Bab 18

Hubungan mereka semakin dekat setelah ungkapan Orlando beberapa hari yang lalu. Enza kembali berkuliah dan menjalani hari-harinya seperti biasanya. Meskipun masih banyak beberapa orang yang memandang sinis kearah Enza.

Seperti hari ini. Orlando mengantarkan Enza ke kampus sebelum berangkat ke kantor.

Sebelum turun dari mobil. Orlando mengecup kening dan kedua pipi istrinya sebelum turun dari mobil.

"Aku akan menjemputmu nanti siang." kata Orlando dengan tatapan lembut.

Enza tersenyum manis sebelum turun dari mobil.

Orlando menunggu istrinya sampai menghilang masuk ke dalam bangunan kampus.

"Akhirnya kamu masuk setelah 1 bulan ijin." ujar Sandra merangkul Enza.

"Bagaimana perasaan mu setelah menikah dengan Mr. Gultom?" bisik Sandra membuat Fidelis ikut penasaran dengan topik pembicaraan mereka.

"Pernikahan kami berjalan seperti pernikahan pada umumnya. Kami sudah mulai berdamai dengan takdir kami. Tapi--" ucapan Enza terhenti saat mengingat ucapan Orlando terakhir kali.

"Tapi apa?" tanya Sandra penasaran.

"Tidak apa-apa. Aku tidak bisa mengatakannya untuk sekarang." sahut Enza tersenyum tipis.

"Tidak bisakah kamu mengatakannya sekarang?" tanya Sandra dengan wajah penasaran.

"Aku akan menceritakan semuanya saat hatiku sudah siap menerimanya." kata Enza tersenyum tipis.

"Baiklah."

Cassandra tidak lagi bertanya lebih jauh mengenai pernikahan Enza.

Mereka masuk ke dalam kelas dan mengikuti mata kuliah ekonomi bisnis yang akan segera dimulai.

Disisi lain

Orlando mengendarai mobilnya menuju salah satu perusahaannya. Tak beberapa lama Ia tiba di sebuah gedung pencakar langit yang berdiri kokoh di sekitar gedung-gedung tinggi apartemen mewah dan pusat perbelanjaan kebutuhan rumah tangga.

Dari kejauhan seorang pria muda melangkah dengan buru-buru menghampiri mobil Orlando. Ia dengan gesit membuka pintu mobil pengemudi dan mempersilahkan Orlando turun dari mobil.

"Bagaimana perkembangan perusahaan kita selama sebulan ini?" tanya Orlando melangkah masuk ke dalam perusahaan.

"Semuanya berjalan dengan lancar, Tuan. Salah satu investor besar dari Arnold group mau bertemu dengan Anda Minggu ini."

Ucapan pria itu menghentikan langkah Orlando.

"Sepertinya mereka sudah mengetahui identitas ku." tanya Orlando dengan tatapan tajam.

"Benar, Tuan. Setelah saya selidiki. Ternyata selama beberapa Minggu ini mereka sedang menargetkan perusahaan kita. Apa lagi beberapa bulan terakhir perusahaan kita berkembang dengan sangat pesat." kata pria itu.

Mereka kemudian masuk ke dalam lift dan lift bergerak menuju lantai 20.

"Hilbert! Minta mereka menemui ku besok pagi."kata Orlando sebelum keluar dari dalam lift.

"Baik, Tuan."

Hilbert melangkah menuju meja kerjanya dan melaksanakan perintah Orlando.

Orlando bergelut dengan pekerjaan hingga menjelang siang. Ia menghentikan pekerjaannya saat terdengar ringtone suara panggilan masuk dari ponselnya.

"Hallo?"

[5 menit lagi kelas akan usai. Bisakah kamu menjemput ku?]

Orlando melirik sekilas kearah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Baiklah. Tunggu aku di parkiran kampus." sahut Orlando sebelum mengakhiri panggilan masuk dari istrinya.

Saat keluar dari ruangannya, Orlando melihat Hilbert masih berkutik dengan pekerjaannya.

"Apa kau tidak istirahat?" tanya Orlando dengan wajah bingung menatap asisten sekaligus sekretarisnya.

Hilbert menghentikan pekerjaannya dan berucap dengan wajah ramah.

"Pekerjaan saya hampir rampung, Tuan. Saya akan istirahat setelah pekerjaan saya selesai."

"Aku akan keluar makan siang bersama istriku."

"Apa anda akan kembali ke perusahaan setelah makan siang?" tanya Hilbert sembari memeriksa jadwal Orlando hari ini.

"Iya. Aku hanya makan siang sekaligus mengantar istriku pulang ke rumah. Aku masih memiliki beberapa pekerjaan yang belum selesai." jawab Orlando.

"Baik, Tuan."

Orlando melanjutkan langkahnya dan mau ke lift setelah mengobrol sebentar dengan asistennya.

Di Kampus

Perkuliahan telah usai. Enza, Sandra dan Fidelis melangkah menuju parkiran kampus.

Tanpa sengaja mereka berpapasan dengan seorang dosen berwajah tampan yang akan menggantikan Orlando menjadi dosen baru disana.

"Selamat siang Mr. Sutomo." sapa Sandra saat berpapasan dengan dosen baru itu.

"Selamat siang."

"Mr. Sutomo begitu tampan dan ramah. Aku merasa penasaran wanita seperti apa yang beruntung dicintai olehnya."

"Dengar-dengar Mr Sutomo berdarah asia." celetuk Fidelis.

"Kamu benar. Mr Sutomo berasal dari Indonesia." kata Sandra menatap punggung lebar Burhanuddin Sutomo yang semakin menjauh.

Enza mengikuti arah pandangan mata Sandra.

Saat sedang asyik-asyiknya bercerita. Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di samping mereka.

Kaca mobil itu tiba-tiba terbuka dengan perlahan.

"Masuk!" kata Orlando dengan wajah datar.

"Aku pulang duluan. Nanti aku kabari via WhatsApp." kata Enza berpamitan dengan kedua sahabatnya.

Mobil melaju meninggalkan area kampus.

Sepanjang perjalanan Orlando lebih banyak diam dan menatap jalan raya dengan wajah dingin.

"Kamu kenapa?" tanya Enza menatap wajah datar dan dingin suaminya.

Orlando tetap diam sampai mereka tiba di depan sebuah restoran mewah Italia. Orlando langsung turun setelah mobil terparkir dengan rapi. Enza mengikuti suaminya turun dari mobil.

"Reservasi atas nama Mr Gultom!"

Pelayan restoran memeriksa komputernya dan mengarahkan Orlando berserta istrinya kearah salah satu ruangan privat disana.

Orlando dan Enza masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di kursi. Mereka duduk di kursi yang berjauhan.

"Kamu kenapa?" tanya Enza lagi dengan wajah bingung melihat sikap suaminya.

"Kemari!" pinta Orlando dengan nada tegas.

Enza berdiri dan melangkah kearah suaminya dan menatap wajah kesal pria itu dengan raut wajah bingung.

Orlando berdiri dan menarik pinggang Enza dengan sedikit kasar. Tubuh mereka saling bersentuhan.

Enza tersentak dan terkejut dengan tindakan cepat suaminya.

"Kamu--"

"Jangan pernah menatap pria lain lebih dari satu detik jika kau sudah memiliki ku!" potong Orlando membuat Enza tersenyum simpul.

Enza melingkarkan kedua tangannya dan tersenyum jahil menatap wajah cemburu suaminya.

"Apa kamu cemburu?" tanya Enza tersenyum simpul.

Orlando mengalihkan pandanganya ke samping dan berkata dengan ketus.

"Cih! Siapa juga yang cemburu!"

"Benarkah?"

Enza semakin bahagia melihat perubahan sikap suaminya. Entah kenapa tiba-tiba terselip satu harapan baru di hati Enza. Ia yakin suatu hari nanti Orlando akan mencintainya sepenuh hati. Mereka hanya butuh waktu lebih buat saling memahami.

Entah dari mana datangnya keberanian wanita itu. Enza menyentuh pipi kokoh Orlando dengan lembut. Kelima jemari ramping itu bergerak dengan lembut.

"Tatap mataku." pinta Enza mengalihkan pandangan suaminya kearah wajahnya. Tatapan mereka saling bertemu hingga membuat suasana di ruangan itu berubah sunyi.

Kedua mata Orlando terpejam merasakan sentuhan istrinya.

Enza menyentuh lembut kelopak mata terpejam suaminya.

"Bukankah sepasang mata ini berfungsi untuk melihat. Aku melihat pria lain bukan karena aku terpesona atau kagum padanya."

"Selama bertahun-tahun aku hanya mencintaimu seorang. Bahkan satu tahun melarikan diri ke Inggris tidak berarti apa-apa."

"Bukankah hasilnya tetap sama. Aku tetap mencintaimu! Bahkan aku harus menggunakan cara kotor mendapatkan mu."

"Jangan cemburu. Ruangan di hatiku hanya tersimpan khusus untukmu."

Enza mencium bibir tipis suaminya dengan lembut.

Suasana hati Orlando tiba-tiba berubah menjadi lebih baik. Ia membalas ciuman istrinya dengan lebih intens.

Kehadiran seorang pelayan membuyarkan suasana manis itu.

Dengan wajah malu-malu, Enza memeluk suaminya dengan hangat.

Terpopuler

Comments

macarena_macarena2

macarena_macarena2

lanjuuuutttt

2024-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!