bab 2 ( perkenalan )

Sebelumnya, izinkan aku memperkenalkan diri. Seperti yang kamu lihat di cover, itu memang namaku, **Nura**—panggilan sayang dari ayahku. Nama lengkapku adalah Ridha Nurrazahra.

Sempat aku bertanya pada ibuku, "Kenapa aku diberi nama Ridha Nurrazahra? Kenapa nggak Ridha Nur Azzahra?" Ibuku menjawab bahwa itu 100% adalah pemberian dari ayahku dan menyuruhku bertanya langsung pada beliau.

Dengan penasaran, aku pun bertanya pada ayahku, "Yah, lagi sibuk nggak?"

"Enggak dong, sayang. Sini-sini, duduk di samping ayah. Ada apa? Kelihatannya serius banget," jawabnya lembut.

"Yah, artinya 'Nura' itu apa?" tanyaku lagi.

"Eh, ada apa tiba-tiba nanyain itu?" Ayahku balik bertanya dengan senyum di wajahnya.

"Enggak apa-apa sih. Nura cuma heran aja. Kenapa nama Nura, bukan Nur atau Naura? Terus cara penulisannya juga aneh, Ridha Nurrazahra bukan Ridha Nur Azzahra. Itu typo atau emang sengaja?" tanyaku lebih detail.

Sambil membelai rambutku, ayah tersenyum dan mengajakku ke kolam ikan di belakang rumah. "Ayo, ayah ceritain semuanya sambil ngasih makan ikan."

Aku mengangguk dan mengikuti ayah ke kursi di pinggiran kolam. Ayah duduk dan bersandar ke batang pohon jambu, lalu mulai berbicara, "Sebetulnya, nama 'Nura' itu diambil dari dua kata: 'Nur' yang berarti cahaya dan 'Ra' dari bahasa Sunda, artinya sinar. Jadi, Nura itu berarti sinar cahaya. Ridha artinya keikhlasan, sementara Zahra diambil dari nama ibumu, Fatimah Aulia Zahra. Jadi, Ridha Nurrazahra itu bermakna sinar cahaya yang lahir dari keikhlasan ibumu. Harapan ayah, kamu bisa menyinari orang-orang di sekitarmu dengan kelembutan dan menjadi cahaya bagi mereka yang kamu cintai."

Aku mendengarkan dengan takjub saat ayahku melanjutkan, "Kamu tahu nggak, kamu itu lahir prematur, 7 bulan, dan waktu lahir kamu nggak nangis. Detak jantungmu lemah, sampai-sampai perawat bilang kalau kamu meninggal."

"Hah? Seriusan? Kenapa ayah dan ibu nggak pernah cerita?"

"Iya, serius. Kalau nggak percaya, tanya aja ke ibumu. Tapi jangan, nanti dia nangis ingat kejadian itu."

"Terus, gimana Nura bisa hidup lagi?" tanyaku, penasaran.

"Saat itu, semua sudah pasrah. Ibumu minta untuk memelukmu terakhir kali sambil menangis. Dia bilang, 'Insya Allah, Lia ikhlas. Maafin Lia, ya.' Ayah nggak kuat dengar itu. Saat ayah mau mengembalikanmu ke ibumu, tiba-tiba kamu nangis. Perawat langsung mengambilmu kembali."

Aku tertawa kecil, "Lebay, ah. Mana mungkin kayak gitu. Ayah bohong, ya?"

"Beneran, nggak bohong! Kalau nggak percaya, tanya ibumu."

Percakapan kami terpotong saat ponselku berbunyi. Mira, sahabatku, menelepon. Janji kami ke toko buku terpaksa menghentikan cerita ayahku.

"Yaah, tanggung ceritanya, tapi Nura udah janji sama Mira ke toko buku," gumamku, kecewa.

Ayahku tertawa, "Ingat pesan ayah, ya. Jangan bohong, dan jangan ingkar janji. Sudah, cepat siap-siap, nanti Mira kasihan nunggu. Nanti ayah ceritain lagi."

"Janji ya, ayah harus ceritain semua!" Aku mengajaknya untuk ikut, tetapi ayah menolak dengan lembut, mengatakan mulai hari ini dia akan memberiku kebebasan.

Dengan perasaan campur aduk, aku masuk ke rumah dan langsung memeluk ibuku dari belakang. "Bu, Nura sayang Ibu. Maafin Nura ya, belum bisa bahagiain Ibu."

Ibuku terkejut, tapi ia tersenyum hangat dan memelukku kembali.

Hari itu perasaan di dadaku terasa sesak, seolah ada sesuatu yang tidak beres. Tapi aku mencoba mengabaikannya dan segera bersiap-siap untuk pergi menemui Mira.

Saat tiba di tempat yang disepakati, aku melihat Mira tampak murung, dan setelah beberapa percakapan, ia tiba-tiba menangis dan menunjukkan pesan dari kakaknya bahwa ibunya masuk rumah sakit.

Panik, aku segera menelepon ayahku untuk meminta izin pergi ke Pangandaran bersama Mira.

"Assalamualaikum, Yah. Boleh nggak Nura ke Pangandaran? Ibunya Mira masuk rumah sakit."

Ayahku menjawab dengan tenang, "Tunggu di sana, ayah akan ke sana sekarang."

Mira terus menangis dalam pelukanku, sementara aku hanya bisa berharap semuanya akan baik-baik saja.

Episodes
1 bab 1
2 bab 2 ( perkenalan )
3 bab 3 rupanya mereka berteman
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10 kebohongan pertamaku
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26 : dibayar lunas
27 bab 27 : alasan orangtuaku bisa pergi umrah
28 bab 28 : rasa sakit diana yang baru aku tahu
29 bab 29 : diana membuatku bingung
30 bab 30 : diana semakin terang terangan
31 bab 31 : ryan mengkhianatiku
32 bab 32 : penyambutan orangtua& awal pertaubatanku
33 Bab 33 : enaknya melibatkan allah
34 bab 34 : mimpi&tangisan penyesalan
35 bab 35 : aku curhat pada bu sinta
36 Bab 36 : aku kembali bersemangat
37 bab 37 : pengakuan dosa sang ibu
38 bab 38 : tangisan terakhir ibuku
39 bab 39 : tak kuat terima kenyataan
40 bab 40 : kabar duka ayahku
41 bab 41 : kenyataan yang tak ku inginkan
42 bab 42 : hadirnya bu sintia dan mas teguh di hidupku
43 bab 43 : kembali tersadar
44 bab 44 : kenyataan pahit
45 bab 45 : rio
46 bab 46 : mas teguh memuaskan aku
47 bab 47 : ternyata aku sakit
48 bab 48 : nyaris putus asa
49 bab 49 : mukjizat mimpi seorang kakek
50 bab 50 : Membuka lembaran baru
51 bab 51 : bu tami & segudang kasih sayang
52 bab 52 : jejak kenangan ayahku
53 bab 53 : bertemu dengan saksi hidup ayahku
54 bab 54 : yang penting jujur
55 bab 55 : Pergolakan Batin di Tengah Keterbatasan
56 bab 56 : Beban Penyesalan yang Berat
57 bab 57 : episode terakhir ( kumpulan dosa ayahku )
Episodes

Updated 57 Episodes

1
bab 1
2
bab 2 ( perkenalan )
3
bab 3 rupanya mereka berteman
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10 kebohongan pertamaku
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26 : dibayar lunas
27
bab 27 : alasan orangtuaku bisa pergi umrah
28
bab 28 : rasa sakit diana yang baru aku tahu
29
bab 29 : diana membuatku bingung
30
bab 30 : diana semakin terang terangan
31
bab 31 : ryan mengkhianatiku
32
bab 32 : penyambutan orangtua& awal pertaubatanku
33
Bab 33 : enaknya melibatkan allah
34
bab 34 : mimpi&tangisan penyesalan
35
bab 35 : aku curhat pada bu sinta
36
Bab 36 : aku kembali bersemangat
37
bab 37 : pengakuan dosa sang ibu
38
bab 38 : tangisan terakhir ibuku
39
bab 39 : tak kuat terima kenyataan
40
bab 40 : kabar duka ayahku
41
bab 41 : kenyataan yang tak ku inginkan
42
bab 42 : hadirnya bu sintia dan mas teguh di hidupku
43
bab 43 : kembali tersadar
44
bab 44 : kenyataan pahit
45
bab 45 : rio
46
bab 46 : mas teguh memuaskan aku
47
bab 47 : ternyata aku sakit
48
bab 48 : nyaris putus asa
49
bab 49 : mukjizat mimpi seorang kakek
50
bab 50 : Membuka lembaran baru
51
bab 51 : bu tami & segudang kasih sayang
52
bab 52 : jejak kenangan ayahku
53
bab 53 : bertemu dengan saksi hidup ayahku
54
bab 54 : yang penting jujur
55
bab 55 : Pergolakan Batin di Tengah Keterbatasan
56
bab 56 : Beban Penyesalan yang Berat
57
bab 57 : episode terakhir ( kumpulan dosa ayahku )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!