Bab 2

“AKHH!

Fiona menjerit saat seorang wanita berambut pirang sedang menjambak rambutnya dengan sangat kuat, dengan sekuat tenaga Fiona berusaha untuk melepaskan tangan itu dari rambutnya, tetapi wanita bernama Sofia itu enggan melepaskan tanganya dari rambut Fiona.

“Fiona! Kau pikir kau siapa Hah! Dengan beraninya kau menjadi kekasih Leonardo!” Ucap Sofia sembari memelototkan matanya.

Fiona hanya diam, sedangkan tanganya berusaha untuk melepaskan tangan Sofia dari rambutnya. sudah bukan hal baru ia diperlakukan seperti ini, jika teman kelasnya tidak berani mengganggu Fiona maka hal ini tidak berlaku bagi Sofia. Dia adalah siswi yang berasal dari kalangan atas, bahkan dia terkenal dengan kesombongan dan keangkuhanya, Sofia sangat menyukai Leon sejak lama, maka sudah bisa ditebak jika Sofia akan terus menjadikan Fiona sebagai sasaran kemarahannya.

Sofia selalu menarik Fiona ke belakang ruang perpustakaan, dan selanjutnya Fiona akan di perlakukan seperti sekarang Ini. Sofia bersama dengan kedua temannya itu terus mengganggu Fiona tanpa henti, bisa saja Fiona meminta bantuan kepada kekasihnya itu, tetapi dia tidak mau terus bergantung kepadanya.

“Sofia hentikan! Ini sangat menyakitkan” ucap Fiona memohon.

“Tidak, aku tidak akan berhenti sebelum kau menangis” ucap Sofia.

“Tolong” ucap Fiona sembari meringis kesakitan.

Sementara di tempat lain, di sebuah jendela yang berada di lantai dua, seorang pria sedang melihat pemandangan yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Sembari merokok, ia melihat kejadian itu sejak lima menit yang lalu, dia hanya diam sembari sesekali memainkan ponselnya.

“Leon! Apa kau tidak berniat untuk membantunya?” Ucap Dave sembari menepuk pundak temanya itu.

“Bukankah pertunjukan seru itu baru dimulai? Untuk apa aku menghentikannya” ucap Leon.

“Sikapmu ini sangat jahat bukan?” Ucap Dave sembari terkekeh.

Pria bernama Leon itu hanya diam sembari melihat pertengkaran yang terjadi di belakang gedung perpustakaan. ia melihat Fiona yang meringis kesakitan saat Sofia melukai nya, bahkan wajahnya terlihat sangat menderita. Tetapi Leon sama sekali tidak merasa iba saat melihatnya. Itu bisa terjadi karena dia sama sekali tidak menyukai atau bahkan mencintai gadis bernama Fiona itu, menjadikannya kekasih adalah sebuah langkah awal dari balas dendam nya kepada seseorang yang telah menghancurkan masa depan Liana kekasihnya.

Mengingat bagaimana Liana hanya bisa duduk di kursi roda dan rasa trauma yang dialami gadisnya itu membuat Leon tersiksa. Satu tahun yang lalu saat sebuah kabar tentang kecelakaan Liana sampai di telinga nya, seolah seperti sebuah mimpi buruk baginya. Saat itu ia sedang mengikuti pertandingan voli di luar kota, tapi tiba-tiba ia mendapatkan sebuah kabar buruk dan membuatnya segera pergi ke tempat dimana Liana berada.

Hatinya sangat sakit saat mendengar Dokter mengatakan bahwa Liana akan lumpuh seumur hidupnya, fakta itu membuat dirinya benar-benar hancur, impian dan rencana masa depan yang mereka buat seolah telah dihancurkan dalam sekejap.

Leon selalu merawat Liana sejak saat itu, dia tidak pernah absen untuk datang walaupun hanya sekedar membawakan bunga.

Sampai pada saat itu, hari dimana lelaki bernama Rey yang telah menyebabkan Liana kecelakaan akan disidang dan dijatuhi hukuman. Dengan kesadaran penuh Leon mengepalkan tanganya dengan kuat, dan pada saat pria bernama Rey itu berada di dekatnya, Leon segera melayangkan pukulan untuknya. Pria itu terjatuh dengan luka di sudut bibirnya, dia memandang wajah Leon yang sedang menatapnya penuh kebencian.

“Kakak!”

Saat setelah ia memukul pria bernama Rey itu, datanglah seorang gadis berambut panjang berwarna hitam berlari menghampiri Rey dengan berlinang air mata, gadis yang memanggil Rey dengan sebutan kakak itu menangis dan memeluk Rey yang sudah terjatuh. Sementara Leon, dia segera memakai kacamata hitam nya dan pergi meninggalkan ruang sidang itu, tetapi sejak saat itu ia sangat mengingat wajah gadis itu.

Bukan hanya kebetulan Fiona pindah ke sekolah ini, tetapi dengan banyak cara Leon lah yang telah merencanakan semuanya, dan tujuan utamanya adalah agar Fiona semakin berada di dekatnya.

“F I O N A” ucap Leon sembari menunjukan senyum smirk nya. Ia sangat tidak sabar untuk segera menghancurkan gadis itu dengan perlahan, bukan hanya dihancurkan dengan kejahatan, tetapi juga dihancurkan dengan kebaikan.

“Kurasa aku harus datang untuk menjadi pahlawan nya, bukan begitu Dave?” Ucapnya kepada Dave yang tersenyum menyeringai.

Leon segera mematikan rokoknya dan mulai menuruni tangga untuk datang ke tempat dimana Fiona berada, ia menyemprotkan sedikit parfume ke tubuhnya agar bisa menyamarkan bau rokok yang berada tubuhnya.

“Sofia hentikan!” Ucap Leon dengan tatapan tajamnya.

Sofia yang melihat Leon datang pun segera melepaskan genggaman tanganya dari rambut Fiona, ia salah tingkah dan ketakutan. Dia segera memperlihatkan senyum nya untuk menutupi rasa takutnya.

Leon segera menarik tangan Fiona dan menuntunya untuk lebih dekat denganya, dia menatap tajam Sofia yang ketakutan, bahkan Sofia seperti sangat ingin sekali menangis sekarang.

“Cepat pergi! Atau aku akan menamparmu” ucap Leon, Sofia pun langsung pergi dengan terbirit-birit.

“Astaga bagaimana bisa dia melakukan ini padamu?” Ucap Leon sembari merapikan rambut Fiona yang berantakan.

“Hiks, hiks, dia sudah sering melakukan ini padaku” ucap Fiona sembari terisak. Dia sudah sangat menderita untuk menutupi hal ini dari kekasihnya, mulai sekarang ia harus meminta perlindungan kepada Leon.

“Kau sampai menangis karenanya, apa aku harus menjambak rambutnya juga untukmu?” Ucap Leon, dan dengan cepat Fiona menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak setuju dengan ucapannya.

Fiona meringkuk memeluk Leon, tubuh mereka seketika bersentuhan, tindakan tiba-tiba yang dilakukan Fiona berhasil membuat Leon diam membeku. Dia, Leon sangat terkejut dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Fiona sedang memeluknya dengan sangat erat, dan ini sangat membuatnya canggung, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang, apakah harus membalas pelukanya? Atau langsung lepaskan saja? Tapi setelah berpikir dengan lebih keras, akhirnya Leon menolak tindakan itu.

Tangan Leon segera melepaskan pelukan itu dengan perlahan, lalu ia memegang tangan Fiona.

“Fiona dengarkan aku” ucapnya .

“Ada apa?” Ucap Fiona yang masih terisak.

“Aku adalah pelindungmu, aku akan menjagamu dari orang yang berniat jahat” ucap Leon sembari menatap wajah Fiona, sementara tanganya mengusap air mata kekasihnya.

“Benarkah?” Ucap Fiona.

“Tentu! Aku akan selalu berpihak padamu” ucap Leon sembari mengusap puncak kepala Fiona.

Fiona pun mulai tersenyum kepada pria di depanya itu, ia merasa sangat bahagia karena mempunyai kekasih sepertinya, baginya Leon adalah sosok yang bisa ia andalkan untuk sekarang atau bahkan untuk masa depanya, perlakuan baik pria itu membuatnya sangat merasa nyaman saat berada di dekatnya.

•••

Jam pulang sekolah sudah tiba, tepat pukul 17.30 Fiona masuk kedalam mobil bersama Leon dan supir pribadinya. Leon akan selalu mengantarnya pulang kerumah. Tetapi setiap Fiona mengajaknya untuk mampir sebentar, Leon selalu menolaknya, Fiona hanya berpikir bahwa kekasihnya itu memang sedikit pemalu.

“Tuan muda, baru saja saya menerima kabar jika nona Liana mulai bisa berbicara kembali” ucap supir pribadi Leon.

“Benarkah!” Ucap Leon, senyum di wajahnya sangat terlihat berbeda. Saat mengetahui kabar tentang Liana membuatnya sangat bahagia! Bahkan ia tidak sadar jika supirnya itu menyebutkan nama Liana di depan Fiona.

“Siapa Liana?” Ucap Fiona yang merasa penasaran, karena dia baru pertama kali melihat senyuman itu di wajah kekasihnya. sebelumnya ia hanya bisa melihat wajah datar tanpa ekspresi Leon setiap berada di dekatnya, tentu saja Fiona merasa ingin tau siapa orang yang bernama Liana, nama yang bisa membuat kekasihnya tersenyum seperti itu.

“Liana? Dia temanku” ucap Leon, dia segera menetralkan ekspresinya saat sadar bahwa masih ada Fiona disampingnya.

“Leon?” Ucap Fiona sembari menatap wajah kekasihnya itu.

“Iya?” Jawabnya.

“Kenapa kau tidak pernah tersenyum seperti itu kepadaku?” Ucap Fiona.

“Apakah harus?” Ucap Leon, ia sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan memojokkan yang Fiona lontarkan kepadanya.

“Tentu, kita adalah sepasang kekasih” ucap Fiona.

Leon tersenyum, tetapi kali ini senyum yang terlihat di wajahnya sangat berbeda. Hanya satu ujung bibirnya saja yang tertarik, bagi siapapun yang melihatnya pasti akan merasa bahwa Leon sedang tersenyum dengan terpaksa.

“Apa kau sungguh mencintaiku Leon?” Ucap Fiona setelah ia melihat ekspresi wajah Leon kepadanya.

Terpopuler

Comments

Rusmini Rusmini

Rusmini Rusmini

lugu amat fiona..m

2025-01-16

0

StarryOwO

StarryOwO

ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!

2024-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!