Dengan berjalan pincang Fiona melangkahkan kakinya secara perlahan, tanganya yang di perban dan juga kakinya membuat siapapun yang melihatnya tau bahwa Fiona baru saja mengalami kecelakaan. Ia berangkat ke sekolah dengan diantarkan oleh supir taksi, biasanya Leon selalu menjemput dan mengantarnya, tetapi setelah kejadian di bandara saat itu Leon tidak menghubunginya sama sekali, bahkan Fiona bingung apa sebenarnya maksud pria itu.
Langkahnya terhenti saat mobil milik Leon berhenti tepat di depan pintu masuk utama gedung sekolah ini, Fiona mengernyit saat ia melihat perempuan yang duduk disamping Leon, dan terlihatlah supir Leon yang sedikit berjalan cepat menuju bagasi dan mengeluarkan kursi roda, firasat Fiona seolah tau siapa perempuan itu.
“Liana” ucap Fiona lirih.
Dan benar saja, Leon membantu Liana untuk duduk di kursi roda. Semua orang yang melihat kedatangan Leon dan Liana seketika menatap iba kearah Fiona, mereka berpikir bahwa Fiona telah di campakkan. Bahkan mereka berbisik sedikit terdengar bahwa mereka mengucapkan sumpah serapah ke Fiona.
Fiona melihat Leon dan Liana yang semakin mendekat kearahnya, tapi dengan terang-terangan Leon melewati Fiona begitu saja, tidak mengatakan apapun, bahkan tatapan matanya sama sekali tidak melihat kearah Fiona.
“Fiona? Apa kau sudah putus dengan Leon? Secepat itukah Fiona?” Ucap salah satu murid perempuan kepada Fiona, mereka menetertawakan Fiona.
“Sungguh malang sekali nasibmu Fiona, kau berharap seorang Leon akan dengan mudah kau dapatkan?” Ucapnya lagi, dan kali ini dengan suara tawa yang menyebalkan.
“Aku belum putus denganya” ucap Fiona dan pergi meninggalkan mereka yang masih saja menetertawakan Fiona.
Berita tentang kedatangan murid baru dengan kursi roda sudah tersebar ke penjuru sekolah ini, tidak ada yang berani mencela Liana, karena Leon lah seseorang yang berada di belakang murid baru itu. Dan nasib Fiona? Dia di perlakukan seperti biasa, tetapi kali ini lebih parah dari biasanya, karena mereka mengira bahwa Leon telah putus hubungan dengan Fiona. Sehingga mereka berpikir bahwa sudah tidak ada alasan untuk takut jika berurusan dengan Fiona.
“Kau kembali ke setelan pabrik ya Fiona?” Ucap salah satu teman kelasnya.
Fiona hanya diam dan membuka buku pelajarannya, ia sebisa mungkin berusaha untuk mengabaikan semua orang yang jahat kepadanya. Ia akan diam sampai Leon menjelaskan kepadanya tentang kejelasan hubungan mereka.
Fiona: bisa bicara sebentar? (tulis Fiona mengirimkan pesan ke Leon).
Sampai bel istirahat pertama berbunyi dan Leon sama sekali tidak membalas pesan Fiona, ia semakin dibuat frustrasi dengan Kekasihnya itu yang mengabaikannya begitu saja.
Fiona mengepalkan tanganya kuat, ia benar-benar sudah tidak bisa menahan amarahnya sekarang. Saat di bandara sampai saat ini ia merasa bahwa Leon sudah berlebihan, dia menyiksa Fiona secara tidak langsung. Fiona berpikir bahwa hubungan mereka sudah sangat jauh, bahkan pria itu sudah menidurinya malam itu, dan bukankah harusnya Leon tidak boleh bersikap seperti ini kepadanya?
Fiona memutuskan untuk menemui Leon secara langsung, dengan sedikit berlari Fiona mencari ke kelas kekasihnya itu, ia bahkan mengabaikan rasa sakit di kakinya. Fiona kecewa saat pria itu tidak berada di kelasnya, “dimana Leon si brengsek itu?” Ucap Fiona kepada seorang lelaki berambut keriting yang berada di depan kelas.
“Leon? B-brengsek?” Ucapnya sembari terbata-bata.
“Aishh kau ini!” Ucap Fiona dan pergi untuk mencari Leon di tempat lain. Dan langkahnya terhenti saat ia melihat Leon dan Liana yang sedang berada di ruang musik, pintunya sedikit terbuka, dan Fiona dapat dengan mudah melihat mereka dari depan pintu.
Fiona dapat melihat dengan jelas Leon yang sedang menyuapi Liana makan, ia menatap cemburu kearah mereka berdua. Bagaimanapun Fiona adalah kekasih pria itu bukan? Siapa yang tidak cemburu melihat kekasihnya bersikap manis kepada perempuan lain.
“Leon!” Ucap Fiona sembari membuka pintu ruang musik itu, dan suaranya berhasil membuat Leon dan Liana menoleh kearahnya.
“Kenapa kau tidak membalas pesanku?” Ucap Fiona langsung ke intinya.
Fiona semakin marah saat Leon sama sekali tidak menjawab ucapanya, bahkan pria itu hanya fokus memberi makan Liana. Dan Fiona semakin kesal saat ia melihat tatapan menjengkelkan wanita bernama Liana itu.
“Kau benar-benar mengabaikanku Leon?” Ucap Fiona.
“Jika begini, lebih baik kita putus saja” ucap Fiona, dan kali ini ia berhasil membuat Leon menghentikan aktivitas nya.
Leon meletakan makanan yang berada di tanganya ke meja, lalu ia berbalik dan menatap Fiona. Ia bisa melihat tatapan kecewa milik Fiona kepadanya, “sudah ku bilang, Liana temanku” ucapnya.
“Kalian tidak terlihat seperti teman, Leon kau tidak sadar itu?” Ucap Fiona sembari tersenyum tipis.
“Aku tidak peduli pandangan orang kepadaku, yang jelas Liana temanku, terserah kau percaya atau tidak” ucap Leon.
“Fiona, aku hanya teman, kita tidak memiliki hubungan seperti yang kau pikirkan itu” ucap Liana berbicara dengan sangat lembut.
“Lihat, bahkan aku tidak bisa berjalan atau bahkan mengangkat tanganku hanya untuk makan, maka dari itu Leon membantuku” ucapnya.
“Gadis lumpuh sepertiku tentu mempunyai keinginan bersekolah di tempat seperti ini seperti kalian yang normal, dan aku memaksakan diriku sendiri untuk bersekolah dengan kalian disini, dan Fiona kumohon, Leon hanya membantuku saja” ucap Liana.
Dan ucapan Liana berhasil membuat hati Fiona tersentuh, ia seperti merasa bersalah mempermasalahkan tentang Liana dengan Leon. Ia bahkan teringat tentang ucapanya di bandara yang mengatakan bahwa Liana gadis lumpuh, dan apakah ini penyebab Leon marah kepadanya?
“Maafkan aku” ucap Fiona, dan pergi berlari meninggalkan Leon dan Liana.
“Bukankah dia sangat bodoh Leon? Bahkan dia percaya kata-kataku” ucap Liana sembari terkekeh.
Sementara Leon, ia hanya diam dan jantungnya berdebar kencang saat Fiona mengatakan bahwa dia ingin putus hubungan denganya.
•••
Bell pulang sekolah berbunyi, dan Fiona masih duduk di kelasnya. Ia hanya menunggu untuk pulang lebih lambat dari semua orang, ia hanya tidak ingin orang-orang menatapnya iba karena Leon berada satu mobil dengan perempuan lain.
Fiona menatap kosong kearah jendela, ia melihat mobil Leon yang datang. Dan dia melihat Leon yang sedang membantu Liana untuk masuk ke mobilnya, sangat bohong jika Fiona berkata bahwa dia tidak cemburu, tentu saja hatinya sakit saat melihat hal itu.
Leon menutup pintu mobil untuk Liana, ia melihat keatas yang merupakan ruang kelas Fiona, dan dia melihat bahwa Fiona sedang melihat kearahnya. Tatapannya Leon sangat tahu jika Fiona sedang melihatnya sedih.
“Liana kau tunggu sebentar, ponselku tertinggal di kelas, aku akan mengambilnya” ucap Leon kepada Liana saat kaca mobil terbuka.
“Baiklah, aku tunggu disini” ucap Liana.
Leon segera berlari masuk kembali kedalam gedung sekolah, ia berbohong kepada Liana tentang ponsel nya yang tertinggal. Ia hanya ingin menemui Fiona sebentar saja.
“Fiona” ucapnya.
Fiona menoleh dan ia sedikit terkejut saat ia melihat Leon berada di dalam kelasnya, hanya ada mereka berdua di dalam kelas ini. Leon segera menutup pintu dan tirai dan menguncinya dari dalam. “Leon apa yang kau-“
Ucapan Fiona terpotong saat tiba-tiba Leon mencium bibirnya, ciuman yang sedikit kasar seperti mengisyaratkan kerinduan yang besar. Fiona membalas ciuman itu, dia mengakui bahwa dirinya juga sangat merindukan kekasihnya itu.
Leon mendorong Fiona sampai ke dinding, ia melihat mata Fiona yang juga menatapnya. Lalu Leon mencium Fiona lagi sampai Fiona merasa kehabisan nafas, dan dia mendorong Leon untuk berhenti.
“Leon berhenti” ucap Fiona.
“Maafkan aku” ucap Leon dan langsung memeluk Fiona. “Aku harus kembali, maafkan aku karena tidak bisa mengantarmu” ucap Leon dan pergi meninggalkan Fiona.
“Leon! Di bibirmu ada lipstikku” teriak Fiona.
Leon pun langsung menghentikan langkahnya dan membersihkan lipstik yang berada di bibirnya. Ia sangat berterimakasih kepada Fiona karena mengingatkannya, entah apa yang terjadi jika Liana melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments