6. Gelisah • Revisi

Calvin tak membalas, memandang Chester dengan tatapan datar. Namun, bola mata mungil di balik topeng itu, membuatnya sedikit terganggu. Gangguan aneh yang tidak dapat dia jelaskan sama sekali sekarang.

"Paman minggil!" seru Chester dengan muka mulai merah karena harus menahan pipis sejak tadi.

Untuk kedua kalinya Calvin tidak menanggapi, malah melangkah cepat menuju wastafel. Setelah jalannya tak dihalangi, Chester pun berlari kencang ke pintu toilet.

"Apa dia pergi sendirian?" gumam Calvin pelan seraya melirik ke arah Chester melalui cermin wastafel. Yang saat ini sudah masuk ke dalam toilet.

Setelah selesai mencuci tangan, bukannya langsung keluar. Calvin malah memutar badan kemudian mengalihkan pandangan ke arah pintu di mana Chester masuk tadi.

Tak berselang lama, Chester pun keluar dari toilet sambil membuang napas lega.

Dalam jarak empat meter, Calvin tak berniat sekali pun mengalihkan perhatian dari Chester. Anak laki-laki itu seperti sebuah magnet. Menariknya untuk tidak keluar dari toilet sekarang juga.

"Akhilnya, selesai juga," celetuk Chester sambil merapikan celana sejenak.

Dalam hitungan detik, Chester merasa ada sepasang mata mengintainya sekarang. Dengan cepat dia menoleh ke depan, melihat Calvin masih berada di dalam.

"Di mana orang tuamu?" tanya Calvin seketika.

Dengan takut-takut Chester secara perlahan-lahan menghampiri Calvin. "Ada di toko pakaian."

Calvin tampak terkejut. Urat-urat di wajahnya mendadak menegang. "Jadi kamu ke sini sendirian, tidak ditemani orang tuamu?" tanyanya dengan nada yang sangat dingin. Membuat Chester mulai merasa tak nyaman.

Chester tersenyum kaku. "Iy—a Paman, mama lagi bayal pakaian, kalau begitu Chestel kelual du—"

"Aku akan mengantarmu ke tempat mamamu! Orang tua macam apa yang membiarkan anaknya sendirian pergi ke toilet!" potong Calvin dengan raut wajah kesal.

Chester menyengir kuda karena Calvin sepertinya kesal dengan mamanya.

"Nggak usah Paman, tadi Mama memang mau antal Chestel, tapi Chestel nggak mampu nahan pipis," jelas Chester, berharap Calvin tidak marah pada mamanya.

Calvin enggan menyahut, malah menyambar cepat tangan Chester. Baru saja tangan mungil itu hinggap di tangannya, Calvin terpaku di tempat sejenak saat menyentuh tangan Chester. Ada sesuatu aneh merayap di hatinya. Sesuatu yang lagi dan lagi tak bisa dia jabarkan.

"Paman, bialin Chestel sendilian!" Chester dengan cepat menarik tangan. Dia pernah diajari Juwita untuk tidak boleh terlalu akrab dengan orang yang baru dikenal.

Namun, Calvin menahan dan menggandeng erat tangannya sekarang.

"Nggak boleh, kamu masih kecil. Aku nggak merasa direpotkan, ayo kita ketemu Mamamu, jangan takut aku nggak akan macam-macam, mamamu karyawanku," ujar Calvin, sorot matanya masih dingin.

'Aduh, Paman ini kenapa ya?' batin Chester sesaat.

Chester tak berani membantah. Bocah lelaki itu hanya pasrah saat Calvin menyeretnya keluar dari toilet.

"Apa nama toko pakaian di tempat kalian belanja?" tanya Calvin tiba-tiba saat sudah berada di luar toilet.

Chester mendongakkan wajah lalu melempar senyum hambar.

"Um, Chestel lupa nama tokonya, tapi Chestel ingat letaknya," kata Chester.

Sementara itu, di lantai yang sama. Juwita sudah selesai membayar belanjaan. Lantas bergegas pergi menuju ke toilet. Juwita begitu gelisah. Perasaannya sangat tak nyaman dari tadi. Namun, suara Putri di belakang membuat langkah kakinya terhenti tiba-tiba.

"Astaga, sempit sekali dunia ini, ketemu di sini juga kita!" seru Putri sambil mengeluarkan tawa mengejek.

Secepat kilat Juwita membalikkan badan. Kehadiran Putri di mall membuat Juwita makin gelisah. Dia berharap wanita di hadapannya ini tidak pergi dengan Calvin. Kalau pun iya, Juwita mendadak cemas jika Calvin bertemu Chester saat ini. Maka dari itu, dia harus pergi ke toilet secepat mungkin untuk memastikan praduganya itu salah.

"Hai Putri, kamu sedang berbelanja juga ya?" tanya Juwita sambil melempar senyum tipis, meskipun sang lawan bicara memandangnya dengan remeh saat ini.

Melihat senyum Juwita, Putri mendadak geram dan kesal. Dahulu Putri membuli Juwita karena Juwita salah satu siswi di sekolah, yang latar belakangnya berbeda dari murid yang lain. Orang tua Juwita dari keluarga biasa dan bukan orang terpandang. Namun, anehnya Juwita bisa masuk ke sekolah yang mahal dan ternama. Bukan hanya itu ada hal lain lagi, yang membuat Putri jadi makin tidak suka pada Juwita.

"Kamu masih bertanya, tentu saja aku belanja, aku malah aneh kenapa kamu ada di tempat seperti ini! Memangnya kamu punya uang?" Putri bertanya dengan senyum sinis merekah di bibir.

Juwita tak terpancing dengan perkataan Putri. Wanita yang memakai rok sebatas lutut, kemeja putih dan blazer hitam itu malah semakin menggembangkan senyuman.

"Tentu saja aku punya uang Putri, aku sudah bekerja, sudah sepantasnya aku bisa membeli apa pun yang aku inginkan, kalau begitu aku permisi dulu. Aku mau bertemu seseorang."

Juwita hendak melangkah. Namun, Putri menahan tangannya tiba-tiba.

"Siapa yang menyuruhmu pergi! Aku belum selesai bicara! Apa kamu tidak punya urat malu hah?! Aku baru saja merendahkanmu!" seru Putri dengan mata melotot keluar.

Suara meninggi Putri membuat beberapa pengunjung mall sesekali memusatkan perhatian ke arah Juwita dan Putri.

"Putri, kalau kamu mau merendahkanku, silakan saja dan aku tidak peduli, bukankah di matamu aku selalu rendah. Sampai sekarang aku masih heran mengapa kamu selalu mengangguku? Padahal aku tidak pernah menganggumu," balas Juwita lalu menghempas kuat tangan Putri.

"Apa karena kamu masih dendam dulu saat aku dikirim pihak sekolah mengikuti olimpiade Fisika? Percayalah Putri aku juga tidak menyangka akan dikirim olimpiade, mengapa kamu tidak bisa melupakan kejadian beberapa tahun silam?" sambung Juwita mulai lelah dengan sikap Putri.

Juwita berusaha menebak alasan Putri membencinya. Sebab setelah Juwita membawa pulang piala dan mengharumkan nama sekolah. Sejak hari itu, Putri kerap kali membulinya. Putri juga menghasut semua murid di sekolah bila Juwita mencari perhatian dengan kepala sekolah.

Kala itu, ketika baru saja menduduki bangku SMA, Juwita dan Putri selalu berkompetisi untuk mendapatkan prestasi baik di bidang akademis dan non-akademis. Dahulu Putri adalah primadona sekolah, sementara dirinya hanyalah benalu. Meskipun begitu, Juwita tidak pantang menyerah, tujuannya adalah harus selalu mendapatkan peringkat di kelas.

Hingga suatu hari, kepala sekolah mengumumkan bahwa Juwita ditunjuk sebagai perwakilan mengikuti olimpiade tingkat nasional. Padahal sebelumnya terdengar desas-desus Putri yang akan dikirim.

Putri menyeringai tipis. "Dasar orang miskin! Aku tidak dendam, untuk apa aku dendam dengan orang miskin sepertimu! Tidak usah mengatur-atur aku! Baguslah kalau kamu sadar diri! Meskipun penampilanmu berubah tapi sikapmu selalu membuatku muak sampai sekarang!"

Memang benar, alasan Putri membenci Juwita karena perihal olimpiade. Padahal Putri sudah menggunakan kekuasaan orang tuanya untuk mengikuti ajang tersebut. Namun, 1 hari sebelum lomba dimulai, nama Juwita yang disebut.

Tentu saja, Putri marah besar karena orang tua Putri mengatakan jika dia tidak memenangkan olimpiade. Maka, uang jajannya akan dikurangi dan fasilitas yang telah diberikan akan ditarik, dan terjadilah yang tidak diinginkan Putri. Tidak hanya itu, Putri juga disiksa oleh kedua orang tuanya.

"Sudahlah, aku pergi dulu, kuharap kita tidak bertemu lagi," ucap Juwita. Tanpa mendengarkan tanggapan Putri, dia membalikkan badan dengan cepat.

Akan tetapi, mata Juwita tiba-tiba terbelalak saat melihat Chester dan Calvin melangkah ke arahnya sambil bergandengan tangan sekarang.

Terpopuler

Comments

Lies Atikah

Lies Atikah

juita nya sekarng di bikin cantik dong biar pangling si kalpin inimah si kalpin nya pas ketemu B aja kasian banget udah di campakan gak di hargai. ngenes banget mana ada anak dasar si kalvin berengsek kenapa gak lu cerein aja jadi emosi

2025-01-11

0

Bzaa

Bzaa

si putri.. kejadian udah lm2 jg

2024-11-24

0

Rusmini Rusmini

Rusmini Rusmini

/Sweat//Sweat//Sweat/

2024-12-28

1

lihat semua
Episodes
1 1. Bertemu Kembali
2 2. Kala Itu
3 3. Masih Sama
4 4. Pergi ke Mall • Revisi
5 5. Bertemu • Revisi
6 6. Gelisah • Revisi
7 7. Dilema • Revisi
8 8. Jangan-jangan! • Revisi
9 9. Terpaksa Berbohong • Revisi
10 10. Aneh
11 11. Berbeda
12 12. Heran
13 13. Marah Besar
14 14. Terkesima
15 15. Bingung
16 16. Membeku
17 17. Apa Salahnya?
18 18. Tidak Masuk Akal
19 19. Cemburu
20 20. Tidak Menyerah
21 21. Dipecat!
22 22. Jangan Pecat!
23 23. Jadi Sekretaris
24 24. ke Apartment
25 25. Sisi Lain Calvin
26 26. Menjahili • Revisi
27 27. Kesal • Revisi
28 28. Perintah • Revisi
29 29. Ceraikan Juwita • Revisi
30 30. Janji • Revisi
31 31. Pertemuan di Mall • Revisi
32 32. Tanda Lahir • Revisi
33 33. Calvin Bertemu Chester • Revisi
34 34. Curiga • Revisi
35 35. Cemburu
36 36. Terjadi Sesuatu
37 37. Memberi Pelajaran
38 38. Semakin Curiga • Revisi
39 39. Penasaran • Revisi
40 40. Membeku
41 41. Gugup
42 42. Penjelasan • Revisi
43 43. Kecewa • Revisi
44 44. Kesal • Revisi
45 45. Reuni • Revisi
46 46. Keributan
47 PENGUMUMAN PENTING!!!
48 48. Jebakan
49 49. Sentuh Aku
50 50. Burung Perkutut
51 51. Lesu
52 52. Di mana Dia?
53 53. Pelaku
54 54. Tidak Merestui
55 55. Kecewa
56 56. Otak Marisa Dicuci
57 57. Utarakan
58 58. Mengungkapkan Perasaan
59 59. Aku Meminta Hakku!
60 60. Sudah Tidak Tahan
61 61. Masuk ke Sarang
62 62. Cucuku
63 63. Bulan Madu
64 64. Tujuan Gustav
65 65. Selesai ~ TAMAT
66 Novel Baru ~ Wanita Lain di Hati, Suamiku!
Episodes

Updated 66 Episodes

1
1. Bertemu Kembali
2
2. Kala Itu
3
3. Masih Sama
4
4. Pergi ke Mall • Revisi
5
5. Bertemu • Revisi
6
6. Gelisah • Revisi
7
7. Dilema • Revisi
8
8. Jangan-jangan! • Revisi
9
9. Terpaksa Berbohong • Revisi
10
10. Aneh
11
11. Berbeda
12
12. Heran
13
13. Marah Besar
14
14. Terkesima
15
15. Bingung
16
16. Membeku
17
17. Apa Salahnya?
18
18. Tidak Masuk Akal
19
19. Cemburu
20
20. Tidak Menyerah
21
21. Dipecat!
22
22. Jangan Pecat!
23
23. Jadi Sekretaris
24
24. ke Apartment
25
25. Sisi Lain Calvin
26
26. Menjahili • Revisi
27
27. Kesal • Revisi
28
28. Perintah • Revisi
29
29. Ceraikan Juwita • Revisi
30
30. Janji • Revisi
31
31. Pertemuan di Mall • Revisi
32
32. Tanda Lahir • Revisi
33
33. Calvin Bertemu Chester • Revisi
34
34. Curiga • Revisi
35
35. Cemburu
36
36. Terjadi Sesuatu
37
37. Memberi Pelajaran
38
38. Semakin Curiga • Revisi
39
39. Penasaran • Revisi
40
40. Membeku
41
41. Gugup
42
42. Penjelasan • Revisi
43
43. Kecewa • Revisi
44
44. Kesal • Revisi
45
45. Reuni • Revisi
46
46. Keributan
47
PENGUMUMAN PENTING!!!
48
48. Jebakan
49
49. Sentuh Aku
50
50. Burung Perkutut
51
51. Lesu
52
52. Di mana Dia?
53
53. Pelaku
54
54. Tidak Merestui
55
55. Kecewa
56
56. Otak Marisa Dicuci
57
57. Utarakan
58
58. Mengungkapkan Perasaan
59
59. Aku Meminta Hakku!
60
60. Sudah Tidak Tahan
61
61. Masuk ke Sarang
62
62. Cucuku
63
63. Bulan Madu
64
64. Tujuan Gustav
65
65. Selesai ~ TAMAT
66
Novel Baru ~ Wanita Lain di Hati, Suamiku!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!