Satpam Penjaga Di Malam Pembunuhan

“Pak Mekdi! Satpam yang kita panggil itu telah datang.” Seorang ajudan polisi datang menghampiri Mekdi.

“Baiklah, aku segera ke sana,” jawab Mekdi menutup buku di tangannya. Ia berjalan meninggalkan gudang, menuju ke ruang tamu rumah itu.

Ruang tamu rumah itu menampilkan desain elegan dengan sentuhan modern. Ruangannya luas dengan plafon tinggi yang dilengkapi lampu gantung kristal besar yang berkilauan. Dindingnya dihiasi panel kayu halus dan marmer mewah berwarna netral, memberikan kesan klasik dan elegan. Lantai granit dengan corak halus menyebarkan kilauan cahaya dari jendela besar yang memungkinkan sinar alami masuk ke dalam ruangan.

Ditengah ruangan, terdapat sofa besar yang berbahan beludru dengan warna abu-abu yang bergaya kontemporer. Meja kopi dari kaca dan baja tahan karat terletak di atas karpet tebal bermotif geometris. Dan seorang pemuda telah duduk menunggu Mekdi di sofa ruang tamu itu.

Mekdi menyalami pemuda itu dan mempersilahkannya duduk kembali. Pemuda itu tampak mengenakan seragam satpam, lengkap dengan beberapa aksesoris.

“Apa anda yang bertugas pada sabtu malam minggu lalu?” tanya Mekdi pada pemuda yang duduk di hadapannya itu.

“Iya Pak, saya yang piket di malam itu,” jelas pemuda yang merupakan orang yang berprofesi sebagai satpam di perumahan mewah kediaman Bapak Arfan Dinata.

“Kemana saja anda tiga hari ini?

“Saya pulang kampung Pak, istri saya melahirkan.

“Kenapa nomor anda tidak bisa dihubungi?

“Waduh Pak! Di kampung saya belum dapat sinyal handphone,” terang pemuda itu sedikit tersenyum.

“Apa anda tahu kalau Bapak Arfan Dinata telah dibunuh?

“Tahu Pak! Polisi yang datang kerumah saya kemarin yang memberitahu saya kabar itu. Saya sangat terkejut Pak! Saya tidak menyangka, orang sebaik beliau masih punya musuh.” Pemuda itu menatap Foto Bapak Arfan Dinata bersama istrinya yang terpajang di dinding di ruang tamu itu.

“Minggu pagi pekan lalu, tetangga rumah ini mengabari kami tentang kematian Bapak Arfan. Dia yang waktu itu ingin mengajak Bapak Arfan lari pagi, menemukan Bapak Arfan telah meninggal di kamarnya dengan luka akibat pukulan benda keras di kepalanya. Kejadianya bertepatan dengan waktu ada bertugas menjaga perumahan ini. Anda pasti masih ingat jelas apa yang terjadi di malam itu?

“Masih Pak!

“Siapa saja yang masuk ke perumahan ini di malam itu?

Pemuda itu berpikir sambil mengingat-ingat apa yang terjadi di hari kematian Bapak Arfan Dinata.

“Apa ada orang baru yang mendatangi perumahan ini?” tanya Mekdi lagi mempertegas maksud pertanyaanya.

“Ada Pak! Aku masih ingat, ada dua orang pria yang datang di malam itu. Mereka ingin bertemu dengan Bapak Arfan.

“Jam berapa?

“Kira-kira jam sepuluh malam Pak! ya, jam sepuluh malam! Saya sempat melihat jam tangan saya waktu itu.” ungkap Satpam itu sambil merapikan arloji di tangan kirinya. “Dan sekitar jam dua belas malam mereka meninggalkan perumahan ini,” ulasnya.

“Apa anda masih mengingat wajah orang itu?

“Kalau itu…,” satpam itu berpikir kembali. “Saya kurang memperhatikannya Pak! Waktu itu mereka memakai helm dan kaca mata berwarna hitam.

“Apa ada CCTV di gerbang masuk perumahan ini?

“Ada sih Pak, cuman sudah rusak!

Mekdi menghela napas. Jawaban satpam di depannya sama dengan jawaban rekan kerja satpam itu ketika ditanya di hari kejadian. CCTV di pintu masuk perumahan itu memang sedang rusak dan belum diperbaiki.

“Apakah orang yang datang berdua di malam itu pernah ke sini sebelumnya?” Mekdi kembali mengajukan pertanyaan.

“Tidak Pak!” jawab satpam itu sontak.

“Kenapa anda begitu yakin orang itu belum pernah ke sini sebelumnya? Bukankah anda tidak begitu memperhatikan wajahnya?

“Waktu mereka meminta saya untuk membuka palang pintu, saya meminta mereka untuk memperlihatkan KTP terlebih dahulu. Dari kedua orang itu hanya satu yang membawa KTP, dan KTP itu bukan berasal dari daerah sini Pak! melainkan dari daerah Lengayang. Dan tiba-tiba di saat itu, Bapak Arfan menelpon saya untuk mempersilahkan mereka masuk. Setahu saya, baru kali itu Bapak Arfan didatangi tamu yang bukan dari daerah sini,” urai satpam itu dengan lancar.

“Lengayang?

“Benar Pak!” Satpam itu mengangguk.

Mekdi berpikir sejenak. Ia kembali membuka halaman buku lama yang masih dipegangnya. Mencar-cari kata Lengayang di tulisan buku itu. “SMA 2 Lengayang,” gumam Mekdi membaca tulisan yang ditemukannya.

“Kamu tahu daerah itu dimana?” tanya Mekdi kemudian pada satpam perumahan.

“Tahu Pak! Jalan ke kampung saya melewati daerah itu. Lengayang itu sebuah kecamatan yang ada di Pesisir Selatan,” terang satpam dengan yakin.

Mekdi meraba saku seragamnya, lalu mengeluarkan sebuah KTP yang ada di dalam saku bajunya itu. Di KTP itu tertulis, Arfan Dinata, lahir di pekanbaru tahun 1982, alamat Padang Timur. “KTP-nya tidak ada sangkut pautnya dengan alamat itu. Tapi cerita dalam buku ini berhubungan dengan daerah itu,” gumam Mekdi dalam hatinya.

“Apa anda masih ingat nama pemilik KTP yang datang kesini waktu itu?” tanya Mekdi setelah itu.

“Masih Pak! Namanya, Jarvis Lionel. Saya masih hapal nama itu! karena anak saya yang baru lahir berjenis kelamin laki-laki, jadi saya mau memberinya nama itu. Namanya bagus Pak! Tapi…, kalau orang itu yang membunuh Bapak Arfan?

“Kami belum bisa menyimpulkan siapa pembunuhnya. Kasus ini masih dalam tahap penyelidikan,” bantah Mekdi tidak mendukung pemikiran satpam di hadapannya. “Baiklah! terimakasih atas kerjasama anda. Saya akan menghubungi anda kembali jika diperlukan!” imbuh Mekdi.

“Siap Pak!” ujar satpam yang masih muda itu, kemudian pergi meninggalkan rumah kediaman Bapak Arfan Dinata.

“Cari data-data orang bernama Jarvis Lionel yang tinggal di daerah lengayang.” Mekdi memerintahkan ajudannya yang sejak tadi berdiri di sampingnya.

“Siap Pak!” ucap ajudan itu.

Mekdi kembali membalik halaman buku lama. Mencari halaman selanjutnya yang belum ia baca. Keterangan satpam yang baru saja pergi, semakin membuatnya tertarik membaca cerita yang ada di atas kertas yang sudah menguning itu.

Bersambung.

Episodes
1 Misteri Kematian Arfan Dinata
2 Chapter Satu Buku Itu
3 Chapter Kedua Buku Itu
4 Chapter Ketiga Buku Itu
5 Satpam Penjaga Di Malam Pembunuhan
6 Chapter Keempat Buku Itu
7 Chapter Kelima Buku Itu
8 Chapter Keenam Buku Itu
9 Chapter Ketujuh Buku Itu
10 Bekas Jahitan di Alis Sebelah Kiri
11 Cinta Lama Dibalik Pembunuhan Baru
12 Chapter Kedelapan Buku Itu
13 Chapter Kesembilan Buku Itu
14 Chapter Kesepuluh Buku Itu
15 Fakta Baru Dari Cerita Lama
16 Chapter Kesebelas Buku Itu
17 Chapter Kedua Belas Buku Itu
18 Chapter Ketiga Belas Buku Itu
19 Gadis Bercadar Di Lantai Atas
20 Chapter Ke-14 Buku Itu (Wajah Di 9 tahun yang Lalu)
21 Chapter Ke-15 Buku Itu
22 Chapter ke-16 Buku Itu
23 Lirikan Diam-Diam
24 Chapter Ke-17 Buku Itu
25 Chapter Ke-18 Buku Itu
26 Chapter Ke-19 Buku Itu
27 Istri Pertama Bapak Arfan Dinata
28 Chapter Ke-20 Buku Itu
29 Chapter Ke-21 Buku Itu
30 Chapter Ke-22 Buku Itu
31 Jejak Sepatu Di Depan Rumah Lama
32 Di Balik Sikap Dingin Mekdi
33 Jalan Panjang Menuju Lengayang
34 Penyelidikan Yang Masih Kabur
35 Rumah Masa Lalu
36 Perkampungan Karet
37 Cerita Pemilik Warung
38 Penginapan Gadis Bercadar
39 Dua Mata Yang Kebiru-Biruan
40 Asal Muasal Harta Kepala Sekolah
41 Dua Orang Yang Memasuki Penginapan
42 Pemilik Bengkel Yang Mengenal Dini
43 Puing-Puing Laptop Di Atas Kasur
44 Chip Pelacak di Area Parkir
45 Sesosok Mayat Di Tengah Hutan
46 Kasus Pembunuhan Baru
47 Pelaku Dari Masa Lalu
48 Jejak Terakhir Di Depan Bengkel
49 Jebakan Tepi Hutan Karet
50 Pertemuan di Ruang Rumah Sakit
51 Dua Mata Di Relung Hati
52 Menyusuri Jejak Zetha
53 Dua Mata Itu Mulai Menuai Rindu
54 Surat Wasiat Bapak Arfan Dinata
55 Hari Itu Di Depan Bengkel
56 Cerita Dua Puluh Tiga Tahun Yang Lalu
57 Langkah Yang Masih Terhalang
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Misteri Kematian Arfan Dinata
2
Chapter Satu Buku Itu
3
Chapter Kedua Buku Itu
4
Chapter Ketiga Buku Itu
5
Satpam Penjaga Di Malam Pembunuhan
6
Chapter Keempat Buku Itu
7
Chapter Kelima Buku Itu
8
Chapter Keenam Buku Itu
9
Chapter Ketujuh Buku Itu
10
Bekas Jahitan di Alis Sebelah Kiri
11
Cinta Lama Dibalik Pembunuhan Baru
12
Chapter Kedelapan Buku Itu
13
Chapter Kesembilan Buku Itu
14
Chapter Kesepuluh Buku Itu
15
Fakta Baru Dari Cerita Lama
16
Chapter Kesebelas Buku Itu
17
Chapter Kedua Belas Buku Itu
18
Chapter Ketiga Belas Buku Itu
19
Gadis Bercadar Di Lantai Atas
20
Chapter Ke-14 Buku Itu (Wajah Di 9 tahun yang Lalu)
21
Chapter Ke-15 Buku Itu
22
Chapter ke-16 Buku Itu
23
Lirikan Diam-Diam
24
Chapter Ke-17 Buku Itu
25
Chapter Ke-18 Buku Itu
26
Chapter Ke-19 Buku Itu
27
Istri Pertama Bapak Arfan Dinata
28
Chapter Ke-20 Buku Itu
29
Chapter Ke-21 Buku Itu
30
Chapter Ke-22 Buku Itu
31
Jejak Sepatu Di Depan Rumah Lama
32
Di Balik Sikap Dingin Mekdi
33
Jalan Panjang Menuju Lengayang
34
Penyelidikan Yang Masih Kabur
35
Rumah Masa Lalu
36
Perkampungan Karet
37
Cerita Pemilik Warung
38
Penginapan Gadis Bercadar
39
Dua Mata Yang Kebiru-Biruan
40
Asal Muasal Harta Kepala Sekolah
41
Dua Orang Yang Memasuki Penginapan
42
Pemilik Bengkel Yang Mengenal Dini
43
Puing-Puing Laptop Di Atas Kasur
44
Chip Pelacak di Area Parkir
45
Sesosok Mayat Di Tengah Hutan
46
Kasus Pembunuhan Baru
47
Pelaku Dari Masa Lalu
48
Jejak Terakhir Di Depan Bengkel
49
Jebakan Tepi Hutan Karet
50
Pertemuan di Ruang Rumah Sakit
51
Dua Mata Di Relung Hati
52
Menyusuri Jejak Zetha
53
Dua Mata Itu Mulai Menuai Rindu
54
Surat Wasiat Bapak Arfan Dinata
55
Hari Itu Di Depan Bengkel
56
Cerita Dua Puluh Tiga Tahun Yang Lalu
57
Langkah Yang Masih Terhalang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!