Bab 7

“Leon? Kau sudah bangun” ucap Fiona sembari mengucek matanya.

Leon hanya tersenyum dan menghampiri Fiona di tempat tidur, Fiona segera merapatkan dirinya dengan selimut untuk menutupi tubuhnya yang tidak menggunakan sehelai benang pun. Ingatan tentang kejadian semalam membuat pipi Fiona berubah menjadi semerah tomat, wajahnya pun terasa sangat panas.

“Kau harus mandi sekarang, ayahmu terus menelponmu sejak tadi” ucap Leon sembari merapikan rambut Fiona yang berantakan.

“Astaga! Benar juga! Aku tidak pulang semalam” ucap Fiona sembari mencoba turun dari ranjang dengan tergesa-gesa.

“Akh!” Jerit Fiona saat kakinya mulai mencoba untuk melangkah, rasa nyeri yang menjalar dari bagian sensitifnya membuat ia sampai terjatuh ke lantai. Dengan cepat Leon segera membantu Fiona untuk berdiri, “maafkan aku” hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Leon.

“Maafkan aku semalam, gara-gara aku, kau baru bisa beristirahat jam 2 pagi” ucap Leon sembari memasang wajah yang menyesal.

“Tidak apa, hanya saja setelahnya mungkin aku akan berjalan pincang” ucap Fiona. “Maafkan aku” ucap Leon lagi.

Fiona dengan cepat mengusap rambut Leon dengan lembut, ia tersenyum dan mencoba menenangkan pria yang menjadi kekasihnya itu. Ia seolah berkata bahwa tidak apa, tidak usah kawatir. Sementara Leon, ia lagi-lagi tertegun saat Fiona mengusap lembut kepalanya, rasa nyaman itu kembali ia rasakan.

“Baiklah, aku akan membantumu masuk ke kamar mandi” ucap Leon sembari membopong Fiona ala Bridal Style.

Leon segera menurunkan Fiona ke bathub, lalu ia melepaskan kain yang menutupi tubuh Fiona. Reflek Fiona langsung menutupi bagian tubuhnya dengan kedua tanganya, “untuk apa kau menutupinya, aku sudah melihat semuanya” ucap Leon sembari tersenyum tipis.

“Aku hanya malu” ucap Fiona.

“Cepat mandi, aku akan menunggu diluar” ucap Leon dan menutup pintu kamar mandinya.

Leon melihat diatas tempat tidurnya terdapat bercak darah berwarna merah, ia tau bahwa ia sudah mengambil keperawanan Fiona. Dan artinya, memang Leon lah yang pertama kali menyentuh Fiona, tadinya Leon tidak berharap banyak dan tidak percaya sepenuhnya bahwa ini yang pertama kalinya bagi gadis itu, tetapi sekarang semuanya sudah terbukti.

“Kurasa aku memang brengsek” ucap Leon sembari melihat bercak itu.

Di dalam hatinya sesungguhnya Leon selalu menepis perasaan aneh yang muncul secara tiba-tiba saat ia bersama Fiona, ia selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sama sekali tidak menyukai gadis itu, ia hanya menyukai Liana. Leon menganggap rasa aneh yang ia miliki hanya sekedar hasrat liar dari seorang laki-laki kepada perempuan.

Tentang bagaimana ia meniduri gadis itu, menurutnya semua adalah murni dari hasrat liar nya. Ia akan melakukan balas dendamnya secepat mungkin, ia harus memberikan rasa sakit Liana kepada adik dari lelaki brengsek bernama Rey yang telah menghancurkan hidup Liana.

“Rey, aku tidak sabar melihat bagaimana ekspresi mu jika kau tau adikmu berada di tanganku” ucap Leon sembari tersenyum smirk.

•••

Sudah satu minggu sejak kejadian malam itu, disaat itulah Leon berpamitan kepada Fiona bahwa ia akan izin selama satu bulan untuk menemani ayahnya berobat. Sekolah mengizinkannya karena Leon tetap diharuskan mengikuti pelajaran secara online, dan oleh karena itu ia bisa izin dalam waktu yang lama. Awalnya Fiona sangat terkejut karena kabar itu sangat mendadak, tetapi saat Leon memberitahunya bahwa ia akan menemani ayahnya berobat membuat Fiona tidak mempermasalahkanya.

Fiona selalu menjalani hari-harinya dengan sangat berat, ia ingin sekali bertemu dengan kekasihnya. Bahkan untuk berhubungan dengan telepon pun sangat sulit, karena Leon jarang sekali membalas atau bahkan sekedar menelponnya sebentar saja. Fiona berpikir apakah Leon selingkuh? Mungkinkah? Tetapi ia dengan cepat menepis itu semua.

Sementara Leon, dia duduk sembari menyesap secangkir kopi hangat di tanganya. Dengan pemandangan luar biasa dari salah satu kota di jepang yang sangat indah, dan di sampingnya seseorang yang duduk di kursi roda menggenggam tanganya dengan erat.

“Liana, kau harus istirahat” ucap Leon kepada seseorang yang tak lain adalah Liana.

“Terimakasih kau sudah menemaniku berobat selama ini” ucap Liana.

“Jika bukan aku, siapa lagi yang akan menjagamu?” Ucap Leon sembari mengusap puncak kepala Liana.

“Apa Fiona tidak apa?” Ucap Liana, dan berhasil membuat Leon menghentikan gerakan tanganya.

“Kenapa kau membahasnya?” Ucap Leon.

“Dia adalah kekasihmu” ucap Liana sembari terkekeh.

“Kau selalu menggodaku bukan?” Ucap Leon.

“Apa kau pernah menciumnya?” Ucap Liana.

“Tidak” ucap Leon berbohong.

“Tidak boleh! Ingat itu Leon!” Ucap Liana.

“Aku tidak mungkin melakukanya” ucap Leon berbohong lagi, padahal sudah jelas bahwa ia bahkan telah tidur dengan Fiona.

“Baiklah, lalu apa rencanamu untuk selanjutnya? Rencana balas dendammu itu? Kau akan melakukan apa?” Ucap Liana.

“Aku akan membuatnya mencintaiku lebih dalam lagi” ucap Leon.

“Lalu?” Ucap Liana.

“Lalu aku akan menghancurkan hatinya, pada saat ia seperti tidak bisa hidup tanpaku” ucap Leon.

Liana yang mendengar itu 'langsung bertepuk tangan sembari tersenyum lebar, dan senyuman itu disusul dengan senyuman milik Leon yang sama lebarnya. Mereka menghabiskan sore hari di Jepang bersama, mematikan ponsel mereka dan menikmati saat-saat bersama dimana tidak ada orang yang mengganggu mereka.

Pukul 18.45 Leon membawa Liana keluar untuk sekedar berjalan-jalan malam di salah satu kota di dekat rumah sakit Liana. Dengan mendorong kursi roda dengan hati-hati Leon sesekali membelikan makanan dan minuman yang ingin Liana beli, dan sampailah mereka di dalam toko khusus kebutuhan wanita, dimana di toko ini mereka menjual berbagai barang yang hanya dipakai oleh wanita saja. Liana sangat senang melihat semua benda yang terlihat cantik di toko ini, Leon pun ikut merasakan kebahagiaan itu.

Leon membiarkan Liana untuk menjalankan kursi rodanya sendiri, ia membiarkan Liana melihat semua yang ingin ia lihat. Langkah Leon terhenti saat ia melihat sebuah jepit rambut berbentuk pita berwarna pink yang sangat menarik perhatianya, ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil ini membuat jepit rambut itu terlihat sangat pas. Ia tersenyum saat membayangkan Fiona memakai jepit rambut ini di rambut panjang berwarna merahnya, “Pasti dia akan sangat cantik memakai ini” ucapnya lirih nyaris tak terdengar.

Leon segera membawa jepit rambut itu dan segera membayarnya dikasir, ia segera memasukan jepit rambut itu ke saku jas panjang nya saat Liana mendekat kearahnya. Ia segera menghampiri Liana dan membantunya mendorong kursi rodanya.

“Apa cuma ini yang kau beli Liana?” Ucap Leon.

“Aku hanya menginginkan ini” ucap Liana sembari tersenyum kepada Leon.

“Baiklah tunggu aku, aku akan membayar semuanya” ucap Leon kepada Liana.

Liana pun hanya mengangguk sembari tersipu malu, ia melihat dengan jelas bahwa Leon membeli jepit rambut berwarna pink tadi. Ia tidak menyukai jepit rambut dan sebagainya, tetapi ia tetap senang jika Leon yang berinisiatif membelikannya. Liana sangat tidak sabar saat nanti Leon akan memberikan jepit rambut itu kepadanya.

Saat hari sudah semakin malam, Leon mengantar Liana untuk kembali ke kamar perawatanya. Dan Leon segera berpamitan kepada Liana dan ibunya saat itu juga, Liana memandang Leon kecewa saat pria itu tidak memberikan jepit rambut itu kepadanya, ia seketika berpikir apakah Leon membelikan itu untuk Fiona ?

Sementara Leon sendiri segera kembali ke hotel yang ia tinggali sementara ini, tempatnya tidak jauh dari tempat perawatan Liana. Ia dengan cepat menyalakan ponselnya dan merebahkan tubuhnya ke sofa, ia mengeluarkan jepit rambut itu dari sakunya. Dan dia memutuskan untuk menggunakan panggilan video untuk menghubungi Fiona.

“Fiona?” Ucap Leon sembari tersenyum setelah Fiona mengangkat panggilanya, Leon terkekeh saat melihat rambut Fiona yang berantakan.

“Leon? Kenapa kau baru menghubungiku?” Protes Fiona.

“Maafkan aku, aku sangat sibuk membantu ayahku” ucap Leon.

“Ayahmu?” Ucap Fiona di telepon.

“Iya ayahku” ucap Leon.

“Bukankah ayahmu itu Tuan Frans? Aku melihatnya di lapangan golf tadi saat Rose mengajaku bermain” ucap Fiona, Leon seketika terdiam membeku, ia harus menjawab apa sekarang? Ia sudah ketauan dan tidak bisa menjawab apapun.

“Kau berbohong Leon, kau sedang bersama siapa disitu?” Ucap Fiona kesal.

“Leon? Kau hanya diam saja? Jadi kau berbohong padaku, oke tidak apa Leon! Bersenang-senanglah” ucap Fiona dan mematikan panggilanya sepihak.

“Apa yang kau sembunyikan dariku Leon” ucap Fiona sembari menangis.

Terpopuler

Comments

alsava

alsava

gedek bgt sama pemeran utama wanita nya, lembek bgt

2025-03-13

0

Rusmini Rusmini

Rusmini Rusmini

ayo jgn menye menye Fiona jd wanita yg tegar kuat

2025-01-16

0

Neneng Dwi Nurhayati

Neneng Dwi Nurhayati

buat Fiona jadi wanita tegas kak
biar tau rasa Leon nanti pada saat ditinggal Fiona

2024-10-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!