Buka cadarmu Alina!

Di ruang observasi itu detak jantung Alina yang terus dipantau semakin lambat dan tidak stabil. Beberapa alat alat yang berhubungan untuk memantau kondisi Alina sudah terpasang.

Dokter berdiri di samping ranjang, memegang masker oksigen dengan wajah yang serius.

"Nyonya, saya perlu memasang alat oksigen di mulut dan hidung Anda untuk membantu pernapasan. Tapi untuk itu, Anda harus membuka cadar"

Alina langsung menegang, ia melirik Liam dan kedua tangannya meremas selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Mana mungkin dia membuka cadar di depan suaminya yang arogan yang sudah membuat keputusannya untuk tidak membuka cadar sebelum pria itu benar benar menerimanya sebagai istri.

"Apa itu harus, Dokter? tapi saya... Saya tidak bisa." jawabnya dengan suara pelan namun tegas.

Dokter sedikit terkejut, Liam yang mendengar penolakan halus Alina pun menggelengkan pelan kepalanya.

"Ini penting untuk kesehatan Anda. Napas Anda sudah mulai melemah. Saya butuh akses ke hidung dan mulut Anda." terang dokter bernama Medina dengan lembut.

"Dokter tapi saya sangat malu, saya tidak terbiasa membuka wajah saya di depan orang asing."

"Tapi Ini penting untuk kesehatan Anda. Napas Anda sudah mulai melemah. Saya butuh akses ke hidung dan mulut Anda." jelas Dokter.

"Lagipula yang memeriksa Anda semuanya perempuan, tidak ada yang bisa melihat wajah Anda di sini selain kami dan Pak, Liam."

Alina melirik Liam, Pria itu berdiri masih dengan rahangnya yang mengeras dan tatapannya yang tajam, Alina lalu memalingkan mukanya kembali dengan kasar dan napasnya terasa semakin sesak bersama kebimbangan yang ia rasakan.

Melihat reaksi istrinya Liam mendekat.

"Ini bukan waktunya untuk bersikap keras kepala Alina. Semua yang terjadi itu karena ulahmu sendiri, karena kau tidak mendengarku dan sekarang kau membuat ulah dengan tidak mendengarkan dokter?"

Alina mengangkat wajah menatap Liam hingga mata mereka bertemu. Tatapan Liam mengingatkannya tentang malam pertama dimana pria itu memaksa Alina agar menganggapnya sebagai orang asing dengan tidak membuka cadar di depannya, dan Liam mengatakan dengan penuh arogansi bahwa dia sama sekali tidak akan tertarik pada Alina.

Hal itu membuat Alina bertekad untuk menaati keinginan tak wajarnya, namun sekarang Liam seolah memintanya untuk menghapus kesepakatan itu, membuatnya bingung dan takut. Takut Liam akan semakin merendahkannya dan bahkan menghina wajahnya karena dia tahu suaminya sangat membencinya tanpa alasan yang jelas.

"Nyonya, saya mohon, ini demi keselamatan Anda," ujar dokter sekali lagi, kali ini suaranya lebih lembut, hampir seperti permohonan.

"Buka cadarmu Alina!" seru Liam suaranya berat dan penuh tekanan.

Alina menatap Liam yang ekspresinya semakin dingin dan kaku, tapi wanita itu tak bergeming sama sekali, membuat emosi pria itu bertambah.

"Oke mungkin lebih baik aku tidak berada di sini," serunya kasar.

"Aku akan pergi. Dokter, tolong rawat dia sebaik mungkin. Aku tidak bisa lagi menghadapi sikap keras kepala wanita ini!"

Liam kemudian berbalik dan beranjak dari ruangan meninggalkan Alina bersama dokter yang terus membujuknya.

Sesaat setelah Liam meninggalkan ruangan, Alina menghela napas panjang dan mulai menurunkan kain hitam yang menutupi setengah wajahnya.

Dokter yang melihatnya hanya tersenyum dan segera melakukan tindakan lebih lanjut untuk menangani Pasiennya.

...•Beberapa Jam kemudian•...

Setelah dipasangi alat monitor detak jantung dan masker oksugen , Alina dirawat di ruang perawatan intensif (ICU). Ruangan ini dipilih karena kondisinya yang memerlukan pemantauan ketat akibat gigitan ular kobra yang berpotensi mematikan.

Di ICU, Alina bisa mendapatkan perawatan yang lebih intensif dengan akses cepat ke peralatan medis dan tim dokter jika terjadi perubahan mendadak dalam kondisi kesehatannya

Alina berbaring lemah di brankarnya, keadaanya berangsur membaik, akan tetapi dia belum pulih sepenuhnya. Ruangan itu sunyi hanya ada suara mesin monitor detak jantung yang berdecit pelan.

Seketika suara derit pintu kaca memecah hening, jantungnya lebih dulu berdebar kencang sebelum ia menoleh dan memastikan siapa yang datang. Takut jika suaminya yang datang sementara ia sedang tidak memakai penutup muka, (cadar).

Namun syukurnya, yang datang adalah ibu mertuanya seorang diri dan mengenakan jas kunjungan berwarna hijau. Alina menghela napas lega dan senyum di bibirnya merekah, meski tak terlihat jelas karena ada masker oksigen di mulut dan hidungnya.

Alina perlahan bangkit duduk dengan hati hati dan membuka masker oksigen, sementara ibu mertuanya segera mendekati dengan ekspresi khawatir.

"Alina... Astaga... Apa yang terjadi, Nak? kenapa kamu bisa sampai di gigit ular cobra? Ya Allah..." suara Ibu mertuanya terdengar cemas.

"Maafkan Alina Mah, Alina ceroboh." ucapnya pelan.

Ny. Anna, ibu mertuanya segera menggeleng.

"Alina, Mamah tidak sedang marah denganmu, tapi Mamah tidak habis pikir kenapa kamu memilih untuk tetap mengerjakan pekerjaan rumah sementara Liam sudah melarangmu?"

Alina menangguk, merasa bersalah.

"Maaf, Mah... Alina hanya tidak terbiasa berdiam diri. Alina hanya melakukan pekerjaan yang biasa Alina lakukan di rumah." sahutnya lembut.

"Mamah tahu kamu itu wanita mandiri dan Mamah tahu kamu itu wanita baik yang paham agama. Kamu pasti ingin mencari pahala di setiap pekerjaanmu, Kan?" katanya lembut, seraya duduk di tepi brankar, tubuhnya menghadap Alina.

"Iya, Mah." jawab Alina lirih, menunduk.

Ny. Ann menghela napas dan berkata,

"Dan kamu juga tahu bahwa mendengar perintah suami adalah bentuk kewajiban yang harus di taati istri selama perintah itu baik."

Mengangguk Alina, "Iya, Mah." Andai ibu mertuanya tahu, bahkan putranya itu memberinya perintah yang tidak masuk akal.

"Lalu kenapa kamu tidak mendengarnya? Sekarang lihat keadaanmu ini, kamu kualat karena tidak mendengar suamimu."

Alina mengangkat wajah, lalu menunduk lagi. Kata kata ibu mertuanya sedikit membuat hatinya tersentil meksi Alina tahu reaksi ibu mertuanya karena Ia sayang padanya.

"Lain kali Alina akan hati hati, Ma, dan akan lebih menaati suamiku" kata Alina kemudian lembut.

Ibu mertuanya mengangguk, ia berdiri dan menaruh kotak makanan di meja dekat brankar.

"Yasudah kalau begitu, Ini Mamah bawakan makanan untukmu tapi maaf, Mamah tidak bisa lama lama di sini, Mamah ada urusan." katanya.

"Kamu jangan khawatir sebentar lagi Liam akan datang." lanjutnya.

"Mah, Apa Liam memberitahu keadaanku pada Ayah?" tanya Alina sebelum ibu mertuanya melangkah pergi.

Dahi Ny. Anna mengernyit.

"Mamah tidak tahu, tapi sepertinya Liam memberitahu, bagaimana pun juga Ayahmu berhak tahu keadaanmu, kan?" ujarnya.

"Alina hanya tidak mau membuat ayah sedih karena kondisiku." kata Alina, suaranya syarat akan kesedihan mengingat Ayahnya yang saat ini sering sakit-sakitan.

Ny Anna tersenyum, ia memahami eksprsi menantunya itu. Ia mendekat dan mengelus pundaknya.

