Meminta Pernyataan

...•Luxe Haven, pukul 17:30•...

Liam dan beberapa orang pria terlibat pembicaraan serius di sebuah cafe mewah, di meja yang ekslusif dan privasi, mereka tengah membahas skandal manipulasi saham yang melibatkan Liam.

Liam menatap serius ke arah berkas-berkas di meja, wajahnya tetap tenang meskipun kasus manipulasi saham yang melibatkan namanya terus menjadi sorotan.

"Aku perlu tahu sejauh mana kasus ini berkembang," suaranya dalam dan tegas, penuh kontrol.

Informan yang duduk di sampingnya mulai bicara,

"Mereka mencoba menyeret namamu dengan bukti palsu. Ada transaksi yang dibuat seolah-olah atas perintahmu."

"Kami sudah melacak beberapa saksi kunci. Ternyata, sebagian dari mereka mungkin telah disuap." ucap detektif itu menambahkan.

Liam mengangguk, matanya menajam seolah menimbang langkah yang harus diambil.

"Kalau begitu, kita harus fokus membuktikan ketidakterlibatanku, dan temukan siapa dalang sebenarnya," katanya sambil menatap pengacaranya.

Pengacaranya mengangguk mantap,

"Kita akan cari celah untuk menjatuhkan tuntutan balik. Tidak akan ada yang berani menyeret namamu tanpa bukti kuat."

Senja semakin meredup, tapi keteguhan mereka jelas, mereka siap melawan, melindungi reputasi dan kehormatan Liam dari jebakan kasus ini.

Di tengah percakapan yang semakin mendalam, Liam meneguk kopinya perlahan, mencoba mencerna setiap informasi yang disampaikan. Tatapannya beralih pada detektif yang duduk tepat di seberangnya.

"Kau bilang ada saksi yang sudah disuap?" tanyanya, nada suaranya rendah namun penuh tekanan.

Detektif itu mengangguk, ekspresinya tegas.

"Benar. Salah satunya adalah seorang broker saham. Dia tampaknya diiming-imingi imbalan besar untuk memberikan kesaksian palsu yang menempatkanmu di posisi buruk."

Liam menghela napas, menahan amarah yang bergejolak.

"Jika mereka bisa disuap, itu berarti ada celah bagi kita juga. Temukan mereka. Aku ingin mengetahui siapa yang berdiri di belakang ini semua."

Informan itu segera menyela,

"Liam, ini lebih dari sekadar permainan saham biasa. Ada kemungkinan besar mereka ingin menghancurkan bisnis dan reputasimu sepenuhnya."

Liam tersenyum sinis,

"Kalau begitu, mari kita persiapkan strategi yang tidak bisa dipatahkan," ujarnya, kini menatap pengacaranya.

"Siapkan segala bukti yang bisa mendukung pembelaan kita. Cari setiap jejak yang mereka tinggalkan."

"Kami bisa membalikkan tuduhan dan menjadikannya kasus pencemaran nama baik. Tapi, Liam... kita butuh rencana yang sangat matang." sahut sang pengacara.

Liam menatap mereka semua dengan sorot mata tegas..

"Tidak ada ruang untuk kesalahan. Ini tentang reputasi kita, nama kita, dan keadilan. Mulai sekarang, kita akan bekerja lebih keras dari mereka."

"Aku sudah cukup sabar melalui semua ini, hampir separuh kekayaanku sudah ku korban untuk menyelesaikan kasus ini, tapi ternyata semuanya sia sia. Kalau hal ini terus berlarut larut, bukan hanya namaku yang akan hancur tapi bisnis ku juga." kata Liam, dengan nada rendah namun tajam. sementara mereka hanya mengangguk pelan.

Percakapan mereka terhenti sejenak ketika pelayan mendekat untuk mengambil pesanan. Semua orang kembali tenang, meski ketegangan terasa kuat. Liam melipat tangannya di atas meja, menatap satu per satu orang di depannya.

"Ingat, siapa pun yang bermain kotor akan menanggung akibatnya," katanya dingin.

"Liam, dengar, netizen masih mencurigai pernikahan kalian. Mereka berpikir ini cuma strategi untuk memperbaiki citra. Kalau Alina bisa muncul besok di konferensi pers, ini bisa mengubah persepsi mereka." ujar pengacara.

Liam mendengus kecil, menatap berkas-berkas di depannya tanpa benar-benar memperhatikan.

"Alina sedang di rumah sakit. Dia digigit ular. Aku sudah memperingatkannya untuk tidak bermain-main di taman belakang. Sekarang kondisinya belum stabil. Bagaimana aku bisa membawanya ke konferensi?"

Informan menyela hati-hati,

"Liam, ini memang situasi sulit. Tapi Alina adalah sosok yang dipercaya publik, orang-orang mengagumi moralnya. Kalau dia berdiri di sampingmu, ini bisa memberi kita sedikit ruang untuk bergerak. Citra ini bisa membantu menjawab spekulasi soal pernikahan kalian."

Liam mengusap wajahnya dengan tangan, menahan rasa frustrasi yang sejak tadi dipendamnya.

"Aku tahu dia bisa membantu, tapi...," ia terdiam sejenak, sebelum akhirnya melanjutkan,

"Kau tahu, kalau saja dia mau mendengarkan, kejadian seperti ini tidak perlu terjadi. Sekarang aku di sini, harus mempertimbangkan mengajaknya tampil di depan publik, padahal dia terbaring di rumah sakit."

Pengacara menatap Liam dengan tegas namun penuh empati.

"Liam, yang kita minta hanyalah pernyataannya, bahkan jika itu singkat. Cukup baginya untuk menegaskan bahwa dia percaya dan mendukungmu. Satu kalimat saja dari Alina bisa menjadi titik balik untuk meredam semua tuduhan ini, Kau harus mengambil simpati dari masyarakat, setelah itu kita akan mengungkap satu persatu dalang yang mencoreng namamu."

Kedua rekannya mengangguk, menyetujui usulan pengacara.

Liam memandangi ketiga rekannya, tampak berat untuk mengambil keputusan. Dia tahu betapa berharganya Alina dalam situasi ini, dan bagaimana satu kehadiran bisa menjadi game-changer. Tapi rasa khawatir dan kesalnya bercampur jadi satu, membuatnya sulit berpikir jernih.

Akhirnya, dia menghela napas dalam dan berkata dengan nada pelan,

"Baiklah. Aku akan coba bicara dengan Alina."

...[•••]...

Hari berganti Malam. Setelah Liam menghabiskan waktu bersama rekannya hingga matahari terbenam, saat itu pukul 19:30 Liam meluncurkan kendaraanya menuju rumah sakit tempat dimana Alina di rawat. •Brightwell Health Institute•

Begitu sampai dan memarkirkan mobilnya, ia masuk ke gedung rumah sakit modern itu dengan langkah tegas, tatapannya datar dan fokus, pikirannya hanya satu yaitu meminta Alina untuk mendampinginya di konferensi pers.

Sementara itu, di ruang ICU Alina tengah melaksanakan sholat isya di atas brankarnya tanpa menggunakan mukenah, akan tetapi baju gamis dan hijabnya sudah terganti dan cadar terpasang di wajahnya.

Alina sholat sambil duduk dengan gerakan pelan dan lembut, hingga sholat itu berakhir dengan gerakan kepala Alina yang menoleh ke kanan dan kiri.

Sehabis sholat Alina berdizikir menggunakan jari jarinya, lalu setelah itu mengangkat kedua tangannya ke dada, dan mulai memanjatkan do'a dengan mata tertutup.

Suara derit pintu yang memecah sunyi tak lantas membuatnya berhenti mengadu pada Tuhan atas segala yang ia rasakan. Liam menatap Alina yang tengah berdo'a, tubuhnya membeku beberapa detik, sebelum akhirnya ia melangkah lebih dekat dan duduk di hadapan istrinya, menatapnya dengan ekspresi datar.

...[•••]...

...Bersambung........

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

lama² jg pertahanan liam runtuh ya thoor

2024-11-08

0

Joko Medan

Joko Medan

blum lnjut lgi ni thor. aku nunggui lo

2024-10-28

0

Joko Medan

Joko Medan

lanjut thor

bersikp baik la dgn alina liam. agr dy bsa mnolong mu.

2024-10-26

0

lihat semua
Episodes
1 prolog
2 Jodoh Penyelamat Bisnis
3 Di Persimpangan Takdir
4 Bab 4. Bukan pernikahan impian
5 Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6 Di Balik Senyum Palsu
7 Bab .7. Air mata Perpisahan
8 Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9 Bab. 9. Perjanjian
10 Munafik!
11 Bab. 10. Konflik yang memanas
12 Mempertahankan
13 Rencana.
14 Impulsif
15 Buka cadarmu Alina!
16 Meminta Pernyataan
17 Imbalan.
18 Angkuh tapi perduli
19 •Pusat perhatian•
20 •Konferensi Pers•
21 •Suami Firaun•
22 •Si Ungu Favorit Liam•
23 •Sandiwara Alina•
24 •Hati Liam Yang Patah•
25 •Sepahit Kopi Hitam•
26 •Hasrat Liam•
27 •Cinta di layar media•
28 •Si Kuning Punya Liam•
29 •Properti Iseng•
30 •Diam diam mencuri•
31 •Rasa yang tersembunyi •
32 *Pengawas Rahasia•
33 "Alina Mu'tasimah•
34 •Sebuah Do'a•
35 •Dambaan Hati•
36 •Wanita Masa Lalu•
37 •AyoTaruhan•
38 •Aku Menang•
39 •Nilai Perhatian•
40 •Hanya istri Trofi•
41 •Dilema•
42 •Sentuhan pertama•
43 •Rengkuhan Mendebarkan•
44 •Sisi Lain yang disembunyikan•
45 •Pengakuan•
46 •Hukuman mematikan•
47 •Ciuman pertama•
48 •Godaan Liam•
49 "Jangan Liam..."
50 •Drama pagi bikin Alina gengsi•
51 •Masa Lalu hadir lagi•
52 •Ambisi gila•
53 •Petaka di pesta•
54 •Rumah sakit•
55 •Perselisihan•
56 •Siapa pengkhianatnya?•
57 •Pertemuan Raka•
58 •Amarah Pak Hamzah•
59 •Permintaan Ayah•
60 •Permintaan Ayah 2•
61 •Ciuman pertama•
62 •Malam Kebahagiaan•
63 •Mandi Bersama•
64 •Penuh Cinta•
65 •Melaporkan Clara•
66 •Rapat Penting•
67 •Dukungan Keluarga•
68 •Gairah yang tertunda•
69 •Amarah & Gairah•
70 •Kekhawatiran Liam•
71 •Keraguan Alina•
72 •Perhatian adik Ipar•
73 •Nasehat Kakak Ipar•
74 •Alat Tes .....•
75 •Jadi Paman terbaik•
76 •Kegelisahan dan Harapan•
77 •Pengakuan yang menyesakkan•
78 •Masih Ada Harapan•
79 •Kebohongan kecil•
80 •Do'a Empat Bulanan•
81 •Kehangatan keluarga•
82 •Badai Perasaan•
83 •Penguntit•
84 •Pintu Jebakan•
85 •Firasat seorang istri•
86 •Lepaskan atau hancurkan?•
87 •Penyesalan Suami•
88 •Hitam di atas Putih•
89 •kecurigaan Evan•
90 •Berlian Untuk Alina•
91 •Misi Rahasia Evan•
92 •Amplop Putih berisi duka•
Episodes

Updated 92 Episodes

1
prolog
2
Jodoh Penyelamat Bisnis
3
Di Persimpangan Takdir
4
Bab 4. Bukan pernikahan impian
5
Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6
Di Balik Senyum Palsu
7
Bab .7. Air mata Perpisahan
8
Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9
Bab. 9. Perjanjian
10
Munafik!
11
Bab. 10. Konflik yang memanas
12
Mempertahankan
13
Rencana.
14
Impulsif
15
Buka cadarmu Alina!
16
Meminta Pernyataan
17
Imbalan.
18
Angkuh tapi perduli
19
•Pusat perhatian•
20
•Konferensi Pers•
21
•Suami Firaun•
22
•Si Ungu Favorit Liam•
23
•Sandiwara Alina•
24
•Hati Liam Yang Patah•
25
•Sepahit Kopi Hitam•
26
•Hasrat Liam•
27
•Cinta di layar media•
28
•Si Kuning Punya Liam•
29
•Properti Iseng•
30
•Diam diam mencuri•
31
•Rasa yang tersembunyi •
32
*Pengawas Rahasia•
33
"Alina Mu'tasimah•
34
•Sebuah Do'a•
35
•Dambaan Hati•
36
•Wanita Masa Lalu•
37
•AyoTaruhan•
38
•Aku Menang•
39
•Nilai Perhatian•
40
•Hanya istri Trofi•
41
•Dilema•
42
•Sentuhan pertama•
43
•Rengkuhan Mendebarkan•
44
•Sisi Lain yang disembunyikan•
45
•Pengakuan•
46
•Hukuman mematikan•
47
•Ciuman pertama•
48
•Godaan Liam•
49
"Jangan Liam..."
50
•Drama pagi bikin Alina gengsi•
51
•Masa Lalu hadir lagi•
52
•Ambisi gila•
53
•Petaka di pesta•
54
•Rumah sakit•
55
•Perselisihan•
56
•Siapa pengkhianatnya?•
57
•Pertemuan Raka•
58
•Amarah Pak Hamzah•
59
•Permintaan Ayah•
60
•Permintaan Ayah 2•
61
•Ciuman pertama•
62
•Malam Kebahagiaan•
63
•Mandi Bersama•
64
•Penuh Cinta•
65
•Melaporkan Clara•
66
•Rapat Penting•
67
•Dukungan Keluarga•
68
•Gairah yang tertunda•
69
•Amarah & Gairah•
70
•Kekhawatiran Liam•
71
•Keraguan Alina•
72
•Perhatian adik Ipar•
73
•Nasehat Kakak Ipar•
74
•Alat Tes .....•
75
•Jadi Paman terbaik•
76
•Kegelisahan dan Harapan•
77
•Pengakuan yang menyesakkan•
78
•Masih Ada Harapan•
79
•Kebohongan kecil•
80
•Do'a Empat Bulanan•
81
•Kehangatan keluarga•
82
•Badai Perasaan•
83
•Penguntit•
84
•Pintu Jebakan•
85
•Firasat seorang istri•
86
•Lepaskan atau hancurkan?•
87
•Penyesalan Suami•
88
•Hitam di atas Putih•
89
•kecurigaan Evan•
90
•Berlian Untuk Alina•
91
•Misi Rahasia Evan•
92
•Amplop Putih berisi duka•

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!