Jejak Bayang Masa Lalu
BAB 01 : PINDAH KE KOTA BARU
Langit sore terlihat mendung saat Anantari melangkah keluar dari mobil, memandangi rumah baru keluarganya. Rumah itu terletak di ujung sebuah jalan kecil yang sepi, jauh dari pusat kota yang ramai. Bangunan tua dua lantai ini jelas menunjukkan usianya, dengan cat dinding yang mengelupas dan tanaman liar yang menjalar di halaman depan. Meski terasa asing, ada sesuatu tentang rumah ini yang membuat Anantari merasa tertarik, meskipun dia tidak bisa menjelaskan alasannya.
“Bagaimana menurutmu, Anantari?” tanya ibunya, sambil membetulkan posisi topi di kepalanya. “Mungkin terlihat sedikit usang, tapi kita bisa memperbaikinya.”
Anantari mengangguk pelan, meski di dalam hati dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa mereka harus pindah ke kota kecil ini. Sebagai seorang remaja yang terbiasa dengan hiruk-pikuk kota besar, tinggal di tempat terpencil seperti ini bukanlah sesuatu yang diinginkannya. Namun, ayahnya mendapatkan pekerjaan baru di sini, dan keluarganya tidak punya pilihan lain selain mengikuti.
“Yah, kurasa ini tidak seburuk yang aku bayangkan,” gumamnya lebih kepada dirinya sendiri. Dia mengikuti keluarganya masuk ke dalam rumah, melewati pintu kayu besar yang mengeluarkan suara derit saat dibuka.
Di dalam, suasana rumah terasa lebih sunyi daripada di luar. Lantai kayu tua yang mereka pijak berderak setiap kali ada langkah kaki yang menyentuhnya, dan udara di dalam ruangan terasa lembab, seolah rumah ini sudah lama ditinggalkan. Mebel-mebel tua yang berdebu masih tertata di tempatnya, seperti menunggu seseorang untuk menghidupkan kembali kenangan masa lalu. Anantari berusaha mencari kenyamanan di tengah ketidakpastian ini, berharap suasana rumah bisa membangkitkan semangatnya.
Setelah beberapa saat membantu keluarganya memindahkan barang-barang ke dalam rumah, Anantari merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dia penasaran dengan setiap sudut rumah itu, terutama loteng tua yang selalu memancarkan kesan misterius. Tanpa berpikir panjang, dia menaiki tangga kayu yang berderit menuju lantai atas.
Sesampainya di loteng, Anantari membuka pintu yang sedikit macet, dan udara pengap langsung menyambutnya. Loteng itu dipenuhi debu dan barang-barang yang tampaknya sudah ditinggalkan selama bertahun-tahun. Di sudut ruangan, mata Anantari tertumbuk pada sebuah peti kayu tua yang tampak berbeda dari yang lain. Peti itu terkunci rapat, namun setelah mencari-cari di sekitar, dia menemukan kunci kecil yang tampaknya cocok dengan gemboknya.
Dengan hati-hati, dia membuka peti itu, dan di dalamnya, tergeletak sebuah buku harian tua. Sampulnya sudah pudar dan kertasnya menguning dimakan usia. Anantari merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat dia mengangkat buku itu dan mulai membuka halaman pertama. Harapannya, mungkin buku ini bisa memberinya petunjuk tentang sejarah rumah ini atau bahkan kota yang baru ia tinggali.
Di halaman pertama, tidak ada nama pemilik yang tertulis. Hanya ada beberapa kalimat yang tertulis dengan tinta yang hampir memudar: *"Kota ini menyimpan banyak rahasia. Banyak yang telah hilang, dan yang tersisa hanya bayang-bayang dari apa yang pernah ada."*
Anantari merasakan bulu kuduknya meremang. Kalimat-kalimat itu terasa aneh, seperti peringatan yang ditulis oleh seseorang yang mengetahui sesuatu yang lebih dari sekadar hal biasa. Rasa ingin tahunya pun bangkit. Dia membalik halaman demi halaman, mencoba memahami lebih banyak tentang isi buku ini, namun kebanyakan halaman dipenuhi coretan-coretan samar dan kata-kata yang sulit dipahami.
Namun, ada satu bagian yang menarik perhatiannya. Sebuah simbol aneh yang digambar dengan hati-hati di sudut salah satu halaman. Simbol itu berbentuk seperti lingkaran yang dikelilingi oleh segitiga-segitiga kecil, dan di tengahnya terdapat sebuah tanda yang menyerupai mata. Anantari menatap simbol itu lama, merasa ada sesuatu yang familiar tentangnya, meskipun dia tidak bisa mengingat di mana pernah melihatnya.
Kejadian ini membuatnya semakin penasaran. Siapa yang menulis buku ini? Apa maksud dari kata-kata yang samar dan simbol misterius ini? Anantari tahu bahwa dia baru saja memulai petualangan yang tidak direncanakannya, tetapi rasa ingin tahunya sudah terlalu dalam untuk diabaikan begitu saja.
Tiba-tiba, suara derit pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya. “Anantari, kamu di atas?” Suara ibunya terdengar dari bawah.
“Ya, aku di sini!” jawab Anantari cepat, menutup buku harian itu dan memasukkannya kembali ke dalam peti. Meski rasa penasarannya belum terjawab, dia tahu bahwa untuk saat ini, ada hal lain yang perlu dikerjakannya. Dia akan kembali lagi ke sini, mencari tahu lebih banyak tentang buku itu dan misteri yang mungkin disembunyikannya. Namun, untuk sekarang, dia harus menyimpan rasa ingin tahunya.
Sambil menuruni tangga, Anantari tidak bisa berhenti memikirkan simbol itu dan apa yang mungkin disembunyikan oleh buku harian tua tersebut. Rumah ini, kota ini, sepertinya menyimpan sesuatu yang jauh lebih besar dari apa yang tampak di permukaan. Dan dia, entah bagaimana, sudah menjadi bagian dari misteri itu.
Keesokan harinya, Anantari berusaha beradaptasi dengan kehidupan barunya. Sekolah barunya terasa menakutkan dan asing. Ketika dia memasuki kelas, matanya melirik sekeliling, mengamati wajah-wajah yang tidak dikenalnya. Beberapa murid sedang berbicara riang, sementara yang lain tampak tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Anantari merasa seperti ikan kecil di lautan yang luas.
Jam pelajaran berlangsung, tetapi pikirannya tidak sepenuhnya berada di sana. Dia terus memikirkan buku harian dan simbol aneh yang dilihatnya. Ketika pelajaran berakhir dan bel berbunyi, Anantari memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah yang sepi, tempat yang tenang untuk merenung.
Saat duduk di bangku, Anantari teringat kembali pada percakapannya dengan Naura, gadis yang baru ia kenal di sekolah. Naura mengatakan bahwa ada banyak hal menarik di kota ini, termasuk gedung tua yang sering dibicarakan orang-orang. Anantari merasa dorongan untuk mencari tahu lebih banyak tentang gedung itu, dan tentang Naura yang tiba-tiba menghilang. Kenapa gadis itu tidak muncul di sekolah lagi? Apakah ada hubungannya dengan buku harian yang ditemukannya?
Di tengah pikiran yang bergejolak, Anantari teringat akan tawaran Naura untuk menjelajahi kota. Mungkin, jika dia bisa menemukan Naura, dia juga bisa mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang gedung tua dan semua misteri yang mengelilinginya. Rasa penasarannya menguatkan tekadnya.
Dengan semangat baru, Anantari memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Naura. Meski dia baru di kota ini, dia bertekad untuk tidak membiarkan ketidakpastian menghantuinya. Dia mulai merencanakan cara untuk mencari Naura, dengan harapan bisa menyelami misteri yang tersembunyi di balik kehilangan gadis itu.
Ketika matahari terbenam, Anantari kembali ke rumah, menyimpan semua yang telah ia pikirkan di dalam benaknya. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan banyak hal yang harus diungkap. Buku harian tua, gedung angker, dan teman yang hilang—semua ini seolah menyatu menjadi satu benang merah yang harus ditelusuri. Anantari merasa, di kota ini, setiap langkah yang diambilnya akan membawa ke petualangan yang tak terduga.
^^^TBC~^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Jihan Hwang
hai kau mampir..mampir juga yuk dinovelku
2024-11-24
0
Ef
halo kak, aku mampir ya
2024-10-21
0
Leviathan (Hiatus - Septe 2025
"amantari menatap simbol itu lama"
penggunaan bahasa untuk kalimat lebih di lengkapi agar konkrit
2024-10-17
0