"Tidak apa apa, Ayahmu pasti akan mengerti keadaanmu, lagipula sekarang kan sudah ada yang menjagamu dan Liam akan merawatmu dengan baik." ucap Ny. Anna menenangkan Alina.

"Iya Mah, tidak apa apa. Terima kasih ya, Mah." Alina tersenyum dan mengambil tangan ibu mertuanya dengan tangan kirinya lalu menciumnya.

"Hati-hati. Ya, Mah."

Ny. Anna memperhatikan tindakan Alina yang membuat hatinya tersentuh, ia lalu membelai kepala Alina dengan lembut.

"Kamu gadis yang baik, lekas sembuh, Nak, Assalamualaikum.." pamitnya kemudian.

Alina tersenyum tipis. "Waalaikumsalam."

Wanita berusia setengah abad itu pun beranjak keluar meninggalkan Alina di ruang rawatnya sendirian.

Ruangan kembali hening. Alina menatap kotak makan yang di beri ibu mertuanya. Ia mengigit bibir menahan rasa lapar yang sejak tadi ia tahan.

Alina lalu memutar badan dengan hati hati, meraih kotak itu dengan tangan kirinya yang di pasang infus, sebab tangan kananya yang tergigit ular diperban dan Alina sangat kesakitan saat menggerakanya.

...[••••]...

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

di sangka alina mau buka cadar di depan lian..ter yata liam blm berhasil lihat wajah alina

2024-11-08

0

Omer zayn

Omer zayn

keren

2025-02-09

1

Nalira🌻

Nalira🌻

Terima kasih sudah mampir, Kak🙏

2024-10-26

1

lihat semua
Episodes
1 prolog
2 Jodoh Penyelamat Bisnis
3 Di Persimpangan Takdir
4 Bab 4. Bukan pernikahan impian
5 Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6 Di Balik Senyum Palsu
7 Bab .7. Air mata Perpisahan
8 Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9 Bab. 9. Perjanjian
10 Munafik!
11 Bab. 10. Konflik yang memanas
12 Mempertahankan
13 Rencana.
14 Impulsif
15 Buka cadarmu Alina!
16 Meminta Pernyataan
17 Imbalan.
18 Angkuh tapi perduli
19 •Pusat perhatian•
20 •Konferensi Pers•
21 •Suami Firaun•
22 •Si Ungu Favorit Liam•
23 •Sandiwara Alina•
24 •Hati Liam Yang Patah•
25 •Sepahit Kopi Hitam•
26 •Hasrat Liam•
27 •Cinta di layar media•
28 •Si Kuning Punya Liam•
29 •Properti Iseng•
30 •Diam diam mencuri•
31 •Rasa yang tersembunyi •
32 *Pengawas Rahasia•
33 "Alina Mu'tasimah•
34 •Sebuah Do'a•
35 •Dambaan Hati•
36 •Wanita Masa Lalu•
37 •AyoTaruhan•
38 •Aku Menang•
39 •Nilai Perhatian•
40 •Hanya istri Trofi•
41 •Dilema•
42 •Sentuhan pertama•
43 •Rengkuhan Mendebarkan•
44 •Sisi Lain yang disembunyikan•
45 •Pengakuan•
46 •Hukuman mematikan•
47 •Ciuman pertama•
48 •Godaan Liam•
49 "Jangan Liam..."
50 •Drama pagi bikin Alina gengsi•
51 •Masa Lalu hadir lagi•
52 •Ambisi gila•
53 •Petaka di pesta•
54 •Rumah sakit•
55 •Perselisihan•
56 •Siapa pengkhianatnya?•
57 •Pertemuan Raka•
58 •Amarah Pak Hamzah•
59 •Permintaan Ayah•
60 •Permintaan Ayah 2•
61 •Ciuman pertama•
62 •Malam Kebahagiaan•
63 •Mandi Bersama•
64 •Penuh Cinta•
65 •Melaporkan Clara•
66 •Rapat Penting•
67 •Dukungan Keluarga•
68 •Gairah yang tertunda•
69 •Amarah & Gairah•
70 •Kekhawatiran Liam•
71 •Keraguan Alina•
72 •Perhatian adik Ipar•
73 •Nasehat Kakak Ipar•
74 •Alat Tes .....•
75 •Jadi Paman terbaik•
76 •Kegelisahan dan Harapan•
77 •Pengakuan yang menyesakkan•
78 •Masih Ada Harapan•
79 •Kebohongan kecil•
80 •Do'a Empat Bulanan•
81 •Kehangatan keluarga•
82 •Badai Perasaan•
83 •Penguntit•
84 •Pintu Jebakan•
85 •Firasat seorang istri•
86 •Lepaskan atau hancurkan?•
87 •Penyesalan Suami•
88 •Hitam di atas Putih•
89 •kecurigaan Evan•
90 •Berlian Untuk Alina•
91 •Misi Rahasia Evan•
92 •Amplop Putih berisi duka•
93 •Sembunyikan Rencana Rahasia•
Episodes

