Rencana.

Liam kembali menyelesaikan sarapannya dengan gerakan lamban, berusaha mengabaikan perasaan yang berkecamuk di dadanya.

Tiba tiba suara dering ponselnya berbunyi di atas meja. Liam melirik layar yang menampilkan nama Evan di sana, ia memutar bola mata malas, sejenak ia ragu untuk mengangkat, namun kemudian ia segera menggeser simbol hijau dan tanpa mengangkat ponselnya ia memperbesar suara panggilan.

"Halo, Kak!" ucap Evan suara adiknya yang baru memasuki bangku kuliah.

Liam mendengus, menebak jika Evan akan meminta sesuatu, karena hanya saat butuh saja adiknya akan menghubunginya. Dua bulan lalu Evan merengek meminta motor baru, bulan berikutnya minta mobil baru untuk ulang tahun, meskipun mobil lamanya bahkan belum berdebu. Liam benar-benar tahu pola ini.

"Jangan bertele tele cepat katakan, kau mau mobil baru lagi, biar ku lempar kau ke dalam sumur!" sergah Evan, dia tak habis pikir bahkan saat tahu dirinya di timpa skandal besar adiknya seolah tak perduli. Seolah merampok tanpa menyentuh.

"Haha.. Aku belum separah itu. Kak, Ini bukan masalah mobil baru, ini soal berita skandalmu."

Tiba tiba Ny. Anna menghampiri dan langsung merebut ponsel di telinga Evan.

"Berikan telfonnya biar Mamah yang bicara." ucapnya.

"Liam, kemana saja kamu? Kenapa tidak mengangkat telfon Mamah? malah panggilannya kamu matikan? apa kamu tidak tahu betapa pentingnya ini?" Ny. Anna mulai bicara terburu buru

Liam menarik napas. Namun sebelum menjawab, Evan menyela dengan nada meledek.

"Kak Liam pasti lagi enak enak sama istrinya, semalam kan hujan deras, mana perduli sama skandalnya yang makin Viral!" seloroh Liam dengan nada yang terdengar mengolok-olok.

"Adik sialan!" batin Liam, rahangnya mengeras, namun dia berusaha tetap tenang.

"Diam Evan! ini bukan lagi saatnya bercanda!" seru Ny. Anna suaranya agak meninggi.

"Liam!" Ibunya menyambung dengan nada lebih mendesak.

"Iya, Mah." sahut Liam, menekan emosinya.

"Kamu harus membuat jadwal konferensi pers secepat mungkin. Mamah tidak mau nama keluarga dan perusahaan kita semakin tercoreng, kalau sampai keadaan ini makin memburuk, bisa bisa kita tidak dapat kepercayaan dari para investor mana pun. Nama kita bisa di black list dari dunia bisnis Liam!"

Liam. menghela napas berat, dia menggaruk alisnya sejenak menyalurkan kerumitan yang berputar di kepalanya.

"Aku juga sedang merencakan itu, Mah. Mamah tenang saja."

"Bagaimana Mamah bisa tenang Liam," suara Nyonya Anna melunak tapi penuh beban.

"orang- orang yang dulunya sangat menghormati kita sekarang sedang menertawakan kita. Mamah malu, kamu tahu sekarang mamah di asingkan dari sirkel Mamah gara gara hal ini, Liam!"

Pria itu memejamkan mata, rasa bersalah perlahan muncul mendengar keluhan ibunya, tapi sebelum dia sempat merespons, Evan kembali menyela.

"Benar, Kak. Nama aku juga ikut terseret. Orang-orang di kampus bisik-bisik soal skandalmu. Nama Kakak ipar juga kena. Setelah pernikahan kalian, banyak yang bilang kalau pernikahan kalian cuma untuk pencitraan. Yah... walaupun itu sebenarnya kelihatan cukup masuk akal juga" .

Suara Evan terdengar agak jauh dari sambungan telfon, namun Liam cukup bisa mendengarnya dengan jelas.

“Aku akan urus ini, Mah," ucap Liam dengan nada tegas, meski suaranya sedikit tertahan.

"Aku janji, semuanya akan selesai sebelum makin parah. Konferensi pers akan kuatur secepatnya, aku butuh waktu satu atau dua hari untuk mempersiapkan semuanya"

"Kamu harus pastikan itu, Liam," desak Ny. Anna dengan nada lebih lembut tapi sarat kekhawatiran.

"Mamah tidak bisa terus seperti ini. Nama keluarga kita—maksud Mamah, nama kamu harus segera bersih dari semua tuduhan ini."

Liam mengangguk meski ibunya tak bisa melihatnya.

"Aku mengerti, Mah. Percayalah, aku tidak akan membiarkan berita ini semakin liar."

"Yah, kak, cepatlah tangani ini. Kasihan kita semua, apalagi kakak ipar. Orang-orang sudah beranggapan macam-macam tentang pernikahan kalian." sahut Evan agak berteriak.

"Baik, Mah... Liam akan segera mengurus ini, Bye Mah."

"Bye, Sayang... Titip salam untuk istrimu, Ya."

"Ya, Mah."

Liam menutup telepon dengan cepat, tak ingin mendengar lebih banyak lagi. Ia berdiri, berjalan mondar-mandir di ruang makannya, otaknya berputar cepat, mencari solusi. Ia tahu, konferensi pers adalah langkah pertama, tapi tidak cukup hanya itu. Ada sesuatu yang lebih besar di balik skandal ini, sesuatu yang harus diselesaikan hingga tuntas.

Dia menghampiri jendela, memandang langit yang berawan, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, ia merasa amarahnya mulai mendominasi.

Selama ini, ia berusaha tenang, memilih untuk mengalah, berpikir bahwa rumor ini akan berakhir damai setelah ia memggelontorkan hampir separuh kekayaan untuk menutupi kerugian para investor.

Namun sekarang, ia sadar bahwa semua itu ternyata tidak cukup untuk menahan berita itu tidak lagi muncul ke permukaan.

Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan dengan cepat menekan nomor informannya. Setelah beberapa kali nada sambung, suara di ujung sana terdengar.

"Liam?" suara itu terdengar waspada, seolah sudah bisa menebak alasan panggilan ini.

"Amu butuh bantuanmu untuk melakukan konferensi pers besok " kata Liam tanpa basa-basi.

"Aku ingin semua dipersiapkan. Dan satu lagi, cari tahu siapa yang menghidupkan lagi skandal ini. Aku tak akan diam lagi. Jika mereka ingin bermain api, aku akan membakar semuanya."

Suara di seberang sana mengangguk meski tak terdengar.

"Baik. Aku akan segera mengurusnya. Tapi... Liam, apakah kamu yakin ingin memperpanjang masalah ini? Membawa ini ke jalur hukum bisa memancing lebih banyak perhatian."

Liam menatap kosong ke luar jendela, angin di luar tampak semakin kencang.

"Aku yakin. Aku sudah cukup lama diam. Sekarang, biar mereka tahu siapa yang mereka hadapi."

"Aaa!!!"

Tiba tiba suara teriakan Alina menggema, memaksa Liam menutup telfonnya. Wajahnya seketika menegang, ia segera berlari keluar meyakini suara itu berasal di sekitar taman belakang dimana rumput rumput lebat tumbuh dengan liar.

Sampai ia di taman, Liam melihat Alina yang berdiri memegangi lengannya, suara rintihannya terdengar samar.

"Alina!" panggil Liam, dengan cepat ia menghampiri istrinya. dengan wajah sedikit khawatir.

...[••••]...

...Bersambung.......

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

alina knp lg...masalah liam berat banget dan keluargay ga mau jatuh miskin

2024-11-08

0

lihat semua
Episodes
1 prolog
2 Jodoh Penyelamat Bisnis
3 Di Persimpangan Takdir
4 Bab 4. Bukan pernikahan impian
5 Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6 Di Balik Senyum Palsu
7 Bab .7. Air mata Perpisahan
8 Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9 Bab. 9. Perjanjian
10 Munafik!
11 Bab. 10. Konflik yang memanas
12 Mempertahankan
13 Rencana.
14 Impulsif
15 Buka cadarmu Alina!
16 Meminta Pernyataan
17 Imbalan.
18 Angkuh tapi perduli
19 •Pusat perhatian•
20 •Konferensi Pers•
21 •Suami Firaun•
22 •Si Ungu Favorit Liam•
23 •Sandiwara Alina•
24 •Hati Liam Yang Patah•
25 •Sepahit Kopi Hitam•
26 •Hasrat Liam•
27 •Cinta di layar media•
28 •Si Kuning Punya Liam•
29 •Properti Iseng•
30 •Diam diam mencuri•
31 •Rasa yang tersembunyi •
32 *Pengawas Rahasia•
33 "Alina Mu'tasimah•
34 •Sebuah Do'a•
35 •Dambaan Hati•
36 •Wanita Masa Lalu•
37 •AyoTaruhan•
38 •Aku Menang•
39 •Nilai Perhatian•
40 •Hanya istri Trofi•
41 •Dilema•
42 •Sentuhan pertama•
43 •Rengkuhan Mendebarkan•
44 •Sisi Lain yang disembunyikan•
45 •Pengakuan•
46 •Hukuman mematikan•
47 •Ciuman pertama•
48 •Godaan Liam•
49 "Jangan Liam..."
50 •Drama pagi bikin Alina gengsi•
51 •Masa Lalu hadir lagi•
52 •Ambisi gila•
53 •Petaka di pesta•
54 •Rumah sakit•
55 •Perselisihan•
56 •Siapa pengkhianatnya?•
57 •Pertemuan Raka•
58 •Amarah Pak Hamzah•
59 •Permintaan Ayah•
60 •Permintaan Ayah 2•
61 •Ciuman pertama•
62 •Malam Kebahagiaan•
63 •Mandi Bersama•
64 •Penuh Cinta•
65 •Melaporkan Clara•
66 •Rapat Penting•
67 •Dukungan Keluarga•
68 •Gairah yang tertunda•
69 •Amarah & Gairah•
70 •Kekhawatiran Liam•
71 •Keraguan Alina•
72 •Perhatian adik Ipar•
73 •Nasehat Kakak Ipar•
74 •Alat Tes .....•
75 •Jadi Paman terbaik•
76 •Kegelisahan dan Harapan•
77 •Pengakuan yang menyesakkan•
78 •Masih Ada Harapan•
79 •Kebohongan kecil•
80 •Do'a Empat Bulanan•
81 •Kehangatan keluarga•
82 •Badai Perasaan•
83 •Penguntit•
84 •Pintu Jebakan•
85 •Firasat seorang istri•
86 •Lepaskan atau hancurkan?•
87 •Penyesalan Suami•
88 •Hitam di atas Putih•
89 •kecurigaan Evan•
90 •Berlian Untuk Alina•
91 •Misi Rahasia Evan•
92 •Amplop Putih berisi duka•
Episodes

