7

Ditinggalkan sendirian di dalam mall, dengan setumpuk belanjaan di meja kasir. Arjun bingung, tidak tahu harus bagaimana. Siapa sebenarnya yang baru saja menghubungi Srikandi. Dan ada kejadian apa sehingga Srikandi begitu panik dan terburu-buru pergi.

Tapi sebenarnya yang berada dalam pikiran Arjun saat ini bukan hanya masalah itu. Masa bodoh Srikandi dengan segala masalahnya, dia tidak peduli. Yang jadi beban pikiran dia sekarang adalah, semua belanjaan mereka belum dibayar. Bahkan kasir belum selesai menghitungnya. Lalu siapa yang akan membayar semua ini.

"Untuk belanjaan nona Srikandi berjumlah Rp13.235.000. Petugas kami akan mengirimnya ke rumah beliau. Sedangkan belanjaan anda, semua berjumlah Rp 8.725.000."

Arjun menelan ludahnya kasar, keringat dingin bercucuran dari keningnya demi mendengar ucapan kasir tentang harga yang harus dia bayar sekarang.

"Ya Tuhan, bahkan untuk belanjaan Srikandi saja, itu menghabiskan tiga bulan tabunganku. Belum dengan belanjaanku sendiri." Arjun bergumam dalam hati.

"Lalu bagaimana sekarang, jika aku tak membayarkan belanjaan Srikandi, dan belanjaan itu tidak sampai ke rumahnya. Nantinya Srikandi akan berpikiran buruk padaku. Itu tidak boleh terjadi, Srikandi harus tetap berpikir bahwa aku adalah pria yang bisa diandalkan."

"Kak, maaf. Apa yang belanjaan saya bisa dibatalkan saja?" Arjun berbicara kepada kasir dengan menahan rasa malu di hatinya.

Mata kasir memicing, rautnya berubah menjadi sinis."Ternyata laki-laki modal udel." Petugas kasir itu bergumam dalam hati.

"Barang sudah dihitung, dan tinggal menunggu pembayaran. Lalu sekarang Anda ingin membatalkannya? Anda ingin mempermainkan kami?" Tanya kasir dengan nada sinis. "Tolong panggil manager ke sini!" Ucap kasir pada seorang temannya.

Temannya mengangguk lalu meninggalkan mereka dan tak lama datang kembali dengan seorang pria yang merupakan manajer mall tersebut.

"Kalau tidak punya uang kenapa belanja di mall besar sih?" gerutu seorang wanita yang mengantri di belakang Arjun. Mungkin wanita itu sengaja berbicara keras supaya yang lain mendengarnya.

"Iya, mungkin lelaki ini tadi menunggu wanita yang pergi tadi yang membayarkan belanjaannya." sahut teman dari wanita itu.

"Kasihan sekali nasib wanita itu tadi. Punya kekasih yang seperti ini. Sepertinya wanita itu tadi tidak sadar kalau dia hanya dimanfaatkan."

Berbagai gunjingan terdengar di belakangnya membuat wajah Arjun memerah bagaikan tomat busuk. Dia benar-benar malu hari ini.

"Ada yang bisa saya bantu?" Manager bertanya sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Pria ini mengambil banyak barang belanjaan, dan barang semuanya sudah dihitung. Akan tetapi tiba-tiba saja dia bilang ingin membatalkan belanjanya." Kasir yang bertugas menghitung barang belanjaan menjawab sebelum Arjun sempat buka suara.

"Maaf," Pak manajer menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa seperti itu. Barang yang sudah diambil dan dihitung tetap harus dibayar." Lanjut Pak Manager.

Mendengar ucapan pak manager yang terdengar sangat tegas, membuat Arjun tak bisa berkutik. Ditambah lagi gunjingan-gunjingan dari orang-orang yang mengantri di belakangnya. Dengan terpaksa pria itu mengeluarkan kartu ATM-nya.

"Habis sudah tabunganku selama lima bulan ini." Gumam Arjun ketika menerima kembali kartu ATM yang disodorkan oleh kasir.

Disalah satu sudut, seorang pria tersenyum manis sambil bersandar pada sebuah tiang penyangga gedung. Dengan kacamata hitam bertengger di atas hidung, dua tangan yang tersimpan di saku celana, satu kaki disilangkan depan kaki lainnya, jas yang tersibak menonjolkan badan kekarnya meski tertutup Hem putih. Pria itu benar benar menawan.

"Wanitaku memang benar-benar cerdik, dan juga sekaligus juga licik. Tak apa, itu membuat aku semakin tergila-gila padanya."

Yudistira. Ternyata pria itu sedari tadi membuntuti kemanapun Srikandi dan Arjun pergi. Dan saat ini ikut menjadi saksi peristiwa betapa malangnya nasib Arjun. Dan dia tahu itu memang disengaja oleh Srikandi.

"Itu baru hukuman dari Sika. Setelah Shika puas, kau baru akan merasakan hukuman yang sesungguhnya dariku." Yudistira bergumam sambil menatap lurus ke arah Arjun, tampak olehnya pria yang dia sebut pecundang itu berkali-kali mengusap keringat di wajah kucelnya.

Dengan langkah gontai Arjun meninggalkan tempat kasir. Di tangan kiri dan kanannya penuh dengan belanjaan. Barang-barang mewah yang tadi dia pilih dengan gembira. Tetapi saat ini hatinya benar-benar tidak gembira, karena kali ini dia terpaksa harus membayarnya dengan uang sendiri.

Melihat Arjun melangkah keluar, Yudistira pun segera bangkit dari tempatnya bersandar. Diapun juga ingin segera pulang.

"Kalau aku bermain-main sedikit dengan pecundang itu pasti seru!" Satu ide cemerlang tiba tiba muncul di otaknya, membuat pria itu tersenyum menyeringai. Pria itu pun segera mengambil ponsel yang tersimpan di saku jasnya.

"Ya, Tuan?" Sapa suara di seberang sana.

"Ada tugas kecil untukmu. Dengar ... ... ... Apa kau paham?"

"Akan saya kerjakan, Tuan."

Yudistira menyimpan kembali ponselnya, dan segera melangkah keluar dari mall tersebut.

Arjuna

Sesampai di halaman mall, masalah baru datang menghampiri. Dengan apa dia akan pulang sekarang, sedangkan mobilnya masih terparkir manis di pelataran perusahaan tempat Srikandi bekerja.

Menyeret langkahnya yang terseok menuju pinggir jalan, mungkin dia akan menyegat angkutan umum saja. Karena jarak mall ini sampai ke rumahnya sangat jauh. Jika dia akan pulang menggunakan taksi, entah berapa banyak argo yang harus dia bayarkan. Sedangkan tabungannya saja sudah terkuras.

"Seharusnya aku pulang dengan mobil mewah Srikandi sekarang. Siapa yang sebenarnya menghubungi Srikandi. Dan ada kejadian apa?"

Bersandar pada sebuah tiang listrik yang berdiri tegak di pinggir jalan, seraya memegangi perutnya yang terasa melilit. Bukan hanya malu, bukan hanya lemas. Saat ini dia juga sedang kelaparan. Dia belum makan sejak pulang dari kerja tadi. Rencananya dia akan makan bersama Srikandi setelah selesai shopping. Tapi ternyata rencana tinggallah rencana.

Di pinggir jalan yang tak jauh dari tempat Arjun berdiri bersandar. Di sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik, seorang pria menggenggam setir dengan tersenyum. Dia sedang menunggu sesuatu.

Satu menit, dua menit, tiga menit, dan... ... ...

"Jambret.. tolong.. jambret...!"

Ha ha ha ha...

Yudistira tertawa terbahak-bahak, melihat Arjun berlari mengejar dua orang pengendara sepeda motor yang merampas barang belanjaannya.

"Waktunya aku juga pulang sekarang. Tampaknya berendam dalam air hangat, sangat cocok dengan suasana sore yang bahagia ini!" ucap Yudistira kemudian segera menjalankan mobilnya. Sudah tak lagi peduli dengan apa yang akan terjadi pada Arjun setelahnya.

Ternyata yang tadi dihubungi oleh Yudistira adalah salah seorang anak buahnya. Yudistira memerintahkan anak buahnya agar mengatur seorang preman untuk merampas barang belanjaan Arjun.

Tubuh Arjun luruh di atas jalan beraspal. Dia menangis tergugu. Hilang sudah semuanya. Hancur sudah segala angan indah yang tersusun rapi.

Ke mana semua rencana indah yang telah dia khayalkan tadi pagi? Kenapa semuanya berbalik 180 derajat. Bukan keindahan yang dia dapatkan. Melainkan kemalangan bertubi-tubi. Dan diantara semua kemalangan itu, melayangnya tabungan selama lima bulan yang paling dia sesalkan.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Rasakan Arjun pembalasan srikandi laki2 kok sangat matre skl

2024-12-03

1

Masfaah Emah

Masfaah Emah

hanya tiga kata"kacian deh Lo"😂😂😂

2024-11-13

1

Sukhana Ana lestari

Sukhana Ana lestari

Emang enak di kerjain Srikandi..
Sukoooor

2024-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!