“Dave? Katakan padaku apa yang harus aku lakukan sekarang?” Ucap Leon sembari menghisap rokoknya.
“Tidak ada, kau sudah berada diujung jurang” ucap Dave.
“Aku sudah mengira jika pada akhirnya kau akan menyukai Fiona” ucap Dave lagi, kali ini diiringi dengan tawa geli nya.
“Apa sejelas itu?” Ucap Leon.
“Tentu! Kau hanya gengsi mengakui itu” ucap Dave.
“Tapi hubunganku dengan Fiona kurasa tidak akan berhasil” ucap Leon.
“Kenapa?” Ucap Dave.
“Liana selalu menempel padaku dan selalu mengawasiku, bahkan kecemburuan nya itu sungguh sangat terlihat bagi siapa saja yang melihatnya, bahkan Fiona mungkin sudah menyadari itu” ucap Leon yang terlihat sangat frustasi.
“Yah bagaimana lagi, Liana pun juga masih kekasihmu, kau sekarang lebih terlihat seperti lelaki brengsek yang mempunyai banyak kekasih” ucap Dave sembari terkekeh.
“Entah lah, kepalaku sangat sakit jika memikirkan itu semua” ucap Leon.
“Jadi kau sudah tidak mencintai Liana? Kau lebih menyukai Fiona?” Tanya Dave, matanya sembari melihat ekspresi wajah Leon.
“Liana? Aku masih mencintainya, jauh di dalam hatiku aku masih selalu mengkhawatirkan gadis itu, bagaimanapun aku sudah bersamanya sejak kecil” jelas Leon panjang lebar.
“Tapi untuk Fiona, yang kurasakan terhadapnya sekarang adalah seperti rasa suka, aku menyukai wajah dan senyuman nya, sentuhan nya aku menyukai itu” ucap Leon.
“Sentuhan? Jujur padaku! Kau sudah tidur denganya?” Ucap Dave.
“Sudah” jawab Leon tanpa melihat kearah wajah lawan bicaranya.
“Astaga! Bagaimana jika Liana tau?” Ucap Dave sembari tertawa.
“Jangan sampai dia tau” ucap Leon dan pergi meninggalkan Dave yang masih tertawa.
Leon turun menuruni tangga sekolah, tanganya ia masukan kedalam saku celana nya. Di jalan ia berpapasan dengan Fiona dan Rose, tentu saja ia tersenyum dan bermaksud untuk menghampirinya tapi Fiona dengan jelas memalingkan wajahnya dan seperti menghindarinya, Leon berpikir mungkin Fiona masih marah akibat kejadian tadi pagi, dan Leon memang belum sempat untuk meminta maaf.
Leon memutuskan untuk membiarkan Fiona sendiri, ia tidak ingin terlalu menekan Fiona. Menurutnya jika ia terus memaksa untuk selalu mendekat kearahnya takutnya Fiona akan merasa tercekik seperti yang ia rasakan saat bersama dengan Liana.
Ia kembali ke kelasnya, dan suasana kelas masih sepi hanya ada Liana yang sedang memainkan ponselnya, “Liana, apa kau sudah makan siang?” Ucapnya bertanya.
“Belum, kau bisa antar aku ke kantin? Aku ingin mencoba makanan disana” ucap Liana.
“Oke, tapi kau tidak boleh memakan makanan yang tidak sehat disana” ucap Leon.
“Baiklah, kau sangat perhatian padaku” ucap Liana sembari tersenyum.
Suasana kantin ramai, Leon mendorong kursi roda Liana untuk melihat makanan apa saja yang ingin Liana makan di kantin sekolah ini, karena Liana baru pertama kali datang ke tempat ini. Liana meminta Leon untuk memesankan ramen khas Jepang dan Leon pun juga memesan makanan yang sama.
“Liana sebaiknya kau tunggu aku disini, aku akan membawa makanan nya” ucap Leon dan Liana pun mengangguk setuju.
Sementara di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat lah dua orang wanita yang sedang melihatnya tak suka, dapat dilihat dari ekspresi wajah mereka yang tidak bisa di sembunyikan sama sekali, “Fiona apa aku harus menjambak rambutnya untukmu?” Ucap wanita di sampingnya.
“Kau akan berurusan dengan Leonardo jika kau menyentuhnya Rose” ucap Fiona tanpa mengalihkan pandanganya.
Fiona bahkan sangat kagum dengan sikap lembut Leon pada Liana, bahkan cara dia memperlakukan Liana seperti memperlakukan seorang kekasih. Bahkan nada bicara Leon saat berbicara dengan gadis itu sangat berbeda sekali jika dia sedang berbicara kepadanya. Bahkan Fiona perhatikan sedari mereka datang sampai saat ini Leon mau repot-repot membawa makanan Liana dan minuman nya.
Setelah apa yang terjadi tadi pagi dan Leon tidak meminta maaf kepada Fiona, ia berpikir bahwa Leon memandangnya sebelah mata. “Rose, menurutmu mereka bukan hanya teman bukan?” Ucap Fiona. “Bukan! Aku yakin itu!” Ucap Rose.
“Astagaa” ucap Fiona saat ia melihat Leon membantu Liana menguncir rambutnya.
Tak berselang lama Dave pun datang dengan satu kantong plastik di tanganya, “Dave!” Teriak Rose memanggil kekasihnya, dan teriakan Rose berhasil membuat Leon dan Liana juga menoleh kearahnya, dan alhasil Leon melihat keberadaan Fiona di tempat ini. “Astaga Rose kenapa kau berteriak!” Ucap Fiona mengutuk perbuatan Rose.
“Hai! Sebaiknya kita gabung ke meja mereka” ucap Dave ke Leon, dan Leon pun setuju.
Mereka membawa makanan mereka ke meja yang ditempati Fiona dan Rose, dan Liana pun datang. Posisi duduk mereka saat ini ialah Fiona yang berada di ujung dan Leon berada di depannya, dan disamping Leon adalah Liana, disamping Fiona adalah Rose yang artinya berhadapan dengan Liana, dan Dave berada di samping Rose.
“Kau hanya makan ini?” Ucap Leon pada Fiona saat ia hanya melihat sepotong cake dengan stroberi diatasnya.
“Iya, aku sedang tidak nafsu makan” ucap Fiona.
“Rose suapi aku, aaa” semua pasang mata langsung melihat kearah suara Dave, dan adegan romantis itu berhasil mereka lihat disini.
Fiona tersenyum saat melihat Rose dan Dave yang terlihat sangat akur, bahkan sesekali mereka bercanda seperti ditempat ini hanya ada mereka berdua. Dan senyum Fiona terhenti saat matanya bertatapan dengan Leon, pria itu melihat Fiona yang sedang tersenyum kearah Dave dan Rose.
Fiona segera mengalihkan pandanganya ke arah Liana yang sedang menatapnya tak suka, Fiona segera memalingkan wajahnya. Fiona merasa bahwa sekarang musuhnya bukanlah Sofia lagi, tetapi justru teman dekat dari kekasihnya itu yaitu Liana.
“Leon kau bisa mulai untuk menyuapi aku” ucap Liana, dan berhasil membuat Rose dan Dave menatap Fiona, sementara yang ditatap hanya menatap datar tanpa ekspresi. Tetapi jauh di dalam hati Fiona hatinya seperti sedang terbakar api cemburu.
“Bukankah kata dokter kau sudah bisa menggerakkan tanganmu itu? Kau harus banyak-banyak berlatih” ucap Leon dan memberikan sendok dan garpu ke tangan Liana.
“Ah iya, benar juga” ucap Liana, sangat terlihat jelas kekecewaan di wajahnya.
“Fiona kau coba ini” ucap Leon sembari menyodorkan sepotong udang yang sudah dikupas dengan sumpit, posisi Leon sudah bersiap untuk menyuapi Fiona.
Fiona melihat Liana sekilas dan menerima makanan yang diberikan Leon kepadanya, “wah enak!” Ucap Fiona sembari tersenyum puas.
“Aku akan membelikannya untukmu” ucap Leon dan hendak berdiri untuk memesan makanan yang sama untuk Fiona. Tetapi dengan cepat Fiona mencegahnya, “jangan, aku hanya ingin makan sedikit” ucap Fiona.
“Baiklah kita bertukar makanan saja, kau makan ini dan aku makan cake stroberi mu itu” ucap Leon dan menukar makanan mereka, dan mau tidak mau Fiona hanya bisa menerimanya, toh makanan yang di pesan Leon menurutnya memang sangat enak.
“Leon ikat rambutku patah, kau bisa membantu memegangi rambutku? Aku sulit untuk makan” ucap Liana sembari memperlihatkan rambutnya yang terus saja kedepan saat ia mencoba untuk makan. Leon melihat kearah Fiona terlebih dahulu, ekspresi nya seperti meminta izin kepada Fiona, tapi Fiona tidak merespon itu, dia hanya fokus kepada makanannya dan ia hanya ingin tau apa respon Leo selanjutnya.
“Baiklah” ucap Leon dan dia mendekatkan kursinya ke dekat Liana dan mulai memegangi rambut Liana. Rose yang melihat itu hanya bisa mencubit paha Fiona dibawah meja, seperti mengisyaratkan ketidaksukaannya.
Fiona sesekali melihat kearah mereka, ia berpikir andai Leon sadar jika dia dan Liana terlihat sangat romantis seperti adegan di dalam drama percintaan diluar sana, dan jika melihat posisi Fiona disini dia terlihat seperti figuran. Bahkan Fiona heran dengan Liana yang sama sekali tidak berbicara apapun setelah kejadian tadi pagi, padahal seharusnya dia merasa bersalah.
Fiona menghembuskan nafasnya lelah, ia benar-benar iri dengan hubungan Rose dan Dave yang terlihat sangat romantis, tidak ada seseorang yang terus menempel pada Dave. Bahkan Fiona kadang berpikir bagaimana caranya untuk memisahkan Leon dari Liana yang membandel!
Bahkan rambut Fiona juga terus mengganggu saat ia makan, tetapi ia juga tidak ada yang memegangi rambutnya itu. Fiona ingin sekali pergi dari tempat ini sekarang juga! Ia sungguh tidak tahan melihat adegan romantis Leon dengan Liana tepat di depan matanya.
“Aku akan membantu untuk memegangi rambutmu ini” ucap sebuah suara di belakang Fiona, ia menoleh saat rambutnya seperti dipegang oleh seseorang, dan terlihatlah seorang pria dengan kacamata diwajahnya. “Astaga! Kevin!” Ucap Fiona, wajahnya sangat terlihat senang saat ia melihat pria bernama Kevin itu.
“Cepat kau geser sedikit, aku lelah jika terus berdiri seperti ini” ucapnya dan duduk di samping Fiona.
“Cepat makan, aku akan memegangi rambut merahmu ini” ucap Kevin.
Leon menatap tak suka kepada Kevin yang terlihat sangat berani memegang Fiona di depan matanya, ia sungguh ingin tau siapa pria bernama Kevin itu, dan dia siapanya Fiona, kenapa mereka terlihat sangat akrab.
“Hai semua, namaku Kevin, aku murid baru disini dan aku adalah PACAR Fiona” ucapnya ia menekankan kata pacar di nada bicaranya, dan kalimat itu berhasil membuat Fiona tersedak sampai terbatuk-batuk. Sementara Leon, tanganya sudah melepaskan rambut Liana, tanganya mengepal kuat dan wajahnya terlihat sangat emosi dibuatnya.
“Lepaskan tanganmu!” Ucap Leon dengan wajah datarnya.
“Kenapa? Aku tidak boleh memegang rambut kekasihku?” Ucap Kevin.
“Dia kekasihku brengsek!” Ucap Leon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments