Di pagi hari yang cerah, dengan ruangan yang masih ditutupi oleh tirai berwarna putih transparan sehingga cahaya bisa tetap masuk walaupun masih tertutup, hanya suara musik piano yang terdengar di ruangan ini. Leon terus menggenggam tangan Fiona erat, ia tersenyum saat melihat wajah Fiona yang masih terpejam. Ia sesekali mengusap pipi Fiona, ia seperti baru sadar betapa cantiknya kekasihnya itu.
Leon merapikan kemeja Fiona yang terbuka, tadi malam mereka hanya tidur dan tidak melakukan apa-apa, hanya berpelukan. Leon tentu saja tau jika Fiona baru saja mengalami hal yang menakutkan karena dirinya, Leon tentu saja akan merasa sangat bersalah jika dia egois untuk tetap meminta Fiona untuk memuaskannya.
Dering panggilan ponsel miliknya sudah berbunyi sejak sejam yang lalu, Leon terus menghiraukan panggilan Liana. Entah kenapa ia seperti lebih berani untuk menghiraukan Liana sekarang, apakah karena ia sudah menyukai Fiona sekarang?
“Leon, siapa yang menelponmu? Berisik sekali” ucap Fiona lirih, matanya masih terpejam.
“Bangun, kita harus berangkat ke sekolah” bisik Leon sembari mengusap rambut Fiona.
“Sekolah?” Ucap Fiona tersadar.
“Astaga sekolah!” Ucap Fiona yang langsung bangun dan terduduk.
“Santai saja, ini baru jam 6” ucap Leon.
“Aku harus memakai seragamku Leon!” Ucap Fiona dan beranjak dari tempat tidur.
“Aku sudah menyiapkan seragam baru untukmu” ucap Leon sembari menunjuk ke sebuah paperbag besar berisikan seragam sekolah baru.
“Bagaimana kau bisa tau ukuranku?” Ucap Fiona penasaran.
“Tentu, aku tau semua ukuran tubuhmu” ucap Leon.
“Astaga Leon!!” Protes Fiona saat Leon mengatakan hal yang menurutnya sensitif.
“Cepat mandi Fiona, aku akan mandi di kamar mandi luar” ucap Leon dan mengambil handuknya.
“Oke!” Ucap Fiona dan masuk ke kamar mandi.
Setelah sekitar 45 menit mereka pun sudah siap untuk pergi ke sekolah, Leon memutuskan untuk membawa mobil sendiri. Fiona masuk kedalam mobil, dan ia duduk disamping Leon. Tak lupa Leon memasangkan sabuk pengaman untuk Fiona, tak lupa dengan satu kecupan yang mendarat di bibir Fiona singkat.
“Baiklah kita akan menjemput Liana terlebih dahulu” ucap Leon, dan ucapan itu membuat ekspresi senang Fiona berubah.
Tentu saja apa sih yang bisa Fiona harapkan? Tidak mungkin jika gadis bernama Liana itu terpisah dari kekasihnya itu, entah hubungan seperti apa yang Leon miliki dengan Liana sampai mereka bisa sedekat itu. Pemikiran seperti itu tentu saja sering terlintas di benak Fiona, sebagai kekasih Leon tentu saja Fiona merasa terganggu dengan hal itu.
Dan sampailah mereka di sebuah rumah mewah dengan gaya modern, terlihat Liana sudah menunggu tepat di depan pintu masuk rumahnya. Wanita itu tersenyum lebar saat ia melihat mobil Leon mendekat kearahnya. Tetapi senyumnya pudar saat Leon menurunkan kaca mobilnya dan memperlihatkan Fiona yang sudah duduk di kursi depan.
Fiona yang tersadar dengan hanya melihat ekspresi Liana pun paham apa maksud dari tatapan matanya itu, “Leon kurasa aku harus pindah ke belakang, Liana duduk di depan” ucap Fiona dan hendak melepas sabuk pengamanya.
Tapi dengan cepat Leon mencegah Fiona untuk pergi, “kau tetap duduk disini! Liana di belakang” ucapnya.
“Tapi dia terbiasa disini” ucap Fiona.
“Tetap disini, oke?” Ucap Leon dengan nada penekanan.
“B-baiklah” ucap Fiona terbata.
Leon segera keluar dan membantu Liana untuk naik ke mobil, dengan dibantu oleh satpam rumah Liana yang membawa kursi rodanya ke bagasi mobil. “Pagi Liana!” Ucap Fiona memaksakan diri.
“Pagi Fiona” balas Liana dengan senyuman.
Dan hening, tidak ada satupun orang yang berada di dalam mobil ini yang bicara. Leon sama, dia hanya diam dan fokus menyetir mobilnya dan fokus kejalanan. Sementara Fiona hanya duduk sembari memainkan ponselnya, walaupun hanya membuka tutup layar ponselnya.
Sementara Liana, dia berusaha untuk menahan ekspresi tidak sukanya. Dia sangat ingin marah dengan Leon, karena dia mengajak Fiona untuk berangkat ke sekolah bersama. Dan tentang posisi tempat duduk di mobil ini membuat Liana merasa sangat marah.
Mobil berhenti di lampu merah, dan Liana terus mengirimkan sebuah pesan ke ponsel Leon. Bisa terlihat setelah Leon membaca isi pesan itu dia langsung mengacak rambutnya frustrasi.
Liana: Turunkan Fiona sekarang, atau aku akan melompat keluar dari mobil ini!
Isi pesan itu membuat Leon seperti gila dibuatnya, Liana memaksa Leon untuk memilih pilihan yang sulit. Leon benar-benar semakin muak dibuatnya, ia seperti hidup tercekik ketika ia harus menuruti semua yang Liana katakan dan dia perintahkan.
Lampu sudah berubah menjadi hijau, Leon memutuskan untuk tidak memperdulikan Liana. Dia langsung mengunci otomatis mobilnya, dan dia langsung menancap gas dengan cepat. Bahkan Fiona sedikit ketakutan karena Leon mengendarai mobilnya dengan sangat cepat.
“Leon!!!” Teriak Liana, ia tidak bisa menahan amarahnya sekarang, dia lepas kendali saat melihat Leon tidak memperdulikan ancamanya.
Fiona yang terkejut dengan teriakan Liana pun langsung menoleh kebelakang bermaksud untuk membantu Liana jika dia kesulitan, tetapi diluar dugaanya Liana malah menjambak rambutnya dengan sangat kuat.
“Akh!! Liana!!” Jerit Fiona yang merasa kesakitan saat rambut panjang nya ditarik dengan sangat kuat oleh Liana.
Leon yang melihat Liana menjambak rambut Fiona pun seketika langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia seperti tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini, dan ia tidak percaya bahwa Liana akan melakukan hal itu ke Fiona.
“Liana lepaskan” ucap Leon, nada bicaranya sangat lembut sembari mencoba melepaskan genggaman tangan Liana dari rambut Fiona.
Liana tidak memperdulikan ucapan Leon, dia malah semakin kuat menarik rambut Fiona dengan kedua tanganya. Fiona hanya bisa pasrah sembari merasakan rasa sakit di kepalanya, ia sungguh tidak mengerti kenapa Liana melakukan ini padanya.
“Turunkan dia atau aku tidak akan melepaskanya!” Teriak Liana histeris, bahkan air matanya sudah menetes di pipinya.
Dan dari nada bicara Liana, Fiona bisa tau jika dia sedang menangis. “Liana kumohon jangan seperti ini” ucap Leon dengan nada frustasi.
“Turunkan dia Leon!! Aku harus duduk di depan!!” Ucapnya lagi, kali ini di iringi dengan tangisan.
Fiona yang mendengar itupun menghela nafasnya kasar, “Liana lepaskan aku sekarang! Aku akan keluar dari mobil ini sekarang juga” ucap Fiona.
Liana yang mendengar ucapan Fiona pun langsung melepaskan genggaman tanganya, lalu ia membuka pintu mobil dan menutupnya dengan sangat keras. Leon yang melihat Fiona pergi langsung mencoba mengejar Fiona dengan sedikit berlari, ia tidak memperdulikan teriakan Liana yang terus memanggil namanya dari dalam mobil.
“Fiona! Berhenti! Fiona!” Teriak Leon yang mencoba untuk mengejar langkah Fiona.
“Cepat berangkat ke sekolah atau kalian akan telat!” Ucap Fiona tanpa menoleh kearah Leon yang sudah berada di sampingnya.
“Fiona maafkan Liana, dia hanya-“
“Hanya cemburu!, dia cemburu Leon, dia cemburu denganku” ucap Fiona yang memotong ucapan Leon.
“Apa yang kau bicarakan, aku dan dia hanya sebatas teman” ucap Leon.
“Iya teman! Oke kalian teman! Tapi dia suka padamu Leon! Dia cemburu melihat kau dan aku bersama” ucap Fiona sembari menatap tajam Leon.
“Fiona kumohon kembali ke mobil” ucap Leon.
“Kembali? Maksudmu aku harus membiarkan Liana terus menjambak rambutku ini?” Ucap Fiona sembari menunjuk rambutnya yang berantakan.
“Atau kau ingin aku duduk di kursi belakang?” Ucap Fiona lagi, dan Leon hanya bisa diam tidak bisa berkata apa-apa.
Fiona melihat Leon yang hanya bisa diam membisu, ia tau jika Leon tidak bisa memihaknya pada saat-saat seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments