bab 5

Selama ini, aku pikir kedekatanku dengan ayahku akan membuatku jadi orang yang paling mengerti tentang dirinya. Ternyata, aku salah besar. Aku sama sekali tidak pernah tahu tentang masa lalunya. Yang kutahu, ayahku hanyalah seorang pedagang kaki lima yang kemudian membuka warung di rumah. Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk mengantar jemputku dan menemaniku ke mana pun aku pergi.

Mungkin, ayah adalah orang yang paling mengerti aku, tetapi tidak sebaliknya. Cerita singkat dari Novan membuatku termenung. Selama ini, aku tak pernah tahu bahwa ayahku pernah melalui hal-hal yang seperti itu.

Sambil menikmati masakan ayah, pikiranku terus berputar. Aku ingin bertanya banyak hal, tapi bingung harus mulai dari mana. Setelah makan, aku beres-beres tempat tidur dan pakaianku. Tak lama, ayah kembali dengan wajah lusuh dan pakaian yang basah.

"Kenapa basah, Yah? Dari mana?" tanyaku keheranan.

"Tadi pas ayah ke warung, ga sengaja lihat warga lagi kerja bakti, jadi ayah ikut bantu-bantu sebentar. Ayah mandi dulu, ya," jawabnya sambil berjalan ke kamar mandi.

Aku mencium aroma asap dari tubuhnya. Kupikir, mungkin ayah terkena asap dari pembakaran sampah. Meskipun asap pembakaran itu polusi, banyak orang yang masih melakukannya untuk mengurangi sampah.

Aku duduk bersandar menunggu ayah selesai mandi. Setengah jam kemudian, dia keluar, dan kami pun bersiap menuju rumah sakit. Kami berjalan menuju jalan raya, lalu tiba-tiba seorang ibu berlari dan langsung memeluk ayahku.

"Pak, makasih banyak, makasih... Ya Allah, terima kasih, Pak," ucap si ibu sambil menangis.

Aku heran dengan tindakannya. Ibu itu tak henti-henti berterima kasih dalam bahasa Sunda. Dia menarik kami ke warung yang sudah dipenuhi orang. Rupanya, ayahku baru saja menyelamatkan anak ibu itu dari kobaran api. Tak jauh dari warung, rumah ibu itu baru saja terbakar.

Dari cerita warga, saat ayahku sedang membeli sesuatu di warung, tiba-tiba dia berlari dan masuk ke rumah yang dipenuhi asap lewat jendela. Setelah menyelamatkan anaknya, ayah langsung pergi karena sudah ada petugas damkar yang memadamkan api. Warga yang melihat memberi tahu ibu itu ke mana ayahku pergi, sehingga mereka menunggu di pinggir jalan untuk berterima kasih.

Perjalanan kami ke rumah sakit sempat terhambat karena kejadian itu. Jujur, aku merasa tindakannya sangat berbahaya. Namun, ayahku rela mempertaruhkan nyawa untuk orang yang tidak dia kenal.

Tak lama kemudian, seorang petugas keamanan datang dan menanyakan beberapa hal kepada ayah. Saat sedang berbicara, tiba-tiba seorang bapak memukul kepala ayahku dengan keras.

"Plak!" Suara pukulan itu mengejutkanku.

Aku yang tak terima ayah diperlakukan begitu langsung marah. "Jangan kurang ajar, Pak! Ayahku ga salah apa-apa, kenapa dipukul?" bentakku.

Namun, ayahku justru menenangkan dengan meminta maaf pada bapak itu. "Ini senior ayah sewaktu di lapangan. Maafkan ayah, nanti ayah jelaskan," ucapnya dengan lembut.

Meski masih kesal, aku memilih diam. Setelah beberapa percakapan, akhirnya kami bisa melanjutkan perjalanan. Dua sepeda motor mengantar kami ke rumah sakit. Setibanya di sana, kami beristirahat sejenak di minimarket.

"Haha, akhirnya bisa istirahat juga," ucap ayah sambil tertawa.

"Yah, ngapain sih, kalau ayah kebakar gimana? Terus kenapa bohong?" tanyaku kesal.

"Santai aja, Sayang. Ayah baik-baik saja, kan? Lagian ayah engga bohong, itu kan bagian dari kerja bakti," jawabnya dengan santai.

"Ngeles aja bisa," jawabku kesal.

Tiba-tiba ayah melihat kantung kresek yang kubawa. "Eh, itu apa?"

"Ini, tadi pas di warung, ibu-ibu itu kasih Nura. Ya udah, Nura bawa aja."

Ayahku memintaku membuka kresek itu. Betapa kagetnya aku saat melihat isinya. Ternyata ada roti, air putih, dan uang sekitar 470 ribu rupiah dalam berbagai pecahan.

"Ayah, kok ada uangnya?"

"Lain kali kalau ada yang ngasih sesuatu, jangan langsung diterima. Mereka mungkin patungan buat terima kasih. Nah, roti buat ayah, uangnya buat kamu jajan," ucapnya sambil tersenyum.

Aku terkejut melihat keberanian dan kedermawanan ayah. Ternyata, di balik sikap santainya, ayahku adalah seorang yang berjiwa sosial tinggi.

Episodes
1 bab 1
2 bab 2 ( perkenalan )
3 bab 3 rupanya mereka berteman
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10 kebohongan pertamaku
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26 : dibayar lunas
27 bab 27 : alasan orangtuaku bisa pergi umrah
28 bab 28 : rasa sakit diana yang baru aku tahu
29 bab 29 : diana membuatku bingung
30 bab 30 : diana semakin terang terangan
31 bab 31 : ryan mengkhianatiku
32 bab 32 : penyambutan orangtua& awal pertaubatanku
33 Bab 33 : enaknya melibatkan allah
34 bab 34 : mimpi&tangisan penyesalan
35 bab 35 : aku curhat pada bu sinta
36 Bab 36 : aku kembali bersemangat
37 bab 37 : pengakuan dosa sang ibu
38 bab 38 : tangisan terakhir ibuku
39 bab 39 : tak kuat terima kenyataan
40 bab 40 : kabar duka ayahku
41 bab 41 : kenyataan yang tak ku inginkan
42 bab 42 : hadirnya bu sintia dan mas teguh di hidupku
43 bab 43 : kembali tersadar
44 bab 44 : kenyataan pahit
45 bab 45 : rio
46 bab 46 : mas teguh memuaskan aku
47 bab 47 : ternyata aku sakit
48 bab 48 : nyaris putus asa
49 bab 49 : mukjizat mimpi seorang kakek
50 bab 50 : Membuka lembaran baru
51 bab 51 : bu tami & segudang kasih sayang
52 bab 52 : jejak kenangan ayahku
53 bab 53 : bertemu dengan saksi hidup ayahku
54 bab 54 : yang penting jujur
55 bab 55 : Pergolakan Batin di Tengah Keterbatasan
56 bab 56 : Beban Penyesalan yang Berat
57 bab 57 : episode terakhir ( kumpulan dosa ayahku )
Episodes

Updated 57 Episodes

1
bab 1
2
bab 2 ( perkenalan )
3
bab 3 rupanya mereka berteman
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10 kebohongan pertamaku
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26 : dibayar lunas
27
bab 27 : alasan orangtuaku bisa pergi umrah
28
bab 28 : rasa sakit diana yang baru aku tahu
29
bab 29 : diana membuatku bingung
30
bab 30 : diana semakin terang terangan
31
bab 31 : ryan mengkhianatiku
32
bab 32 : penyambutan orangtua& awal pertaubatanku
33
Bab 33 : enaknya melibatkan allah
34
bab 34 : mimpi&tangisan penyesalan
35
bab 35 : aku curhat pada bu sinta
36
Bab 36 : aku kembali bersemangat
37
bab 37 : pengakuan dosa sang ibu
38
bab 38 : tangisan terakhir ibuku
39
bab 39 : tak kuat terima kenyataan
40
bab 40 : kabar duka ayahku
41
bab 41 : kenyataan yang tak ku inginkan
42
bab 42 : hadirnya bu sintia dan mas teguh di hidupku
43
bab 43 : kembali tersadar
44
bab 44 : kenyataan pahit
45
bab 45 : rio
46
bab 46 : mas teguh memuaskan aku
47
bab 47 : ternyata aku sakit
48
bab 48 : nyaris putus asa
49
bab 49 : mukjizat mimpi seorang kakek
50
bab 50 : Membuka lembaran baru
51
bab 51 : bu tami & segudang kasih sayang
52
bab 52 : jejak kenangan ayahku
53
bab 53 : bertemu dengan saksi hidup ayahku
54
bab 54 : yang penting jujur
55
bab 55 : Pergolakan Batin di Tengah Keterbatasan
56
bab 56 : Beban Penyesalan yang Berat
57
bab 57 : episode terakhir ( kumpulan dosa ayahku )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!