Angkuh tapi perduli

Pagi itu di ruang ICU, suasana terasa lebih hangat seiring kondisi Alina yang sudah membaik. Meski masih lemas, kulitnya tak lagi pucat, dan napasnya mulai kembali stabil. Perawat masuk untuk memeriksa kondisi terakhirnya sebelum dokter datang, memastikan bahwa Alina siap dipindahkan ke ruang rawat biasa.

Beberapa menit kemudian, Liam masuk, tampak dengan pakaian yang rapi meski wajahnya sedikit lelah. Alina terkejut saat melihat suaminya kembali di pagi hari.

Tatapannya masih sama, datar, sulit ditebak. Namun, ada sesuatu di sorot matanya yang berbeda, meski Alina tak begitu yakin apa itu.

"Bagaimana keadaanmu pagi ini?" tanyanya tanpa banyak basa-basi, nadanya tetap dingin namun sedikit lebih lembut dibanding semalam.

"Sudah lebih baik. Dokter bilang aku bisa dipindahkan ke kamar biasa." sahut Alina, suaranya datar.

Liam hanya mengangguk, tak memberikan reaksi berarti.

Ia melipat kedua lengannya sambil mengamati alat-alat medis yang masih terhubung ke tubuh istrinya. Mereka terdiam sejenak, membiarkan keheningan pagi melingkupi mereka.

"Ingat, malam ini ada konferensi pers. Aku sudah meminta perawat untuk mempersiapkanmu. Kau akan keluar dari rumah sakit lebih cepat."kata Liam, suaranya tegas.

Alina menghela napas, ada keraguan di hatinya,

"Baik, aku mengerti," jawabnya pelan.

"Bagus," ujar Liam sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

"Aku akan mengirimkan pakaian dan perlengkapan yang kau butuhkan. Pastikan kau siap."

Setelah berkata demikian, Liam berbalik untuk pergi, namun sejenak ia berhenti di depan pintu, memandang Alina dengan sorot mata yang hampir… ragu.

Alina menangkap tatapan itu, sedikit bingung. Sebelum ia sempat bertanya, Liam sudah kembali memasang wajah dinginnya.

"Hati-hati saat berjalan nanti," katanya singkat, seolah tak ingin kata-katanya terdengar peduli.

"Jangan sampai kita harus menunda acara hanya karena kondisimu yang belum pulih."

Alina menundukkan kepala, mengangguk kecil.

"Aku tahu apa yang harus ku lakukan"

Liam tak menjawab, hanya membuka pintu dan menghilang begitu saja.

...~~~...

Alina dipindahkan ke ruang perawatan biasa, di mana suasana sedikit lebih nyaman dan tenang. Ia menghabiskan waktu dengan beristirahat dan mencoba menenangkan pikiran sebelum konferensi pers nanti malam.

Dalam diam, pikirannya terus berputar, memikirkan kata-kata Liam dan sikapnya yang dingin namun tetap peduli. Ada bagian dari dirinya yang penasaran, ingin tahu alasan di balik sikap pria itu, campuran antara ketegasan, keacuhan, dan secercah perhatian yang nyaris tersamar.

Siang itu, seorang perawat masuk membawa beberapa perlengkapan yang dikirim oleh Liam. Alina memperhatikan pakaian yang tergantung rapi, memilih gaun muslimah sederhana namun anggun yang ia tahu mungkin sudah dipilih dengan teliti.

Tak lama setelah itu, seorang dokter datang untuk memeriksa kondisi Alina untuk terakhir kalinya sebelum ia benar-benar bisa keluar dari rumah sakit.

"Nyonya Alina, kondisi Anda sudah stabil, tetapi ingatlah untuk tetap berhati-hati. Racun ular tidak sepenuhnya hilang dalam semalam, jadi istirahat tetap diperlukan," kata dokter tersebut dengan nada lembut.

Alina mengangguk, berterima kasih, lalu segera bersiap diri. Ia tahu dirinya tidak bisa terlalu lama berada di rumah sakit, Liam sudah memastikan ia memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan semuanya.

...~~~...

Malam itu, pukul menunjukkan 19:20, dan udara di luar terasa dingin, membawa aroma hujan yang baru saja reda.

Di dalam ruang rawat, Alina duduk di tepi ranjang dengan mengenakan gaun muslimah yang membalut tubuhnya dengan anggun.

Jari jarinya yang lentik saling betautan di atas pangkuan, meredam perasaan gugup yang merayap dalam hatinya Perlahan ia bangkit dan berjalan ke arah jendela menatap kerlip lampu lampu kota yang terlihat samar.

Pintu ruangan perlahan terbuka, Alina memutar badan menyaksikan siapa yang datang, yang ternyata sosok Liam yang berdiri di ambang pintu. Tubuhnya menjulang dengan balutan setelan rapi jaz berwarna hitam, wajahnya tampak seperti biasa, dingin dan datar. Namun, ada ketenangan yang meneduhkan dari cara ia berdiri, seolah menyiratkan bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencana.

"Sudah siap?" tanyanya, datar namun tegas.

Wanita bercadar biru lembut itu mengangguk, ia melangkah lebih dekat ke arah suaminya,

"Seperti yang kau lihat."

Liam mengangguk, ia menarik sudut bibirnya.

"Bagus, sekarang ikut aku..." Liam mengulurkan tangannya, sebuah isyarat yang membuat Alina terkejut sesaat. Dengan ragu-ragu, ia meraih tangan itu, merasakan genggaman Liam yang kokoh dan hangat, sesuatu yang terasa begitu asing namun memberinya rasa nyaman.

Sepasang manik itu menatap mata elang Liam, beberapa detik, waktu membiarkan mereka dalam tatapan yang membawa sedikit kehangatan di antara mereka.

"Aku tahu aku tampan, kau tak perlu merasa terpesona seperti itu." kata Liam, segera mengalihkan pandangan, ia tak ingin terlihat menikmati tatapan istrinya meski hatinya merasa sedikit bergetar.

Alina menautkan kedua alisnya, di balik cadarnya wajah cantiknya sedang merengut. Terpesona katanya, ya, Alina memang merasa sedikit terpesona oleh ketampanan suaminya, tetapi perasaan itu segera di patahkan oleh kenyataan yang ada.

"Jangan terlalu percaya diri! aku hanya..."

"Hanya apa?" Liam menatapnya, alis terangkat.

"Hanya tidak terbiasa dengan sentuhan seperti ini." Alina menunduk, melihat ke bawah tangannya yang diperban di genggam oleh Liam.

Liam mengikuti gerakan mata istrinya, ia menunduk lalu mendenguskan napas sebelum menatap Alina.

"Tidak terbiasa? Ya, aku juga, tapi genggaman ini hanya formalitas, tidak ada yang istimewa. Jadi bersikaplah profesional." ujar Liam, nadanya tak berubah, walau tak di pungkiri mata Alina membuat dadanya mendesir hangat.

"Sudah waktunya untuk pergi. Ayo!" serunya, sambil menarik tangan Alina dengan gerakan lembut, ia membantunya melangkah keluar dari ruangan, berjalan bersisian menyusuri lorong rumah sakit.

Liam melangkah tegas membawa Alina di genggamannya, langkahnya begitu cepat membuat Alina yang baru pulih seketika merasa lelah dan lemas.

"Liam..." Alina mendadak berhenti, langkah liam pun terhenti dan menoleh ke belakang tanpa melepas genggaman tangannya.

"Ada apa? kita harus cepat untuk mengejar jadwal!" desaknya.

"Kau jalan cepat sekali, kakiku rasanya mau patah."

Liam mendenguskan napas kasar,

"Jangan lebay, Alina. Tanganmu yang tergigit ular bukan kakimu."

Mata Alina menyipit tajam, di balik cadarnya wajahnya memerah kesal.

"Kau memang tidak berperasaan. Aku baru saja pulih dari racun ular bukan berarti aku bisa langsung bugar seperti sedia kala." ujarnya nadanya lebih keras.

Pria itu memandang istrinya tajam sebelum akhrinya mendengus napas pasrah.

"Astaga... Kau selalu saja merepotkanku!" ucapnya, ia mendekat dan tanpa banyak kata langsung meraih tubuh Alina dan mengangkatnya ke pelukan, membuat wanita bercadar setengah terkejut namun tetap membiarkan tindakan suaminya.

"Kau sendiri yang memintaku ke konferensi pers!" kata Alina nadanya masih terdengar kesal, matanya setengah mendelik menatap Liam.

Liam tersenyum sinis.

"Bahkan jika tidak sekalipun, kau tetap akan menyusahkanku. Lain kali kalau kau tidak mendengarkan kata suamimu lagi Alina, aku tak segan membiarkanmu berjuang sendiri." ucapnya, membuat Alina terbungkam.

Liam melanjutkan langkahnya menggendong Alina dengan tangan kokohnya. Ketika mereka tiba di lantai dasar, suara bisik-bisik mulai terdengar. Orang-orang yang mengenal pasangan itu terhenti sejenak, memandang dengan penuh perhatian, beberapa bahkan mengangkat ponsel untuk memotret dan merekam.

...[••••]...

...Bersambung........

Berikut ini adalah Outfit Liam dan Alina saat menghadiri Konferensi pers. 😍

Gimana, cocok gak? koment pendapat kamu yaa....💕

...

...

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

cocok bingit thoor..

sy msh nunggu tuh si liam bucin sm alina dan tdk bisa lps dr alina

2024-11-08

1

Joko Medan

Joko Medan

cocok kq thor.

sok cuek, sok perhatian. liam liam, awas kau y 😏

lanjut thor.

2024-10-30

1

lihat semua
Episodes
1 prolog
2 Jodoh Penyelamat Bisnis
3 Di Persimpangan Takdir
4 Bab 4. Bukan pernikahan impian
5 Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6 Di Balik Senyum Palsu
7 Bab .7. Air mata Perpisahan
8 Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9 Bab. 9. Perjanjian
10 Munafik!
11 Bab. 10. Konflik yang memanas
12 Mempertahankan
13 Rencana.
14 Impulsif
15 Buka cadarmu Alina!
16 Meminta Pernyataan
17 Imbalan.
18 Angkuh tapi perduli
19 •Pusat perhatian•
20 •Konferensi Pers•
21 •Suami Firaun•
22 •Si Ungu Favorit Liam•
23 •Sandiwara Alina•
24 •Hati Liam Yang Patah•
25 •Sepahit Kopi Hitam•
26 •Hasrat Liam•
27 •Cinta di layar media•
28 •Si Kuning Punya Liam•
29 •Properti Iseng•
30 •Diam diam mencuri•
31 •Rasa yang tersembunyi •
32 *Pengawas Rahasia•
33 "Alina Mu'tasimah•
34 •Sebuah Do'a•
35 •Dambaan Hati•
36 •Wanita Masa Lalu•
37 •AyoTaruhan•
38 •Aku Menang•
39 •Nilai Perhatian•
40 •Hanya istri Trofi•
41 •Dilema•
42 •Sentuhan pertama•
43 •Rengkuhan Mendebarkan•
44 •Sisi Lain yang disembunyikan•
45 •Pengakuan•
46 •Hukuman mematikan•
47 •Ciuman pertama•
48 •Godaan Liam•
49 "Jangan Liam..."
50 •Drama pagi bikin Alina gengsi•
51 •Masa Lalu hadir lagi•
52 •Ambisi gila•
53 •Petaka di pesta•
54 •Rumah sakit•
55 •Perselisihan•
56 •Siapa pengkhianatnya?•
57 •Pertemuan Raka•
58 •Amarah Pak Hamzah•
59 •Permintaan Ayah•
60 •Permintaan Ayah 2•
61 •Ciuman pertama•
62 •Malam Kebahagiaan•
63 •Mandi Bersama•
64 •Penuh Cinta•
65 •Melaporkan Clara•
66 •Rapat Penting•
67 •Dukungan Keluarga•
68 •Gairah yang tertunda•
69 •Amarah & Gairah•
70 •Kekhawatiran Liam•
71 •Keraguan Alina•
72 •Perhatian adik Ipar•
73 •Nasehat Kakak Ipar•
74 •Alat Tes .....•
75 •Jadi Paman terbaik•
76 •Kegelisahan dan Harapan•
77 •Pengakuan yang menyesakkan•
78 •Masih Ada Harapan•
79 •Kebohongan kecil•
80 •Do'a Empat Bulanan•
81 •Kehangatan keluarga•
82 •Badai Perasaan•
83 •Penguntit•
84 •Pintu Jebakan•
85 •Firasat seorang istri•
86 •Lepaskan atau hancurkan?•
87 •Penyesalan Suami•
88 •Hitam di atas Putih•
89 •kecurigaan Evan•
90 •Berlian Untuk Alina•
91 •Misi Rahasia Evan•
92 •Amplop Putih berisi duka•
93 •Sembunyikan Rencana Rahasia•
Episodes

Updated 93 Episodes

1
prolog
2
Jodoh Penyelamat Bisnis
3
Di Persimpangan Takdir
4
Bab 4. Bukan pernikahan impian
5
Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6
Di Balik Senyum Palsu
7
Bab .7. Air mata Perpisahan
8
Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9
Bab. 9. Perjanjian
10
Munafik!
11
Bab. 10. Konflik yang memanas
12
Mempertahankan
13
Rencana.
14
Impulsif
15
Buka cadarmu Alina!
16
Meminta Pernyataan
17
Imbalan.
18
Angkuh tapi perduli
19
•Pusat perhatian•
20
•Konferensi Pers•
21
•Suami Firaun•
22
•Si Ungu Favorit Liam•
23
•Sandiwara Alina•
24
•Hati Liam Yang Patah•
25
•Sepahit Kopi Hitam•
26
•Hasrat Liam•
27
•Cinta di layar media•
28
•Si Kuning Punya Liam•
29
•Properti Iseng•
30
•Diam diam mencuri•
31
•Rasa yang tersembunyi •
32
*Pengawas Rahasia•
33
"Alina Mu'tasimah•
34
•Sebuah Do'a•
35
•Dambaan Hati•
36
•Wanita Masa Lalu•
37
•AyoTaruhan•
38
•Aku Menang•
39
•Nilai Perhatian•
40
•Hanya istri Trofi•
41
•Dilema•
42
•Sentuhan pertama•
43
•Rengkuhan Mendebarkan•
44
•Sisi Lain yang disembunyikan•
45
•Pengakuan•
46
•Hukuman mematikan•
47
•Ciuman pertama•
48
•Godaan Liam•
49
"Jangan Liam..."
50
•Drama pagi bikin Alina gengsi•
51
•Masa Lalu hadir lagi•
52
•Ambisi gila•
53
•Petaka di pesta•
54
•Rumah sakit•
55
•Perselisihan•
56
•Siapa pengkhianatnya?•
57
•Pertemuan Raka•
58
•Amarah Pak Hamzah•
59
•Permintaan Ayah•
60
•Permintaan Ayah 2•
61
•Ciuman pertama•
62
•Malam Kebahagiaan•
63
•Mandi Bersama•
64
•Penuh Cinta•
65
•Melaporkan Clara•
66
•Rapat Penting•
67
•Dukungan Keluarga•
68
•Gairah yang tertunda•
69
•Amarah & Gairah•
70
•Kekhawatiran Liam•
71
•Keraguan Alina•
72
•Perhatian adik Ipar•
73
•Nasehat Kakak Ipar•
74
•Alat Tes .....•
75
•Jadi Paman terbaik•
76
•Kegelisahan dan Harapan•
77
•Pengakuan yang menyesakkan•
78
•Masih Ada Harapan•
79
•Kebohongan kecil•
80
•Do'a Empat Bulanan•
81
•Kehangatan keluarga•
82
•Badai Perasaan•
83
•Penguntit•
84
•Pintu Jebakan•
85
•Firasat seorang istri•
86
•Lepaskan atau hancurkan?•
87
•Penyesalan Suami•
88
•Hitam di atas Putih•
89
•kecurigaan Evan•
90
•Berlian Untuk Alina•
91
•Misi Rahasia Evan•
92
•Amplop Putih berisi duka•
93
•Sembunyikan Rencana Rahasia•

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!