Fiona berjalan di tengah hujan sembari memegang payung berwarna merah di tanganya, tangan satunya lagi memegang satu plastik yang berisikan makanan dan minuman.
Ia akan mengunjungi kakaknya Rey di kantor polisi, sudah lama ia tidak bisa bertemu dengan kakak laki-lakinya itu.
Dengan mata sembab Fiona menggunakan kacamata untuk menutupi mata sembabnya itu, sudah satu minggu sejak ia mematikan panggilan telepon secara sepihak, dan sampai sekarang pria yang menjadi kekasihnya itu tidak lagi menghubungi Fiona. Ia selalu terpikirkan dengan nasib hubunganya dengan Leon, ketidakjelasan ini membuat Fiona berpikir bahwa Leon sudah memutuskan hubungan denganya. Dan Fiona berpikir apakah seperti ini cara mereka orang dari kalangan atas menyikapi hal tentang percintaan seperti ini? Apakah mereka hanya akan menghilang setelah apa yang semuanya terjadi?.
Kepala Fiona terasa sangat sakit saat ia teringat peristiwa malam itu, dimana ia telah memberikan mahkotanya kepada Leon. Bahkan Fiona sampai berjalan pincang selama tiga hari, dan itu terasa sangat menyakitkan baginya, karena bagaimanapun Fiona bertubuh mungil sedangkan Leon tinggi tegap dan gagah.
Jika mengingat hal itu Fiona terkadang berpikir bahwa Leon hanya penasaran padanya, dan saat pria itu sudah mendapatkan apa yang membuat dia penasaran maka dia akan dengan mudah pergi begitu saja. “Astaga Fiona, kau tidak boleh menangis disini” ucap Fiona saat air matanya ingin menetes saat ia masih berada ditempat umum.
Fiona hanya merasa bahwa ia sangat merindukan kekasihnya, ada rasa curiga, rindu, kemarahan bercampur menjadi satu. Fiona benar-benar telah jatuh cinta pada pria bernama Leonardo.
“Baiklah Fiona, kau harus berhenti menangis dan mari kita menjenguk kak Rey” ucap Fiona.
Fiona masuk ke kantor polisi, dan ia di persilahkan menunggu untuk beberapa saat dan tak lama datanglah pria bernama Rey yang merupakan kakak dari Fiona, “Fiona? Kau baru datang?” Ucap Rey saat bertemu dengan Fiona.
“Maaf kak, Fiona hanya sibuk” ucap Fiona sembari tersenyum.
“Aku tau, kau pasti sudah mempunyai kekasih bukan?” Ucap Rey sembari terkekeh, Fiona senang saat ia melihat senyuman kakaknya. Ia sangat senang karena kakaknya tidak merasa terpuruk saat seperti pertama kali ia masuk ke penjara.
“Emm, kak Rey benar! Fiona sudah punya kekasih” ucap Fiona sembari tersenyum lebar.
“Benarkah! Wah Fiona kau hebat sekali” ucap Rey.
“Kakak tau? Dia sangat tampan, sangat tinggi dan dia-“ ucapan Fiona berhenti sejenak dan membuat Rey penasaran, Fiona langsung mendekat kearah telinga kakaknya itu dan mulai berbisik “dan dia sangat kaya” ucap Fiona.
“Nama pria itu?” Ucap Rey penasaran.
“Namanya RAHASIA” ucap Fiona sembari terkekeh.
“Yang benar saja Fiona” ucap Rey kesal.
“Aku akan membawanya kesini lain waktu, dan untuk namanya akan aku rahasiakan dulu kak” ucap Fiona sembari tersenyum lebar.
“Dan sebaiknya kak Rey cepat makan” ucap Fiona sembari memberikan plastik berisikan makanan yang ia bawa tadi.
Fiona terus membuka tutup ponselnya, ia selalu menunggu notifikasi pesan atau telepon dari Leon. Ingin sekali rasanya ia menelpon terlebih dahulu, tetapi ia gengsi karena terakhir kali Fiona yang mematikan panggilan teleponnya sepihak.
“Seragam itu sangat cocok denganmu” ucap Rey saat melihat seragam Fiona.
“Ahh ini seragam sekolah baru ku kak, Moon High School” ucap Fiona.
“Sebaiknya kau berhati-hati sekolah disana, karena para orang kaya itu kadang menindas dan bersikap semena-mena kepada setiap orang yang berada jauh dibawah mereka dari segi status sosial” ucap Rey.
“Tentu kak, Fiona mempunyai malaikat pelindung” ucap Fiona.
“Siapa? Kekasihmu itu?” Ucap Rey menebak.
“Yap! Benar sekali” jawab Fiona senang.
“Baiklah kakak merasa lebih tenang sekarang, karena walaupun tidak ada kakak, tetapi Fiona masih bisa berangkat ke sekolah dengan aman. Kakak sangat berterimakasih kepada kekasihmu itu, lain kali kau bisa mengajaknya kesini untuk berbicara denganku” ucap Rey.
“Oke kak, Fiona akan membawanya kesini lain kali” ucap Fiona.
“Apa ayah dan teman wanita nya itu masih suka memukulimu?” Ucap Rey dengan raut wajah kawatir.
“Tidak kak, kakak tenang saja” ucap Fiona berbohong, padahal ia masih sering di pukuli oleh ayahnya dan teman wanitanya itu.
“Maafkan aku, aku sebagai Kakak tidak bisa terus melindungimu maafkan aku” ucap Rey menyesal.
“Tidak apa kak, yang terpenting sekarang adalah kak Rey baik-baik saja dan sehat” ucap Fiona.
“Adiku sudah tumbuh dewasa ternyata” ucap Rey sembari mengusap puncak kepala Fiona.
‘Kring
Notifikasi pesan masuk berbunyi di ponsel Fiona, ia segera membuka isi pesan itu dan wajahnya seketika terkejut setelah membaca isi pesan itu. Fiona segera berpamitan kepada kakaknya untuk pulang lebih cepat, Fiona berlari ditengah hujan deras, payung yang ia bawa bahkan dengan mudah ia lupakan begitu saja.
Bajunya basah kuyup, rambut panjang nya basah terkena air hujan. Setelah Rose memberitahunya bahwa ia mendapatkan kabar dari Dave bahwa Leon akan pulang hari ini, dan Rose meminta Fiona untuk segera ke bandara. Ia sangat berterimakasih kepada Rose yang selalu berpihak padanya, apapun berita yang ia dapatkan dari Dave bahkan jika itu rahasia, Rose akan tetap memberitahunya.
Fiona segera masuk kedalam bus, ia tetap berdiri karena bajunya sudah sangat basah. Ia terus melihat jam di ponselnya dan Fiona sangat kawatir jika ia terlambat untuk menghadang Leon di bandara, ia sangat ingin bertemu dengan pria yang menjadi kekasihnya itu.
Setelah bus sampai di dekat bandara, Fiona segera berlari secepat yang ia bisa di tengah hujan yang terus turun sejak tadi, seperti langit pun tidak merestui Fiona untuk bertemu dengan Leon sekarang. Fiona langsung menyebrang saat lampu masih berwarna merah. Tetapi saat ia berada ditengah jalan tiba-tiba lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, dan sebuah sepeda motor dengan pengendara nya yang fokus dengan ponselnya itu menabrak Fiona.
“Akhhh!” Teriak Fiona saat ia terjatuh ke jalanan yang begitu keras. Si pemilik motor reflek mengerem mendadak dan beruntungnya Fiona ia hanya tertabrak sedikit, tetapi kakinya tergores dan mengeluarkan darah, dan juga tangan kanan nya yang juga tergores lebih parah terus mengeluarkan darah.
“Tidak apa, semuanya aku tidak apa, terimakasih tapi aku sedang terburu-buru” ucap Fiona kepada semua orang yang mengerumuni nya.
“Tapi kau terluka” ucap si pengendara motor.
“Tidak apa Pa, saya permisi” ucap Fiona dan segera melanjutkan langkahnya kembali dengan kaki yang pincang, sesekali Fiona terus meringis karena luka nya sangat perih.
Fiona terus memaksakan kakinya untuk berjalan dengan lebih cepat, ia bahkan tidak peduli dengan semua orang yang melihatnya dengan tatapan aneh. Ia sungguh tidak peduli dengan itu, yang ia pedulikan sekarang adalah bertemu dengan kekasihnya yang sudah tidak mengabarinya begitu lama.
Fiona masuk ke dalam bandara itu, dan ia mencari-cari keberadaan Leon. Fiona hanya memperhatikan pria yang mempunyai tinggi badan seperti Leon, ia mengedarkan pandangan nya ke segala arah tapi tetap nihil, ia tidak menemukan Leon di sisi manapun.
Fiona mengelap darah yang keluar dari kaki dan lengan dengan sapu tangan yang berada di dalam tas sekolahnya. Fiona memutuskan untuk tetap menunggu sampai ia bertemu dengan kekasihnya itu, ia selalu mengirim pesan ke Leon, tetapi tidak ada satupun yang terbaca, dan Fiona berpikir bahwa Leon telah memblokir nomornya.
Fiona terus melihat kearah kedatangan penumpang, sudah sekitar lima belas menit ia terus memantau kearah kedatangan penumpang itu, matanya berbinar saat akhirnya ia melihat wajah Leon berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Leon!” Teriak Fiona sembari tersenyum lebar dan melambaikan tanganya kearah Leon.
Senyuman Fiona memudar saat ia melihat Leon sedang mendorong sebuah kursi roda, dan wajahnya semakin kecewa saat ia melihat yang duduk di kursi roda itu adalah seorang wanita. Seorang wanita yang pernah Fiona lihat sebelumnya, ia mengingat wanita itu sedang menonton pertandingan voli saat Leon bertanding saat itu.
“Leon, kau harus ingat semua yang aku katakan sebelumnya” ucap Liana saat ia melihat Fiona.
“Aku akan mengingat nya” ucap Leon.
“Baiklah sebaiknya kau pergi, aku akan pulang bersama supirku” ucap Liana.
Leon memberikan kursi roda Liana ke supir yang sudah menunggu di bandara itu sebelumnya, dan ia mulai melangkahkan kakinya untuk menghampiri Fiona yang masih menatapnya dengan tatapan sedih. Leon melihat kaki dan lengan Fiona yang terluka, dan wajahnya berubah menjadi sangat kawatir.
“Apa yang terjadi? Kenapa kau terluka? Kenapa kau berdiri disini Fiona!” Ucap Leon dengan nada tinggi yang berhasil menarik perhatian orang.
“Siapa dia?” Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Fiona.
“Kita ke rumah sakit sekarang” ucap Leon.
“Siapa!!” Teriak Fiona histeris, bahkan air matanya sudah jatuh sekarang.
Fiona hanya sedang mengeluarkan amarahnya, kerinduannya dan kekhawatiran yang ia rasakan selama ini, dan ditambah dengan seorang wanita yang ia tau dia adalah teman Leon, tetapi untuk apa Leon pergi ke Jepang hanya berdua dengan wanita itu? Banyak sekali pertanyaan yang ingin sekali Fiona tanyakan kepada pria di depan nya ini.
“Dia temanku, aku sudah pernah mengatakannya padamu, dia Liana” ucap Leon.
“Kalian pergi bersama bukan?” Ucap Fiona.
“Iya” jawab Leon, dan membuat Fiona menatapnya tak percaya.
“Kalian berselingkuh?” Ucap Fiona.
“Fiona cukup” ucap Leon.
“Kau berselingkuh dengan gadis lumpuh itu?” Ucap Fiona, dan berhasil membuat Leon menatapnya tajam.
“Kau berkata apa tadi? Kau bisa ucapkan sekali lagi?” Ucap Leon sembari menatap Fiona tajam.
“Gadis lumpuh” ucap Fiona, ia sungguh sangat terpancing emosi.
Leon menahan emosi nya dengan sekuat yang ia bisa, ia benar-benar menahan semua kata-kata kasar yang ingin keluar dari mulutnya itu.
Leon hanya diam dan memutuskan untuk menarik kopernya dan pergi meninggalkan Fiona yang amarahnya masih di puncak, bahkan Fiona masih menangis saat ini. Leon merasa sangat kesal dan sangat marah dengan perkataan Fiona yang menyebut Liana seperti itu. Bahkan Leon tidak memperdulikan Fiona yang terluka, ia hanya diam dan segera masuk kedalam mobilnya, dan meninggalkan Fiona seorang diri.
Fiona hanya diam sembari melihat mobil Leon yang semakin menjauh, “kenapa ini terasa sangat menyakitkan” ucap Fiona lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments