.

Dengan suara nyaris berbisik, Alina berkata,

"Liam… mungkin kita bisa jalan sendiri?"

Liam menatapnya sekilas, senyum tipis menghiasi bibirnya.

"Mengapa? Merasa malu?"bisiknya pelan, tanpa menurunkan volume langkahnya sedikit pun.

"Tidak... hanya saja…" Alina terdiam, sulit menguraikan perasaan aneh di hatinya. Rasanya ia ingin bersembunyi, namun dalam waktu yang sama, pelukan Liam memberinya kenyamanan yang tak bisa ia tolak.

Liam tertawa kecil, cukup pelan hingga hanya Alina yang bisa mendengarnya.

"Biarkan saja mereka bicara. Aku tidak peduli."

Dia terus melangkah keluar, melewati lobi yang ramai oleh orang orang yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda, setiap langkahnya menjadi pusat perhatian.

Liam berjalan seolah seluruh dunia hanyalah penonton, sementara ia tetap fokus pada satu hal, membawa istrinya dengan aman ke tempat mobilnya terparkir.

Sesampainya di depan pintu mobil yang sudah menunggu, seorang supir pribadi berdiri tegap dan dengan hati hati ia membuka pintu untuk Tuannya tanpa berkata apa apa.

Liam lalu menurunkan Alina dengan hati-hati, membuatnya berdiri di samping mobil.

"Masuk," perintah Liam singkat. Alina hanya menatapnya sejenak sebelum menurut, duduk di dalam mobil, pintu pun di tutup lembut oleh sang supir.

Liam segera memutari kendaraan itu dengan tergesa lalu duduk di samping Alina. Mereka berdua terdiam, hingga akhirnya suara deru mesin mobil di nyalakan.

Perjalanan menuju tempat konferensi pers pun terasa sunyi, hanya diiringi suara mesin mobil yang melaju tenang di bawah langit malam yang pekat.

Alina tak dapat menahan diri untuk mencuri pandang ke arah Liam. Di balik sikap dingin pria itu, ada sesuatu yang membuat hatinya berdebar, meskipun ia benci mengakuinya. Perasaan ini, meski membingungkan, perlahan menyingkap sisi lain dari pria yang kini menjadi suaminya.

Setelah beberapa menit yang hening, Liam mulai bicara tanpa menoleh.

"Skandal ini menyangkut kita berdua, Alina. Nama keluargamu juga ikut terseret."

Alina mendengus kecil,

"Kita berdua? Jangan bercanda, Liam. Skandal ini milikmu, bukan milikku"

Liam menghela napas tipis, lalu menoleh ke arah istrinya.

"Apa kau tidak sadar? Setelah pernikahan kita, media terus menyeret namamu. Mereka sudah mulai berspekulasi. Mereka bilang kau hanya tameng, yang kusembunyikan di balik skandal ini"

Wajah Liam lalu mengeras, menatap Alina dengan sorot mata tajamnya.

"Jadi saat kau mulai bicara nanti, maka bicaralah sesuai yang sudah disepakati, kalau kau berani melenceng dari apa yang di rencanakan, maka aku tidak akan segan menghancurkanmu dan keluargamu tanpa ampun."

Alina tak kalah menatapnya tajam.

"Kau boleh mengancam sesukamu. Tapi pernikahan ini bukan keinginanku. Kau menikahiku karena tekanan keluargamu, bukan karena aku punya andil dalam hidupmu, apalagi dalam masalahmu"

Liam tertawa sinis,

"Sama saja, Alina. Pada akhirnya, kita terjebak bersama dalam kekacauan ini. Suka atau tidak, kau bagian dari masalahku, sekarang."

Alina menghela napas panjang, membuang pandangannya ke luar jendela. Cahaya lampu kota yang berpendar di jalanan gelap terasa seperti bayangan yang menghantui. Sesaat, ia merasakan dadanya sesak, terperangkap dalam permainan yang tak pernah ia bayangkan.

"Kau selalu berpikir semua orang bisa kau kontrol, Liam," kata Alina akhirnya, suaranya pelan tapi sarat emosi.

"Tapi kau salah jika mengira aku akan menjadi pionmu begitu saja."

Liam mengangkat alis, nyaris tersenyum sinis.

"Aku tidak perlu pion, Alina. Aku butuh seseorang yang tahu bagaimana cara bertahan dalam dunia ini. Jika kau cukup pintar, kau akan menyadari bahwa ini tentang bertahan hidup, bukan soal kendali."

Alina merasakan panas di pipinya, bukan karena marah, tapi karena kata-katanya mengena, meskipun ia tak mau mengakuinya. Di sisi lain, ada bagian dari dirinya yang merasa tertantang, merasa bahwa ada lebih banyak di balik sikap dingin dan ketus pria ini.

"Bertahan hidup katamu?" Alina mendengus.

"Apa kau menyebut menikah dengan seseorang yang tidak kau cintai sebagai cara bertahan hidup? Mengikatku di dalam skandal ini?" Ia menggeleng pelan, merasa dirinya mulai terlalu emosional.

Liam menatap lurus, bibirnya mengerucut tipis.

"Bukan aku yang memulai skandal ini, Alina. Dan menikahimu... itu bukan keputusan yang mudah bagiku juga."

Alina terdiam, pernyataan itu menggantung di antara mereka seperti kabut tipis. Ada sesuatu yang berbeda dalam suaranya, sesuatu yang nyaris terdengar seperti… sesal? Tapi sebelum ia sempat mencari makna lebih dalam dari kata-katanya, Liam mengalihkan pandangan kembali ke depan.

"Sudah cukup. Aku tak peduli dengan pendapatmu tentang pernikahan ini, atau tentang aku," ucapnya pelan namun tegas.

"Yang perlu kau lakukan adalah memainkan peranmu, menghadapi media bersama-sama, dan kita bisa selesaikan semua ini tanpa ada yang terluka lebih dalam lagi."

Alina menatapnya dalam-dalam, tak ada jawaban yang keluar. Sekalipun hatinya menolak segala yang pria itu katakan, ada bagian kecil yang memahami situasinya. Tapi dalam hatinya, ia bersumpah, pernikahan ini bukan akhir dari kisahnya. Jika ia harus bertahan, ia akan melakukannya dengan caranya sendiri.

Mobil mulai melambat, mendekati gedung tempat konferensi pers akan dilangsungkan. Cahaya lampu kamera sudah berkedip-kedip di depan, menunggu mereka keluar. Alina menarik napas panjang, bersiap menyesuaikan ekspresi wajahnya.

Liam menoleh sekali lagi, suaranya sedikit lebih lembut kali ini.

"Ingat, ini hanya untuk malam ini. Beri mereka apa yang mereka ingin lihat."

Alina hanya mengangguk, memasang senyum tipis yang nyaris tak terlihat. Dalam hati, ia tahu, malam ini hanyalah awal dari cerita panjang yang akan mereka jalani, dengan caranya masing-masing.

...[••••]...

...Bersambung.......

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

ternyata salah prediksi di sangka liam yg akan luluh duluan eh ternyata alina ygmerasa kagum dan nyaman duluan sm liam

2024-11-08

0

Arza Zaeni Putri

Arza Zaeni Putri

lanjut tor

2024-11-02

0

Joko Medan

Joko Medan

yd, alina kmu ikuti az permainn liam. mulai skarang kmu hrus jdi wanita kuat dn smart. jangn mudah cengeng atw emosi. mg smua itu gk mudah, tpi ikuti az alurny.

2024-10-30

0

lihat semua
Episodes
1 prolog
2 Jodoh Penyelamat Bisnis
3 Di Persimpangan Takdir
4 Bab 4. Bukan pernikahan impian
5 Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6 Di Balik Senyum Palsu
7 Bab .7. Air mata Perpisahan
8 Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9 Bab. 9. Perjanjian
10 Munafik!
11 Bab. 10. Konflik yang memanas
12 Mempertahankan
13 Rencana.
14 Impulsif
15 Buka cadarmu Alina!
16 Meminta Pernyataan
17 Imbalan.
18 Angkuh tapi perduli
19 •Pusat perhatian•
20 •Konferensi Pers•
21 •Suami Firaun•
22 •Si Ungu Favorit Liam•
23 •Sandiwara Alina•
24 •Hati Liam Yang Patah•
25 •Sepahit Kopi Hitam•
26 •Hasrat Liam•
27 •Cinta di layar media•
28 •Si Kuning Punya Liam•
29 •Properti Iseng•
30 •Diam diam mencuri•
31 •Rasa yang tersembunyi •
32 *Pengawas Rahasia•
33 "Alina Mu'tasimah•
34 •Sebuah Do'a•
35 •Dambaan Hati•
36 •Wanita Masa Lalu•
37 •AyoTaruhan•
38 •Aku Menang•
39 •Nilai Perhatian•
40 •Hanya istri Trofi•
41 •Dilema•
42 •Sentuhan pertama•
43 •Rengkuhan Mendebarkan•
44 •Sisi Lain yang disembunyikan•
45 •Pengakuan•
46 •Hukuman mematikan•
47 •Ciuman pertama•
48 •Godaan Liam•
49 "Jangan Liam..."
50 •Drama pagi bikin Alina gengsi•
51 •Masa Lalu hadir lagi•
52 •Ambisi gila•
53 •Petaka di pesta•
54 •Rumah sakit•
55 •Perselisihan•
56 •Siapa pengkhianatnya?•
57 •Pertemuan Raka•
58 •Amarah Pak Hamzah•
59 •Permintaan Ayah•
60 •Permintaan Ayah 2•
61 •Ciuman pertama•
62 •Malam Kebahagiaan•
63 •Mandi Bersama•
64 •Penuh Cinta•
65 •Melaporkan Clara•
66 •Rapat Penting•
67 •Dukungan Keluarga•
68 •Gairah yang tertunda•
69 •Amarah & Gairah•
70 •Kekhawatiran Liam•
71 •Keraguan Alina•
72 •Perhatian adik Ipar•
73 •Nasehat Kakak Ipar•
74 •Alat Tes .....•
75 •Jadi Paman terbaik•
76 •Kegelisahan dan Harapan•
77 •Pengakuan yang menyesakkan•
78 •Masih Ada Harapan•
79 •Kebohongan kecil•
80 •Do'a Empat Bulanan•
81 •Kehangatan keluarga•
82 •Badai Perasaan•
83 •Penguntit•
84 •Pintu Jebakan•
85 •Firasat seorang istri•
86 •Lepaskan atau hancurkan?•
87 •Penyesalan Suami•
88 •Hitam di atas Putih•
89 •kecurigaan Evan•
90 •Berlian Untuk Alina•
91 •Misi Rahasia Evan•
92 •Amplop Putih berisi duka•
Episodes

Updated 92 Episodes

1
prolog
2
Jodoh Penyelamat Bisnis
3
Di Persimpangan Takdir
4
Bab 4. Bukan pernikahan impian
5
Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6
Di Balik Senyum Palsu
7
Bab .7. Air mata Perpisahan
8
Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9
Bab. 9. Perjanjian
10
Munafik!
11
Bab. 10. Konflik yang memanas
12
Mempertahankan
13
Rencana.
14
Impulsif
15
Buka cadarmu Alina!
16
Meminta Pernyataan
17
Imbalan.
18
Angkuh tapi perduli
19
•Pusat perhatian•
20
•Konferensi Pers•
21
•Suami Firaun•
22
•Si Ungu Favorit Liam•
23
•Sandiwara Alina•
24
•Hati Liam Yang Patah•
25
•Sepahit Kopi Hitam•
26
•Hasrat Liam•
27
•Cinta di layar media•
28
•Si Kuning Punya Liam•
29
•Properti Iseng•
30
•Diam diam mencuri•
31
•Rasa yang tersembunyi •
32
*Pengawas Rahasia•
33
"Alina Mu'tasimah•
34
•Sebuah Do'a•
35
•Dambaan Hati•
36
•Wanita Masa Lalu•
37
•AyoTaruhan•
38
•Aku Menang•
39
•Nilai Perhatian•
40
•Hanya istri Trofi•
41
•Dilema•
42
•Sentuhan pertama•
43
•Rengkuhan Mendebarkan•
44
•Sisi Lain yang disembunyikan•
45
•Pengakuan•
46
•Hukuman mematikan•
47
•Ciuman pertama•
48
•Godaan Liam•
49
"Jangan Liam..."
50
•Drama pagi bikin Alina gengsi•
51
•Masa Lalu hadir lagi•
52
•Ambisi gila•
53
•Petaka di pesta•
54
•Rumah sakit•
55
•Perselisihan•
56
•Siapa pengkhianatnya?•
57
•Pertemuan Raka•
58
•Amarah Pak Hamzah•
59
•Permintaan Ayah•
60
•Permintaan Ayah 2•
61
•Ciuman pertama•
62
•Malam Kebahagiaan•
63
•Mandi Bersama•
64
•Penuh Cinta•
65
•Melaporkan Clara•
66
•Rapat Penting•
67
•Dukungan Keluarga•
68
•Gairah yang tertunda•
69
•Amarah & Gairah•
70
•Kekhawatiran Liam•
71
•Keraguan Alina•
72
•Perhatian adik Ipar•
73
•Nasehat Kakak Ipar•
74
•Alat Tes .....•
75
•Jadi Paman terbaik•
76
•Kegelisahan dan Harapan•
77
•Pengakuan yang menyesakkan•
78
•Masih Ada Harapan•
79
•Kebohongan kecil•
80
•Do'a Empat Bulanan•
81
•Kehangatan keluarga•
82
•Badai Perasaan•
83
•Penguntit•
84
•Pintu Jebakan•
85
•Firasat seorang istri•
86
•Lepaskan atau hancurkan?•
87
•Penyesalan Suami•
88
•Hitam di atas Putih•
89
•kecurigaan Evan•
90
•Berlian Untuk Alina•
91
•Misi Rahasia Evan•
92
•Amplop Putih berisi duka•

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!