Updated 93 Episodes

1
prolog
2
Jodoh Penyelamat Bisnis
3
Di Persimpangan Takdir
4
Bab 4. Bukan pernikahan impian
5
Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6
Di Balik Senyum Palsu
7
Bab .7. Air mata Perpisahan
8
Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9
Bab. 9. Perjanjian
10
Munafik!
11
Bab. 10. Konflik yang memanas
12
Mempertahankan
13
Rencana.
14
Impulsif
15
Buka cadarmu Alina!
16
Meminta Pernyataan
17
Imbalan.
18
Angkuh tapi perduli
19
•Pusat perhatian•
20
•Konferensi Pers•
21
•Suami Firaun•
22
•Si Ungu Favorit Liam•
23
•Sandiwara Alina•
24
•Hati Liam Yang Patah•
25
•Sepahit Kopi Hitam•
26
•Hasrat Liam•
27
•Cinta di layar media•
28
•Si Kuning Punya Liam•
29
•Properti Iseng•
30
•Diam diam mencuri•
31
•Rasa yang tersembunyi •
32
*Pengawas Rahasia•
33
"Alina Mu'tasimah•
34
•Sebuah Do'a•
35
•Dambaan Hati•
36
•Wanita Masa Lalu•
37
•AyoTaruhan•
38
•Aku Menang•
39
•Nilai Perhatian•
40
•Hanya istri Trofi•
41
•Dilema•
42
•Sentuhan pertama•
43
•Rengkuhan Mendebarkan•
44
•Sisi Lain yang disembunyikan•
45
•Pengakuan•
46
•Hukuman mematikan•
47
•Ciuman pertama•
48
•Godaan Liam•
49
"Jangan Liam..."
50
•Drama pagi bikin Alina gengsi•
51
•Masa Lalu hadir lagi•
52
•Ambisi gila•
53
•Petaka di pesta•
54
•Rumah sakit•
55
•Perselisihan•
56
•Siapa pengkhianatnya?•
57
•Pertemuan Raka•
58
•Amarah Pak Hamzah•
59
•Permintaan Ayah•
60
•Permintaan Ayah 2•
61
•Ciuman pertama•
62
•Malam Kebahagiaan•
63
•Mandi Bersama•
64
•Penuh Cinta•
65
•Melaporkan Clara•
66
•Rapat Penting•
67
•Dukungan Keluarga•
68
•Gairah yang tertunda•
69
•Amarah & Gairah•
70
•Kekhawatiran Liam•
71
•Keraguan Alina•
72
•Perhatian adik Ipar•
73
•Nasehat Kakak Ipar•
74
•Alat Tes .....•
75
•Jadi Paman terbaik•
76
•Kegelisahan dan Harapan•
77
•Pengakuan yang menyesakkan•
78
•Masih Ada Harapan•
79
•Kebohongan kecil•
80
•Do'a Empat Bulanan•
81
•Kehangatan keluarga•
82
•Badai Perasaan•
83
•Penguntit•
84
•Pintu Jebakan•
85
•Firasat seorang istri•
86
•Lepaskan atau hancurkan?•
87
•Penyesalan Suami•
88
•Hitam di atas Putih•
89
•kecurigaan Evan•
90
•Berlian Untuk Alina•
91
•Misi Rahasia Evan•
92
•Amplop Putih berisi duka•
93
•Sembunyikan Rencana Rahasia•

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!