"Bara kamu gak apa kan!?" Tanya Raisa menghampiri yang ternyata penolong tersebut adalah Bara. "Apa sebaiknya kita ke rumah sakit!?" Raisa semakin panik melihat ada darah yang keluar di sudut bibir Bara karena pukulan salah satu preman tadi.
"Gak, gak perlu aku gak apa-apa," jawab Bara sambil memegang pelipis kiri nya yang sempat terkena pukulan.
"Tapi kamu berdarah, sebentar kamu tunggu di sini," perintah Raisa. Lalu ia berlari menuju toko nya yang memang belum terlalu jauh dari tempat kejadian.
Bara masuk dan menunggu di kursi mobilnya.
"Loe gak kenapa-kenapa kan Bar?" Tanya Adit yang ternyata juga ada di dalam mobil dan menyaksikan kejadian tadi.
"Bukan nya bantuin loe malah jadi penonton!" Ketus Bara masih memegangi pelipis nya.
"Eh, dimana-mana yang namanya pahlawan itu ya harus bisa melawan lebih dari satu penjahat, kalo satu lawan satu itu namanya petinju," balas Adit.
Tidak lama Raisa datang dengan kotak obat ditangannya. Ia sedikit terkejut melihat ada Adit di dalam mobil tersebut, namun ia abaikan saja karena yang di dalam pikiran nya adalah segera mengobati Bara.
Adit pindah ke kursi belakang demi memberi ruang agar Raisa bisa mengobati Bara.
Raisa mengoleskan salep pada luka di pelipis Bara, lalu ia juga mengoleskan salep tersebut di bagian sudut bibir bawah Bara yang sempat berdarah tadi.
Bara seperti menikmati luka tersebut seakan tidak merasakan sakit samasekali ketika jari Raisa dengan lembut mengoleskan salep tersebut di bagian wajahnya.
Raisa tau kalau Bara terus memperhatikan nya sejak tadi, tapi ia mengabaikan nya, lalu ia sengaja sedikit menekan jarinya ke bagian luka memar Bara.
"Auww...!" Jerit Bara.
"Bagus, kamu masih sadar. Kesadaran sangat penting bagi orang yang terluka parah sekalipun," ucap Raisa lalu menutup kotak obat dan ingin turun dari mobil. Namun niat nya terhenti saat Bara memegang lengan nya.
"Biar aku antar, ini sudah terlalu gelap."
Raisa menatap tangan Bara yang memegangi lengan nya.
Apa barusan dia bilang "aku"!?
Batin Raisa.
Adit yang duduk di kursi belakang, sedikit demi sedikit melongsorkan badan nya hingga kebawah, ia hampir tidak percaya Bara benar-benar berani bertindak sejauh itu. Di bawah ia menahan nafasnya bahkan ia berdo'a agar segera pingsan saja karena tidak mampu menyaksikan pemandangan yang tersuguh di hadapan nya kalau itu.
...Flashback on...
"Rick, tumben loe gak langsung balik, biasanya aja loe buru-buru pulang kalo udah gak ada kelas?" Tanya Adit pada Ricky.
"Nyokap gue hari nie lagi banyak kerjaan mungkin agak sorean pulang nya jadi gue bisa nongkrong bentar lah," jawab Ricky
"Jam berapa biasanya nyokap loe pulang?"
"Gak nentu sih, tapi sebelum maghrib biasanya udah pulang, akhir-akhir ini toko nyokap gue emang lagi banjir pesanan." jelas Ricky.
"Pantesan loe ngajak gue kesini," ucap Adit senang.
"Alahh...,kayak baru kali ini aja loe gue ajak ke sini."
Seperti biasa, Adit hanya nyengir karena ucapan Ricky memang benar ada nya.
Setelah puas nongkrong di cafe Ricky mengantarkan Adit ke kostan nya lalu pulang ke rumah nya.
Aha, gue ada ide!
Adit menghubungi Bara beberapa kali dan
Bara mengabaikan panggilan itu karena ia masih sibuk dengan pekerjaan nya. Namun ponselnya tidak henti nya berbunyi.
Dengan berat hati ia mengangkat panggilan itu. "Loe kenapa sih, ganggu banget!?" Ketus Bara.
"Loe lagi dimana nih, jemput gue ya?" Ucap Adit.
"Emang gue supir loe? Enak aja!?"
"Tapi gue kan mak comblang loe."
"Lantas loe seenak nya nyuruh nyuruh gue...?
"Udah loe jemput gue deh, gue punya rencana baru, lebih menantang dan pasti hasilnya lebih memuaskan."
"Yakin banget loe."
"Udah buruan!"
Dengan berat hati Bara mengikuti perintah Adit, meski ia belum tau apa apa mengenai rencana teman gesrek nya itu.
Setelah menjemput Adit di kostan nya Bara mengemudikan mobilnya meski masih bertanya tanya apa rencana Adit sebenarnya.
"Loe punya rencana apa sih!?" Bara pun mulai kesal.
"Udah terus aja," jawab Adit sambil menatap jalan.
Bara pun menurut meskipun ia sangat lelah karena saat Adit menelepon tadi ia baru sampai di rumah setelah dari kantor. "Bukan nya ini jalan --- "
Belum sempat Bara menyelesaikan ucapannya, ia melihat Raisa di ganggu oleh dua preman.
...Flashback off...
Raisa ingin menolak tapi ia juga masih takut dengan kejadian tadi, jadi ia bersedia di antar.
Sepanjang perjalanan menuju rumah tidak ada satupun diantara mereka yang mengeluarkan suara. Sampai akhirnya Adit buka suara. "Sorry Bar, gue ketiduran tadi, jadi gak sempet nolongin loe," Bara melirik geram ke Adit melalui spion. Adit hanya membalas dengan senyuman jahilnya.
Raisa turun setelah Bara menghentikan mobilnya di halaman rumahnya. "Terimakasih, pulang dari sini obatin yang bener lukanya." ucap Raisa. Ia mulai merasa canggung namun walau bagaimana pun ia harus tetap mengucapkan terimakasih.
"Lain kali jangan pulang sendiri di jam seperti ini." ucap Bara. Entah dari mana ia mendapatkan keberanian berkata seperti itu.
Lagi-lagi Adit tidak percaya Bara menunjukkan sikap seperti itu, dan ingin rasanya ia menenggelamkan dirinya ke dalam kursi mobil tersebut.
Raisa sempat berhenti sejenak, namun ia berusaha tidak mempedulikan.
"Baru aja Ricky mau jemput mama," sambut Ricky yang ternyata dia sedang berada di halaman rumah ingin mengendarai motornya.
"Mama koq bisa di antar sama Bara?" Tanya Ricky.
"Kebetulan dia lewat di dekat sini," jawab Raisa lalu ia pun masuk kedalam rumah.
Ricky pun menghampiri Bara yang masih di dalam mobilnya. "Bar, thanks ya udah nganterin nyokap gue?" Ucapnya di jendela mobil yang terbuka. Namun ia kaget melihat wajah Bara yang tampak lebam seperti bekas pukulan. "Muka loe kenapa Bar!? "
"Di pukulin preman jalanan barusan!" Sahut Adit yang duduk di kursi belakang.
"Koq bisa? Dan kenapa loe jadi nyupirin Adit?" Ricky jadi semakin terkekeh.
Bara hanya membuang nafas kesal melihat kelakuan dua sahabatnya yang sebenarnya ia ragu apakah kedua makhluk itu benar-benar sahabatnya.
"Sini HP loe," ucap Ricky.
"Buat apa?" Tanya Bara kesal.
"Udah sini," Ricky mengambil HP Bara dan mengetik sesuatu disana. "Ini gue udah masukkin nomer si Mumun, biar urusan loe makin lancar."
Apa lagi yang bisa di lakukan Adit selain tergelak sambil guling-gulingan.
"Lain kali jangan biarin nyokap loe pulang sendiri di jam seperti ini!" Ucap Bara penuh penekanan.
Ricky menatap tidak percaya dengan yang di ucapkan Bara barusan. Ricky merasa seperti sedang di marahi.
Bara menyalakan mobilnya meninggalkan halaman rumah dimana Ricky masih terdiam menatap heran.
***Hai haii...jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak dukungan nya😄
Di dunia nyata Author bisa mandiri, tapi disini tanpa dukungan kalian Author hanya lah butiran debu 😌😅***
...👍...
...❤...
...🎁Bila berkenan😚...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
🧸🥀⃞ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ ɢɪʙʀᴀɴ😎
calon bapak lu itu rick, senggol dong🤣🤣
2022-12-14
0
Salma Akib
lucu dan menghibur bangett😅😅
2022-08-30
1
Yadi Kusma
Sepertinya itu premium eehhh salah preman jadi-jadian deh piaraan nya Adit
2022-02-12
0