Updated 92 Episodes

1
prolog
2
Jodoh Penyelamat Bisnis
3
Di Persimpangan Takdir
4
Bab 4. Bukan pernikahan impian
5
Bab. 5. Jangan buka cadarmu!
6
Di Balik Senyum Palsu
7
Bab .7. Air mata Perpisahan
8
Bab. 8. Istri Yang Tak Di Inginkan.
9
Bab. 9. Perjanjian
10
Munafik!
11
Bab. 10. Konflik yang memanas
12
Mempertahankan
13
Rencana.
14
Impulsif
15
Buka cadarmu Alina!
16
Meminta Pernyataan
17
Imbalan.
18
Angkuh tapi perduli
19
•Pusat perhatian•
20
•Konferensi Pers•
21
•Suami Firaun•
22
•Si Ungu Favorit Liam•
23
•Sandiwara Alina•
24
•Hati Liam Yang Patah•
25
•Sepahit Kopi Hitam•
26
•Hasrat Liam•
27
•Cinta di layar media•
28
•Si Kuning Punya Liam•
29
•Properti Iseng•
30
•Diam diam mencuri•
31
•Rasa yang tersembunyi •
32
*Pengawas Rahasia•
33
"Alina Mu'tasimah•
34
•Sebuah Do'a•
35
•Dambaan Hati•
36
•Wanita Masa Lalu•
37
•AyoTaruhan•
38
•Aku Menang•
39
•Nilai Perhatian•
40
•Hanya istri Trofi•
41
•Dilema•
42
•Sentuhan pertama•
43
•Rengkuhan Mendebarkan•
44
•Sisi Lain yang disembunyikan•
45
•Pengakuan•
46
•Hukuman mematikan•
47
•Ciuman pertama•
48
•Godaan Liam•
49
"Jangan Liam..."
50
•Drama pagi bikin Alina gengsi•
51
•Masa Lalu hadir lagi•
52
•Ambisi gila•
53
•Petaka di pesta•
54
•Rumah sakit•
55
•Perselisihan•
56
•Siapa pengkhianatnya?•
57
•Pertemuan Raka•
58
•Amarah Pak Hamzah•
59
•Permintaan Ayah•
60
•Permintaan Ayah 2•
61
•Ciuman pertama•
62
•Malam Kebahagiaan•
63
•Mandi Bersama•
64
•Penuh Cinta•
65
•Melaporkan Clara•
66
•Rapat Penting•
67
•Dukungan Keluarga•
68
•Gairah yang tertunda•
69
•Amarah & Gairah•
70
•Kekhawatiran Liam•
71
•Keraguan Alina•
72
•Perhatian adik Ipar•
73
•Nasehat Kakak Ipar•
74
•Alat Tes .....•
75
•Jadi Paman terbaik•
76
•Kegelisahan dan Harapan•
77
•Pengakuan yang menyesakkan•
78
•Masih Ada Harapan•
79
•Kebohongan kecil•
80
•Do'a Empat Bulanan•
81
•Kehangatan keluarga•
82
•Badai Perasaan•
83
•Penguntit•
84
•Pintu Jebakan•
85
•Firasat seorang istri•
86
•Lepaskan atau hancurkan?•
87
•Penyesalan Suami•
88
•Hitam di atas Putih•
89
•kecurigaan Evan•
90
•Berlian Untuk Alina•
91
•Misi Rahasia Evan•
92
•Amplop Putih berisi duka•

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!