Setibanya di Maldives, Orlando diantar ke sebuah rumah sakit besar yang ada di Maldives. Ia merasa bingung saat menyadari anggota Black Mamba yang menjemputnya malah membawanya ke rumah sakit.
"Mengapa kalian membawaku ke rumah sakit? Bukankah kita akan menemui kedua saudara ku?" tanya Orlando menatap tajam kearah sang pengemudi.
"Anda akan mengetahuinya setelah masuk ke dalam, Tuan muda." jawaban singkat itu membuat Orlando sedikit cemas.
Orlando memutuskan turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit.
Setibanya di salah satu lorong rumah sakit khusus ruangan UGD. Orlando melihat beberapa pria berusia matang dan muda sedang menunggu kedatangannya.
"Kak!" panggil Orlando saat melihat Oscar juga ada disana.
"Ternyata kau sudah sampai."
"Dimana Sean?" tanya Orlando dengan wajah penasaran memperhatikan orang-orang sekitarnya.
"Sean dan Daniella masih kritis setelah terjatuh dari tebing. Dokter sedang melakukan operasi pengangkatan peluru yang bersarang di tubuh Daniella."
Deg
Orlando terkejut mendengar ucapan saudaranya. Ia pikir Sean sudah ditemukan dalam keadaan sehat jasmani. Namun, Sean malah ditemukan dalam keadaan yang tak terduga.
"Mengapa mereka bisa jatuh dari tebing? Sebenarnya apa yang terjadi!" tanya Orlando mencecar saudaranya.
"Hubungan percintaan mereka cukup rumit dan dipenuhi dengan banyaknya kesalahpahaman."
Oscar mulai menceritakan alasan Sean dan Daniella jatuh dari tebing.
"Sebenarnya Sean mengalami amnesia akibat kecelakaan 3 tahun yang lalu. Seseorang diam-diam menyelamatkannya dan menyembunyikan keberadaannya. Untuk memulihkan ingatan Sean, Daniella membawa Sean ke salah satu wisata Atol yang ada di pulau Maldives."
"Tanpa disangka-sangka, wanita yang selama menyembunyikan keberadaan Sean merupakan wanita berbahaya dan berasal dari Kartel mafia musuh."
"Wanita itu mendorong Daniella ke arah jurang dan menembaki tubuhnya sebanyak 3 tembakan hingga terjatuh ke jurang. Moment itu mungkin menganggu ingatan Sean hingga ikut terjatuh ke jurang saat bergelantungan di pinggir jurang."
Orlando mengepalkan tangannya mendengar cerita saudaranya.
"Lalu dimana wanita itu?" tanya Orlando dengan aura kemarahan yang kental.
"Polisi sudah mengamankannya, Tuan muda." ucap Mike menjawab pertanyaan Orlando.
Tak beberapa lama seorang dokter keluar dari ruangan operasi. Dengan raut wajah lelah dokter itu meminta salah satu keluarga pasien menemuinya di ruangannya.
Oscar meminta Matteo yang mewakili mereka menemui dokter.
"Lebih baik kau yang mewakili kami berbicara dengan dokter Robert. Aku masih mau memastikan bagaimana keadaan Sean." ujar Oscar menatap saudara kembar Daniella.
Matteo kemudian berlalu dari sana mengikuti langkah dokter Robert.
Orlando memutuskan duduk di kursi rumah sakit sembari menunggu dokter keluar dari ruangan operasi. Ia berharap Sean akan baik-baik saja.
"Setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Mengapa Sean harus berakhir seperti ini? Sebenarnya kenapa wanita itu menyembunyikan keberadaan Sean?" tanya Orlando dengan tatapan rumit menatap pintu ruangan operasi yang ditempati Sean.
"Apa yang tidak bisa orang lakukan jika cinta sudah membutakannya." sahut Andreas sebelum berlalu dari sana.
Andreas menghentikan langkahnya saat melihat Matteo datang dengan wajah termenung.
"Dokter berkata apa?" tanya Andreas menghentikan langkah saudaranya.
"Operasi pengangkatan peluru telah berhasil. Tapi--"
"Tapi apa?" tanya seorang pria dengan wajah panik mendekat kearah mereka menggunakan kursi rodanya.
"Dad..." lirih Matteo dan Andreas melihat kedatangan ayah mereka.
"Matt! Cepat jawab pertanyaan Daddy!" cecar Alexander dengan wajah tidak sabaran.
"Besar kemungkinan kakak mengalami koma dan tidak tahu kapan akan terbangun dari tidurnya."
Deg
Semua orang yang ada disana cukup terkejut mendengar perkataan Matteo.
Tak beberapa lama dokter yang menangani Sean keluar dari ruangan operasi dan mengatakan hal yang sama. Hingga membuat suasana di koridor rumah sakit menjadi mencekam dengan aura kesedihan yang cukup kental.
"Setelah keadaan mereka memungkinkan untuk dibawa pulang kembali ke Roma. Kami akan mengusahakan dokter terbaik untuk merawat mereka berdua." kata Oscar memberikan sedikit saran mengurangi kesedihan di hati semua orang.
Orlando memutuskan pergi dari rumah sakit setelah mengetahui bagaimana keadaan Sean.
Setibanya di hotel tempatnya menginap. Orlando duduk di sofa sembari memejamkan kedua matanya. Ia seakan menerawang kemungkinan apa yang akan terjadi jika keadaan Sean dan Daniella tidak membaik.
Tanpa sadar Orlando akhirnya tertidur pulas tanpa minum ataupun makan malam.
Saat hari sudah semakin larut. Orlando terbangun dari tidurnya. Ia memperhatikan sekitarnya dengan setengah sadar. Setelah sadar Orlando turun dari sofa dan memutuskan mandi.
Orlando keluar dari hotel menggunakan pakaian casual dan menenteng sebuah paper bag berwarna hitam.
Pria itu masuk ke dalam mobil yang dipakai anggota Black Mamba saat menjemputnya.
Tak beberapa lama mobil yang dikendarai Orlando tiba di depan kantor polisi. Ia menatap bangun itu dengan tatapan yang cukup menyeramkan. Orlando mengganti pakaiannya dengan pakaian hitam dan menyelipkan sebuah benda asing di saku celananya.
Orlando memutuskan keluar dari mobil dan tak beberapa lama raut wajah itu kembali berubah datar.
Orlando menemui seorang pria paruh baya berseragam polisi dan berbincang sebentar sebelum diarahkan melangkah menuju salah satu bangsal jeruji besi yang ada disana.
"Aku ingin menemuinya."
Polisi paruh baya itu mengangguk mendengar permintaan Orlando.
Orlando tersenyum menyeringai saat melihat seorang wanita tidur meringkuk di atas lantai. Petugas itu membuka bangsal jeruji besi dan membiarkan Orlando masuk ke dalam.
"Lanjutkan rencana selanjutnya." ujar Orlando membuat petugas polisi itu mengangguk mengerti.
Tiba-tiba wanita itu terperanjat saat merasakan sentuhan dingin seseorang di wajahnya.
"Si-siapa kamu!" tanya wanita itu dengan suara terbata-bata.
Orlando tersenyum manis hingga membuat wanita itu terdiam.
"Apa kau ingin keluar dari sini? Aku bisa saja membantumu keluar dari tempat gelap ini! Hanya dengan satu syarat. Kau harus menuruti perkataan ku!"
"Aku tidak akan percaya dengan orang asing seperti mu!" tegas Celine mundur dengan cara ngesot menjauh dari Orlando. Ia takut Orlando hanya membual dan memanfaatkan dirinya.
Orlando tersenyum menyeringai mendengar ucapan tegas Celine.
"Dengar-dengar sepasang korban yang kau bunuh mengalami luka serius. Jika mereka meminta mu di hukum mati dengan pasal pembunuhan berencana. Kira-kira pengadilan akan menyetujui permintaan mereka atau tidak?"
Deg
Celine tiba-tiba ketakutan mendengar ucapan Orlando. Perlahan keteguhan di dalam hatinya mulai pudar.
Celine termenung beberapa saat sebelum bertanya dengan suara lirih.
"Menuruti perkataan mu seperti apa yang kau maksud?"
Orlando tersenyum tipis dan menatap tatapan penuh harapan Celine dengan tatapan misterius.
"Kau hanya perlu ikut aku keluar dari sini."
"Benarkah?" tanya Celine memastikan pendengarannya.
"Ya. Benar. Kau hanya perlu ikut aku keluar dari tempat pengap ini."
"Baiklah! Aku akan ikut denganmu keluar dari tempat ini." sahut Celine langsung berdiri.
Tak beberapa lama semua lampu yang tadinya hidup perlahan mulai padam. Dibalik gelapnya ruangan itu, terselip senyuman menyeramkan yang membuat bulu kuduk merinding.
Orlando menarik tangan wanita itu keluar dari kantor polisi dan membawanya ke suatu tempat.
"Kau akan membawaku kemana?" tanya Celine memperhatikan jalan raya yang mereka lewati dengan wajah tenang.
"Ke tempat yang jarang orang kunjungi."
Semakin lama mobil yang dikemudikan Orlando memasuki daerah hutan yang cukup gelap.
"Mengapa kau membawaku ke hutan gelap?" tanya Celine mulai bersikap waspada terhadap Orlando.
"Bukankah aku sudah bilang akan membawa mu ke tempat yang jarang orang kunjungi. Ah salah! Maksudku, aku akan mengirim mu ke tempat yang hanya sekali orang kunjungi seumur hidup mereka." ujar Orlando tersenyum sangat menyeramkan hingga membuat bulu kuduk Celine berdiri.
Tak beberapa lama mobil yang dikemudikan Orlando berhenti di sebuah bangunan di pinggir pantai. Orlando menarik tangan Celine dengan kasar keluar dari mobil.
"Lepas!"
Celine berusaha memberontak, namun cengkraman tangan Orlando di pergelangan tangannya semakin kuat.
"Aku tidak akan melepaskan orang-orang yang mengusik keluargaku!"
"Apa maksud mu! Aku tidak pernah mengusik keluarga mu!"
Sekuat apapun Celine memberontak, dia tidak akan bisa terlepas dari cengkraman Orlando. Orlando mengikat kedua tangan dan kaki Celine agar tidak bisa kabur.
Orlando kemudian mendorong tubuh Celine hingga tersungkur di lantai. Ia tiba-tiba mengeluarkan sebuah pisau tipis berkilau dan tajam.
Orlando berjongkok di depan Celine dan memainkan pisau kecil itu di kulit putihnya.
"Aku akan mengirim mu ke neraka secara perlahan." bisik Orlando tersenyum lebar sebelum melukai satu persatu bagian tubuh targetnya.
Orlando tersenyum puasa saat melihat darah mengalir deras dari kulit putihnya.
"Argh! Lepas! Aku tidak mengenalmu ataupun mengusik keluarga mu!"
Orlando tidak mengindahkan pembelaan wanita itu.
Tiba-tiba terdengar suara rintihan kesakitan dari dalam gudang. Suara hewan-hewan liar dan suara ombak laut bahkan tidak mampu menutupi suara rintihan menyakitkan itu.
"Argh!!!"
"Sakit!!"
"Mataku! Kembalikan mataku!"
Orlando tertawa menyeramkan saat melihat tubuh Celine akhirnya tergeletak tidak bernyawa.
"Bahkan kau tidak layak dikuburkan dengan baik di pemakaman!"
Orlando menarik tubuh Celine dan membawanya keluar dari dalam gudang. Ia membuang mayat tanpa mata itu ke laut menghilangkan jejak.
"Kak, aku sudah membalaskan dendam mu! Cepatlah sadar!" Orlando menatap lurus kearah gelapnya sebelum berlalu dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yurika23
Orlando...sungguh sadis dirimu...
aku suka cerita othor nih...senada sama ceritaku...
oiya kapan2 kak othor mampir juga dong di ceritaku... ttg Psikopat juga..dark romance gtu..Kapan2 mampir2 ya kak judulnya 'Psikiater, Psikopat dan Pengkhianatan' mksh
2024-12-13
0
kinoy
waw..sadis y Orlando..oh JD sean ma Ella selamat toh
2024-11-11
0