Bab 12

Suasana kelas yang biasanya dipenuhi suara gaduh kini terasa sepi dan hanya terdengar suara langkah kaki Lio yang pelan mendekati meja Queen.

Gadis itu terbaring lemah, kepalanya bersandar pada tumpukan tangan yang dilipat rapi di atas meja. Saat siswa lain menikmati istirahat mereka di kantin, Queen memilih kesendirian, terlelap tanpa menyadari keributan di sekitarnya.

Kulitnya pucat, nafasnya hampir tak terdengar, menandakan bahwa penyakit yang dideritanya telah menguras kekuatannya.

Lio, dengan wajah masam karena kesal, menghampiri dan berusaha membangunkan Queen dengan suara ketus yang memecah kesunyian.

"Oy, bangun, cewek sialan!" serunya tanpa empati. Namun, tak ada respon dari Queen, tubuhnya tetap tak bergerak, nyaris seperti patung.

Kekesalan Lio memuncak, dia menggoyang tubuh Queen dengan kasar, tapi gadis itu masih tidak memberikan reaksi apapun.

Frustrasi, Lio menggebrak meja dengan keras, suara dentuman itu menggema di seluruh ruangan yang sepi.

Queen masih berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang, napasnya tersengal-sengal seakan ingin lepas dari dada yang terasa sesak.

Keringat dingin membasahi dahinya, memberikan sensasi dingin yang kontras dengan hawa panas yang ia rasakan dalam tubuhnya.

Wajahnya yang semula pucat perlahan kembali mendapatkan warna saat ia berusaha meredam kepanikan yang baru saja menghantamnya.

Tiba-tiba, sosok Lio muncul di hadapannya, menambah ketegangan yang masih berusaha ia kendalikan. Lio, dengan tatapan yang terlihat menyesal, seakan ingin mengucapkan permohonan maaf namun segera digantikan dengan ekspresi ketus.

"Kita disuruh ngumpul di aula," ucap Lio, suaranya terdengar dingin dan jauh dari biasanya.

Queen, yang masih linglung, mencoba memproses informasi tersebut. "Hah!? Ada masalah apa?" tanya Queen dengan nada yang masih terbata-bata, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Lio hanya menggeleng pelan, matanya sejenak menatap Queen sebelum dia berbalik meninggalkan Queen yang masih terpaku.

"Mikir aja sendiri," jawabnya singkat, meninggalkan Queen dalam kebingungan.

Kaki Lio melangkah cepat meninggalkan kelas, meninggalkan Queen yang tampak mendengus kesal dengan sang ketua kelas yang selalu mencari gara-gara dengannya.

Langkah Queen terasa semakin berat seiring dengan tatapan yang menghujam kepadanya. Ruangan aula yang biasanya menjadi tempat berkumpul yang menyenangkan, kini berubah menjadi medan perang bagi perasaannya.

Di samping panggung, Ellison dan beberapa sahabatnya hanya menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca, seolah mereka telah memutuskan nasibnya sebelum ia berbicara.

Seruan dari Miss Rose memecah kesunyian yang menyesakkan, "Valerie!" Nama itu disebut dengan nada yang tegas, memaksa Queen untuk melangkah ke depan, menghadapi seluruh mata yang menilai.

Sambil berjalan, desisan dan bisikan memenuhi telinganya, membuatnya semakin tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan.

Setibanya di depan, Miss Rose dengan tatapan tajam bertanya, "Kamu bully adik kelas, Vale?"

Queen terkejut, matanya membulat tidak percaya. "Hah!? Enggak, Miss, saya tidak bully adik kelas," jawabnya cepat, suaranya hampir tidak keluar karena gemetar.

Queen mengunci pandangannya pada Alexi, yang hanya menampilkan senyum sinis. Dengan langkah yang mantap, dia naik ke podium, menghadapi tiga gadis yang kini menunduk ketakutan.

"Kalian pikir bisa main-main dengan gue?" desisnya, suara rendah namun mengandung kekuatan.

Alexi, yang berdiri di tengah mereka, memberi tanda jari tengah ke arah Queen.

"Aku enggak tahu kenapa aku dituduh membully Deby," kata Queen dengan nada defensif, matanya berkelip cepat, mencoba memancing empati dari yang hadir. Dia menunjuk ke arah Deby yang berdiri di sudut, menundukkan kepala penuh ketakutan.

"Emang CCTV nunjukin bahwa aku keluar dari toilet setelah mereka," lanjutnya, berusaha keras meyakinkan semua orang dengan alibinya yang tampak tergesa-gesa.

Queen tersenyum miring, menatap tiga gadis itu dengan mata yang tajam. "Tapi kalian lupa, CCTV juga merekam segalanya sebelum dan sesudah itu," ucapnya sambil menunjuk ke arah kamera pengawas yang terpasang di sudut ruangan.

Suasana menjadi tegang, semua mata tertuju pada mereka, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Di atas podium, Queen mendominasi suasana dengan tatapan tajamnya yang tertuju pada Deby, gadis kecil yang tubuhnya menggigil ketakutan.

"Gue tanya lo, Deby. Apa bener gue yang bully lo di toilet?" ujar Queen dengan nada yang tenang namun mengandung ancaman.

Deby menunduk, wajahnya pucat, lalu dengan suara terbata-bata dia menjawab, "Bukan, kak Vale yang bully aku. Malah dia yang nolongin aku," Dia kemudian dengan ragu menunjuk ke arah tiga gadis di kerumunan yang memberinya teror.

"mereka yang bully aku kak Lison, " adunya kepada pemilik sekolah.

Suasana menjadi tegang, semua mata tertuju pada tiga gadis yang terkejut seolah tanah di bawah mereka runtuh. Queen, dengan senyum miring yang penuh arti, berbalik menatap Alexi yang berdiri di kerumunan.

"Gue enggak tahu siapa yang ngarang cerita gue ikut andil bully Deby. Yang pasti, dia enggak punya kerjaan," sindir Queen dengan tatapan yang menghunjam.

Kemudian, dia kembali memfokuskan perhatiannya pada tiga gadis itu, suaranya membelai tetapi sarat dengan ejekan, "Kalau kalian nggak bisa main jahat, jangan dek ya. Masih kelas satu, tapi tangan udah gatel ingin bully orang? Silahkan, lakukan dengan bersih tanpa meninggalkan jejak. Mau belajar? Mungkin kalian bisa minta tips dari kak Alexi, dia mahir dalam manipulasi orang."

"apa-apaan lo bawa gue?!" teriak Alexi tidak terima.

"emang kenyatannya begitu bukan?" ejek Queen.

"Teman-teman, ada hal yang ingin gue sampaikan. Gue minta maaf jika ada di antara kalian yang merasa terluka karena tindakan bully dari gue," ucapnya dengan suara yang bergetar.

Ada kejutan yang terlukis jelas di wajah teman-temannya, tampaknya kata-katanya tak terduga, seorang ratu bullying minta maaf.

"bagaimana pendapat lo, kak Rhea?" tanya Queen.

"maksud lo apa?" sela Rhea dengan tangan terkepal, wajahnya memerah menahan amarah.

Queen menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. "Kak Rhea, pernahkah gue melewati batas terhadap kakak? Gue yakin tidak, tapi jika kak Rhea merasa gue telah melewati batas, itu bukan maksud gue," jawabnya, mencoba menjelaskan posisinya.

"Kita berada di sekolah elite, dimana CCTV tersebar di setiap sudut. Jadi, jika ada yang ingin bermain kata-kata atau manipulasi, sebaiknya berhati-hati karena bukti tak terbantahkan ada di rekaman CCTV," tutup Queen, meninggalkan keheningan yang membeku di antara kerumunan.

"gue diam bukan karena salah, tapi enek ke kalian tiap hari kalian nuduh gue yang bully kak Rhea." Queen menarik nafas dalam-dalam.

"terus apa maksud lo saat itu dorong gue dari tangga?" tanya Rhea tegas.

"karena kakak pernah hina kedua orang tua gue, kan? "

Rhea gelagapan benar adanya,dia saat itu tidak sengaja menghina kedua orang tua Queen. Tapi saat itu dia sudah minta maaf, namun emosi telah merenggut kesadaran Queen hingga pada akhirnya Queen dorong Rhea dari tangga.

"ok, kakak ingin gue buat apa, biar kakak maafin gue?" tanya Queen setelah menghela nafas panjang.

"berlutut di depan gue!" teriak Rhea dengan lantang.

Semua siswa-siswi terkejut dengan permintaan Rhea yang mengarah untuk menghina Queen, termasuk Ellison dan kawan-kawannya.

Queen tertawa renyah hingga detik selanjutnya raut wajahnya dia ubah menjadi datar seketika membuat sebagian dari mereka takut.

"ok!" jawab Queen lantang.

Queen melangkah mantap ke tempat Rhea berdiri bersama teman-teman kelasnya. Lalu dia berlutut di depan Rhea membuat semua orang terkejut bukan main. Rhea menutup mulutnya tidak percaya, padahal dia hanya bercanda menyuruh Queen berlutut, tapi gadis ini tetap berlutut di depannya.

"gue minta maaf, kak Rhea!" lirihnya.

Namun tiba-tiba tangannya di tarik paksa untuk berdiri.

