Aku Tahu Diri

***

Keesokan harinya,

Yona sangat bersyukur bahwa tadi malam, Daniel tidak kembali ke kamar mereka. Daniel memilih tidur di ruangan kerjanya yang memang lumayan dekat jaraknya dari kamar mereka.

Sesuai dengan instruksi Daniel, Yona akan mulai bekerja di perusahaan suaminya. Walaupun dengan berat hati, Yona akan mencoba sebisa mungkin, agar Daniel setuju untuk berpisah.

Sebenarnya Yona tentunya bisa berpisah tanpa persetujuan Daniel, Yona bisa kabur dari Daniel. Tapi, Daniel sungguhlah sangat tidak berperasaan, Daniel akan selalu mengancam Yona dengan membawa nama orang tuanya.

“Semangat Yona, pasti semuanya akan berjalan dengan baik! Kau harus bisa berpisah darinya bagaimana pun caranya!” ucap Yona menyemangati dirinya sendiri.

Sekarang Yona sudahlah berpakaian rapih dan sedang bersiap-siap menuju kantor Daniel.

Yona turun kebawah dan sudah menemukan Daniel sudah ada di meja makan. Yona juga melihat jika Daniel sudahlah sangat rapih dengan pakaian formal yang merupakan gayanya sehari-hari.

Yona masih terdiam dan membisu, karena malas berdebat dia pergi ke kursi yang jaraknya paling jauh dari Daniel dan memulai sarapannya.

Yona sedikit melirik kearah Daniel karena sedari tadi Daniel belum mengatakan sesuatu.

Sekarang yang terdengar hanyalah aduan alat makan yang mereka gunakan. Keduanya membisu tanpa ucapan sepatah katapun.

Entah kenapa ada kehangatan pagi itu di hati Yona, selama tiga tahun menikah baru kali ini mereka makan berdua layaknya sepasang suami istri di meja.

Tanpa sadar pikiran Yona melayang dan ada senyuman kecil diwajahnya. Namun, segera Yona menyadarkan dirinya.

“Jangan berharap apapun Yona, kau harus berpisah darinya. Jika kau berharap yang nantinya akan terluka adalah dirimu sendiri!” gumam Yona dalam hatinya dan melanjutkan sarapan pagi nya.

Setelah beberapa saat mereka selesai menghabiskan sarapan pagi mereka. Dan seperti biasa Daniel akan pergi diantar oleh supir pribadinya.

Yona tidak berharap lebih bisa berangkat Bersama dengan Daniel. Yona sudah bersiap-siap untuk memesan taksi online dari ponselnya saat melihat Daniel sudah berjalan menuju parkiran mobil.

Tapi, saat Yona hendak memesan, tiba-tiba Daniel memanggil Yona.

“Apa yang kau lakukan? Cepat naik!” seru Daniel yang sudah duduk di kursi belakang mobil.

Yona masih termenung dan terdiam melihat keadaan itu, Yona semakin dibuat bingung oleh perubahan sikap Daniel yang dia rasa sangat aneh.

“Tidak usah, aku bisa memesan taksi online sendiri,” jawab Yona percaya diri, dia tidak ingin berharap pada pria yang menjadi suaminya ini lagi.

Selama tiga tahun ini Yona sudah cukup bersabar akan sikap kasar Daniel. Yona tahu jika hatinya sangatlah lemah, apalagi memang dirinya memiliki perasaan cinta pada Daniel. Jika Yona menyetujui permintaan Daniel, Yona takut hatinya akan berdebar dan luluh lagi.

“Apa kau mau aku mengulang kata-kataku? Cepat masuk, jangan sampai aku yang menyeretmu dari situ!” decak Daniel dengan suara yang sudah meninggi dan ekspresi yang sudah menampilkan ekspresi yang tidak senang.

“Sial, aku lupa kalau dia sangat keras kepala dan arogan!” gumam Yona menyerah dan mengikuti permintaan Daniel.

Di dalam mobil,

“Nanti dikantor jangan sampai ada yang tahu jika kita adalah sepasang suami istri!” itulah kata-kata pertama yang Daniel ucapkan sesaat setelah Yona duduk dikursi samping Daniel.

“Oh, pantas saja dia memanggilku untuk berangkat bersama, ternyata hanya ingin memperingatiku masalah hal itu. Sungguh lemah nya diriku ini, masih memiliki harapan dan perasaan pada pria jahat sepertimu,” gumam Yona menyadari jika dirinya diajak berangkat Bersama hanya untuk memperjelas hal itu.

“Tenang saja, aku tahu diri, aku akan sebisa mungkin memberikan batas jarak antara kita, aku sama sekali tidak akan pernah membocorkan perihal hubungan kita,” jawab Yona dengan percaya diri.

Karena memang tanpa di peringatkan pun Yona tidaklah mau mempublikasikan hubungan suami istri mereka yang sangat berantakan.

“Sial! kenapa dia menjawab dengan sangat cepat! ah! apa yang kuharapakan? kenapa aku jadi seperti ini? semenjak dia menyerah dan memberikan aku pesan cerai, aku jadi sangat takut dan khawatir. Jika dia tidak tertarik padaku, lalu mengapa dulu dia mau dijodohkan denganku? Seingatku Melly mengatakan jika Yona sangat mencintaiku, apakah Melly berbohong?” gumam Daniel dalam pikirannya.

Daniel selama ini sangat yakin jika istrinya, Yona sangat mencintainya sampai rela dijodohkan oleh ayahnya sendiri. Tapi melihat sikap Yona yang acuh tak acuh membuat Daniel mempertanyakan hal itu lagi.

Daniel yang tenggelam dalam pikirannya tidak menyadari jika mereka akan sampai di perusahaan miliknya.

“Kau turun disini, aku tidak mau sampai ada orang yang melihat kita turun berdua dari mobil yang sama!” ketus Daniel dengan nada yang datar, bahkan saat mengucapkan hal itu menoleh kearah Yona saja Daniel tidak sudi.

Tanpa menjawab sepatah katapun, Yona mengikuti permintaan Daniel. Dia turun dari mobil dan langsung pergi berjalan dengan santainya. Seolah sudah sangat terbiasa dengan sikap kasar suaminya.

Ya, memang Yona sudah tidak mau ambil pusing seperti menangis dan hal yang lainnya. Yona sudah bertekad akan berhenti menangis untuk seseorang yang tidak menghargainya.

“Hmm! semangat Yona, jangan cengeng! aku yakin dia hanya terkejut saja atas pesan cerai yang kau berikan. Lambat laun dia juga akan bosan dan melepaskanmu!” gumam Yona mengepalkan tangannya kedepan dan wajahnya menengadah kelangit. Seperti seseorang yang sudah siap untuk bertempur dengan semangat yang membara.

“Cih, sangat menarik! Ternyata dia sedikit berbeda dengan wanita yang lain!” gumam Daniel tersenyum saat melihat Yona dengan santainya pergi berjalan dan sama sekali tidak mengeluh akan hal itu.

Biasanya jika Daniel melakukan hal itu pada gadis lain, pastinya gadis itu akan merengek dan menangis meminta tolong untuk tidak diturunkan.

***

Daniel

Yona

Lohan

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***