Episodes
1 prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Bab 21
23 Bab 22
24 Bab 23
25 Bab 24
26 Bab 25
27 Bab 26
28 Bab 27
29 Bab 28
30 Bab 29
31 Bab 30
32 Bab 31
33 Bab 32
34 Bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43 ketemu teman lama
45 Bab 44 Yang patuh ya!
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55 Upaya menyelamatkannya
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62 Amarah seorang Queen
64 Bab 63
65 Ba 64 Kisah persahabatan Queen 1
66 Bab 65 kisah persahabatan Queen 2
67 Bab 66 Musuh mengintai
68 Bab 67
69 Bab 68 Manjanya sang ketua kejam
70 Bab 69 Jauhi dia!
71 Bab 70 Seseorang baru datang
72 Bab 71 kecemburuan Ellison
73 Bab 72 Seekor kecoak bagi Ellison
74 Bab 73Mendapat bodyguard baru
75 Bab 74 Ellison tertembak
76 Bab 75 kepekaan sahabat Ellison.
77 Bab 76 Ellison menjadi manja
78 Bab 77 Queen dalam bahaya
79 Bab 78 Salah cari lawan
80 Bab 79 Kembali bersama
81 Bab 80 Ellison mulai bucin
82 Bab 81
83 82 kekejaman seorang Ellison
84 84 Hadiah kepala untuk Camra.
85 Bab keberhasilan Queen
86 Teror
87 Berita hilangnya Ayah Mario
88 Terlambat
89 Berhasil?
90 Harapan satu-satunya
91 Rencana Ellison
92 Persetujuan Queen yang tak terduga
93 Rhea kembali
94 Fitting baju
95 Kakak laki-laki Queen
96 Queen ngambek
97 kejadian di pagi hari
98 Kedatangan kakek Queen
99 mengganggu kejiwaan Queen
100 Ketakutan telah terjadi
101 Bangkitnya monster
102 Bangun dari koma
103 Gengsi mau peluk
104 kado pernikahan
105 Berasa bulan madu
106 Queen malu di jebol
107 Kebenaran yang pahit.
108 Kekhawatiran seorang istri
109 Keputusan Queen
110 Amukan suami Queen
111 Teman tidur baru
112 pertengkaran hebat
113 Pembunuh yang sebenarnya
114 kembali bertemu
115 memilih berdamai
Episodes

Updated 115 Episodes

1
prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Bab 21
23
Bab 22
24
Bab 23
25
Bab 24
26
Bab 25
27
Bab 26
28
Bab 27
29
Bab 28
30
Bab 29
31
Bab 30
32
Bab 31
33
Bab 32
34
Bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43 ketemu teman lama
45
Bab 44 Yang patuh ya!
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55 Upaya menyelamatkannya
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62 Amarah seorang Queen
64
Bab 63
65
Ba 64 Kisah persahabatan Queen 1
66
Bab 65 kisah persahabatan Queen 2
67
Bab 66 Musuh mengintai
68
Bab 67
69
Bab 68 Manjanya sang ketua kejam
70
Bab 69 Jauhi dia!
71
Bab 70 Seseorang baru datang
72
Bab 71 kecemburuan Ellison
73
Bab 72 Seekor kecoak bagi Ellison
74
Bab 73Mendapat bodyguard baru
75
Bab 74 Ellison tertembak
76
Bab 75 kepekaan sahabat Ellison.
77
Bab 76 Ellison menjadi manja
78
Bab 77 Queen dalam bahaya
79
Bab 78 Salah cari lawan
80
Bab 79 Kembali bersama
81
Bab 80 Ellison mulai bucin
82
Bab 81
83
82 kekejaman seorang Ellison
84
84 Hadiah kepala untuk Camra.
85
Bab keberhasilan Queen
86
Teror
87
Berita hilangnya Ayah Mario
88
Terlambat
89
Berhasil?
90
Harapan satu-satunya
91
Rencana Ellison
92
Persetujuan Queen yang tak terduga
93
Rhea kembali
94
Fitting baju
95
Kakak laki-laki Queen
96
Queen ngambek
97
kejadian di pagi hari
98
Kedatangan kakek Queen
99
mengganggu kejiwaan Queen
100
Ketakutan telah terjadi
101
Bangkitnya monster
102
Bangun dari koma
103
Gengsi mau peluk
104
kado pernikahan
105
Berasa bulan madu
106
Queen malu di jebol
107
Kebenaran yang pahit.
108
Kekhawatiran seorang istri
109
Keputusan Queen
110
Amukan suami Queen
111
Teman tidur baru
112
pertengkaran hebat
113
Pembunuh yang sebenarnya
114
kembali bertemu
115
memilih berdamai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!