16. Memberitahu Zahra

Setelah urusannya dengan Gus Zidan selesai, Aza kembali ke pesantren dengan langkah ringan. Namun, dari kejauhan, ia melihat Farah yang sedang berdiri di luar, dan begitu Farah melihat Aza, ia langsung bergegas mendekatinya dengan ekspresi serius.

“Dari mana saja kamu? Kenapa bisa keluar tanpa izin?” Farah mulai mencerca Aza dengan berbagai pertanyaan, nadanya terdengar tegas dan penuh kecurigaan.

Aza hanya mengangkat bahu dengan santai, tampak tidak terpengaruh oleh kemarahan Farah. “Memang semua hal yang aku kerjakan harus laporan sama kamu ya!?"

Farah semakin kesal dengan sikap Aza yang terlihat cuek. “Kamu nggak tahu aturan pesantren, ya? Santri nggak boleh keluar tanpa izin! Apalagi sampai ke rumah luar!”

Aza menguap kecil, lalu menanggapi dengan nada tenang. “Santai aja, lagian juga nggak lama. Udah balik, kan? Nggak usah lah dipermasalahkan.” Jawaban Aza yang begitu ringan membuat Farah semakin geram.

“Aza, ini serius! Kamu harus taat pada peraturan di sini!”

Aza hanya tersenyum tipis, lalu dengan nada setengah bercanda berkata, “Ya, Mbak Parah, aku tahu kok. Tapi kan, aku juga nggak mau lama-lama di sini. Kalau mau usir sekarang, boleh banget."

Farah terdiam sejenak, mencoba menahan amarahnya, tapi jelas dari sorot matanya bahwa Aza sudah membuatnya benar-benar kesal.

Aza mengangkat bahunya dengan acuh, lalu memilih berlalu begitu saja tanpa mempedulikan Farah yang masih menatapnya dengan kesal. Langkahnya santai seolah tidak terjadi apa-apa, sementara Farah hanya bisa mengerutkan kening, merasa diabaikan.

"Dasar , awas saja aku tidak akan membuatmu tenang tinggal di pesantren ini," gumam Farah pelan dengan nada geram, namun Aza tidak menoleh sedikit pun. Ia terus berjalan, menuju kamarnya dengan ekspresi penuh kelegaan, senang karena berhasil lolos dari rentetan pertanyaan Farah.

Di dalam hati, Aza tahu bahwa tindakannya tadi mungkin akan menimbulkan masalah di kemudian hari, tetapi untuk saat ini, ia tidak ingin memikirkannya.

"Biar saja lah," pikirnya, "selama aku bisa bebas sedikit, nggak masalah."

Sesampainya di kamar, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, menarik napas panjang, dan tersenyum tipis. Ia mengingat kejadian yang tadi terjadi di rumah Gus Zidan.

Kenapa jantungku berdetak sih tadi? batin Zahra sembari mengingatkan kejadian tadi.

"Nggak mungkin kan aku jatuh cinta sama dia? Ini nggak baik, aku hanya terbawa suasana aja tadi." gumamnya pelan.

Laila yang baru kembali dari kamar mandi tidak sengaja mendengar gumaman dari Aza, "Jatuh cinta sama siapa, Za?"

"Ahhh, itu. Tadi nggak sengaja dengar obrolan para santri." sahut Aza.

"Segeralah mandi, kamar mandinya sudah nggak antri." ucap Laila sambil mempersiapkan diri.

"Baiklah, aku akan segera mandi."

"Ya udah aku duluan ke kelas ya, soalnya piket." ucap Laila yang sudah siap.

"ya, pergilah."

Kamar kembali hening saat Laila kembali keluar, Aza pun kembali duduk dan bersiap untuk mengambil handuk, tapi kemudian ia teringat dengan tas pribadinya, terutama ponselnya, yang sampai sekarang belum diketahui keberadaannya.

"Kira-kira Gus Zidan tahu nggak ya dimana tas dan ponselku!?" Pikirannya berputar, bertanya-tanya di mana tas itu berada.

"Apa mungkin tasku dibawa pulang oleh Paman Amir?" gumamnya lagi pelan. Aza menggigit bibirnya, menyesali kebodohannya yang tidak bertanya sejak awal.

"Kenapa aku nggak minjam ponselnya Gus Zidan buat menghubungi ponselku?" gerutunya pada diri sendiri, merasa bodoh karena melewatkan kesempatan. Baju-baju yang ia kenakan sekarang semuanya baru, hasil pemberian Gus Zidan. Namun, tanpa tas dan ponsel pribadinya, ia merasa seperti kehilangan sebagian identitasnya.

"Bagaimana kalau paman benar-benar membawa pulang tasku?" pikirnya.

Aza mulai berpikir, mungkin besok ia bisa kembali ke rumah yang baru direnovasi itu. karena kemungkin besar ia bisa bertemu dengan Gus Zidan di sana.

“Ya, besok aku ke sana lagi. buat nanyain soal tasku," gumam Aza. Meskipun ia tahu pertemuannya dengan Gus Zidan mungkin akan diselingi godaan, Aza tak punya pilihan lain. Bagaimanapun, hanya Gus Zidan yang bisa membantunya sekarang.

Aza pun bergegas mengambil handuknya dan segera menuju ke kamar mandi saat memperhatikan pesantren sudah sepi, sepertinya para santri sudah menuju ke kelas untuk memulai Diniyah sore.

***

Di tempat lain, Ustad Zaki duduk termenung di ruang tamu, mengaduk pikirannya yang masih bergejolak. Ia belum menemukan keberanian untuk memberitahu Zahra, istrinya, tentang pernikahan putri mereka. Pikiran itu terus menghantuinya. Ia menghela napas panjang, merasa semakin berat untuk membuka percakapan yang pasti akan memicu emosi.

Zahra, yang sudah mulai curiga dengan sikap suaminya selama beberapa hari terakhir, akhirnya tak tahan lagi. Ia memutuskan untuk mendekatinya. Melihat Ustad Zaki terdiam dalam lamunannya, Zahra duduk di sampingnya dan memulai percakapan.

“Mas Zaki, ada apa? Akhir-akhir ini kamu sering melamun dan terlihat gelisah. Ada yang ingin kamu ceritakan padaku?” tanyanya lembut, meski ada kekhawatiran yang terpancar di wajahnya.

Ustad Zaki terdiam sejenak, merasakan detak jantungnya semakin cepat. Ia tahu inilah saatnya, tidak bisa lagi ditunda. Zahra berhak tahu, tapi mengungkapkan kabar tentang pernikahan putri mereka dengan cara yang tepat tidaklah mudah.

“Dek Zahra…,” Ustad Zaki memulai dengan suara rendah, namun tetap belum yakin bagaimana melanjutkan. “Ada sesuatu yang harus aku sampaikan padamu, dan aku minta kamu untuk tenang mendengarnya.”

Wajah Zahra mengerut, jelas terlihat semakin cemas, namun ia tetap menunggu suaminya melanjutkan.

Ustad Zaki menarik napas panjang. "Ini tentang pernikahan... putri kita."

Zahra tertegun, matanya membelalak mendengar kata "pernikahan" keluar dari mulut suaminya. Pikirannya langsung berputar-putar, mencoba memahami maksud dari ucapan Ustad Zaki. Selama ini, yang ia tahu, suaminya hanya mengirim putri mereka ke pesantren, bukan menikahkannya.

"Mas Zaki… pernikahan? Apa maksudmu?" Suaranya bergetar, antara kaget dan bingung. "Bukankah Aza dikirim ke pesantren? Bagaimana bisa bicara tentang pernikahan?"

Zahra masih berusaha mencerna informasi itu, hatinya mulai didera perasaan campur aduk—takut, marah, dan kecewa. Ia menatap suaminya, berharap penjelasan yang lebih masuk akal.

Ustad Zaki menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Iya, memang awalnya Aza dikirim ke pesantren. Tapi… ada situasi yang membuatku harus mengambil keputusan cepat. Aza sudah menikah, dek."

"Menikah? Kok bisa? Sama siapa?" tanya Zahra dengan cepat.

"Aku menikahkannya dengan Gus Zidan."

Zahra terdiam, tubuhnya terasa kaku seolah waktu berhenti. Hatinya tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Menikah? Dengan Gus Zidan? Mas, kenapa kau tak memberitahuku? Bagaimana bisa kau memutuskan hal sebesar ini sendirian?”

Zahra merasa hatinya bergetar hebat, perasaan kecewa semakin mendominasi dirinya.

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

ah boleh spil dikit dong thor zahra ama ustadz Zakir disini kangen duo z

2024-11-27

0

fee2

fee2

zahra shock pasti dengar aza menikah sama gus zidan...

2024-09-26

0

Aisyah

Aisyah

sumpah aku kagen banget sama panggilan Zaki ke zahra"dek Zahra"🥰🥰

2024-09-26

0

lihat semua
Episodes
1 1. Terjebak di kamar hotel
2 2. Semakin terjebak
3 3. Sidang dengan Abah yai
4 4. Harus menikah
5 5. Mendadak menikah
6 6. Malam menegangkan
7 7. Ditinggal begitu saja
8 8. Pesantren Al-Hikmah
9 9. Menitipkannya di pesantren
10 10. Terjebak di pesantren
11 11. Senior itu mbak Farah
12 12. Gara-gara mengantuk
13 13. Hukuman pertama
14 14. Siapa Gus Zidan?
15 15. Gus Zidan yang suka menggoda
16 16. Memberitahu Zahra
17 17. Sikap hangat ustad Zaki
18 18. Beralasan untuk keluar
19 19. Makan berdua
20 20. Si penjual gorengan minta putus
21 21. Kepergok Farah
22 22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23 23. Tertidur di kelas
24 24. Isi kitabnya yang penting
25 25. Kelas Gus Zidan
26 26. Hukuman baru untuk Aza
27 27. Ijin keluarga
28 28. Melihat workshop
29 29. Tidur berdua
30 30. Ketakutan Aza
31 31. Ini namanya kencan
32 32. Ketemu Tante Nur
33 33. Cincin untuk Aza
34 34. Cemburu atau bukan?
35 35. blessing in disguise
36 36. KDRT
37 37. Tante Nur tidak suka
38 38. Parah si pengganggu
39 39. Kerja keras Aza
40 40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41 41. Dia memang cantik
42 42. Ternyata dia....
43 43. Salah faham
44 44. Aza yang semakin gundah
45 45. penjelasan Gus Zidan
46 46. Akan menyesal nanti
47 47. Farah mencari kesempatan
48 48. Bagaimana kalau tidak suka?
49 49. Terasa familiar
50 50. Suka menggoda
51 51. Belajar memasak
52 52. Menikmati moment indah bersama
53 53. Usaha Ning Chusna
54 54. Istri kedua
55 55. kisah masa lalu
56 56. Jalan berdua
57 57. lesehan sederhana
58 58. Ketabahan hati Ning Chusna
59 59. Diskusi serius
60 60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61 61. Disamakan dengan kucing
62 62. Rasanya berat
63 63. Keliling pesantren
64 64. Anak kedua
65 65. Ultimatum dari Aza
66 66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67 67. Semangat Ning Chusna
68 68. Bertemu dengan Syakil
69 69. Rasa cemburu Gus Zidan
70 70. Semakin dekat saja
71 71. cemburunya Gus Zidan
72 72. Perang batin Gus Zidan
73 73. Kejujuran Syakil
74 74. Pergulatan hati Syakil
75 75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76 76. Tuduhan dari Farah
77 77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78 78. Ego Gus Zidan
79 79. Fitnah untuk Aza
80 80. Rasa bersalah gua Zidan
81 81. Harus mengungkap semuanya
82 82. Pengakuan Gus Zidan
83 83. Perawat yang baik
84 84. Curahan hati Syakil
85 85. di sisi Farah (1)
86 86. Di sisi Farah (2)
87 87. Di sisi Farah (3)
88 88. Di sisi Farah (4)
89 89. Perhatian Gus Zidan
90 90. Perhatian manis Gus Zidan
91 91. Sweetnya Gus Zidan
92 92. suami yang baik
93 93. Pernyataan Gus Zidan
94 94. ingin kembali ke pesantren
95 95. kembali ke pesantren
96 96. Perubahan sikap Farah
97 97. Gagal
98 98. Permintaan maaf Farah
99 99. Minta maaf pada Gus Zidan
100 100. hukuman untuk mereka
101 101. tawaran kuliah
102 102. Parah dijodohkan?
103 103. Kayak ustad Zaki
104 104. Imbalan untuk Gus Zidan
105 105. Menagih imbalan
106 106. Lebih agresif
107 107. otak sama mulut nggak singkron
108 108. Aza tiba-tiba agresif
109 109. Rencana ke Blitar
110 110. Akhirnya
111 111. Pagi yang syahdu
112 112. ujian semester
113 113. Gara-gara Gosong
114 114. Akhirnya pulang kampung
115 115. sampai di Blitar
116 116. Hangatnya keluarga
117 117. Getaran di hati Wahyu
118 118. Kehangatan di pagi hari
119 119. Reoni kecil-kecilan
120 120. Kedatangan Samuel
121 121. Kekecewaan Ning Chusna
122 122. cara Gus Zidan
123 123. Rasa bersalah Aza
124 124. Hidayah
125 125. Menjelaskan semuanya
126 126. Bertemu Farah
127 127. Bertemu budhe Imah
128 128. Pelajaran berharga
129 129. Rasa rindu Gus Zidan
130 130. Menanyakan langsung
131 131. Lamaran untuk Farah
132 132. Bertemu Gus Syakil
133 133. Bertemu Ning Chusna
134 134. Zahra cemburu
135 135. Sikap ya masih sama
136 136. Keputusan semakin bulat
137 137. Suasana canggung
138 138. Perasaan masing-masing
139 139. Gus Syakil kecelakaan
140 140. sikap tenang Gus Zidan
141 141. Dibatalkan
142 142. Kekesalan Aza
143 143. tiba-tiba ngajak nikah
144 144. Tiba-tiba pusing
145 145. Masuk angin atau apa...?
146 146. Periksa ke bidan
147 147. Syukuran
148 148. Menunda kuliah
149 149. kembali ke pesantren
150 150. Sambutan yang hangat
151 151. semakin sibuk
152 152. Keluh kesah Aza
153 153. Trimester ke 2
154 154. keromantisan Gus Zidan
155 155. Zahra melahirkan
156 156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157 157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158 158. kuliah online
159 159. Kehidupan damai di pesantren
160 160. Akhir yang bahagia (End)
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1. Terjebak di kamar hotel
2
2. Semakin terjebak
3
3. Sidang dengan Abah yai
4
4. Harus menikah
5
5. Mendadak menikah
6
6. Malam menegangkan
7
7. Ditinggal begitu saja
8
8. Pesantren Al-Hikmah
9
9. Menitipkannya di pesantren
10
10. Terjebak di pesantren
11
11. Senior itu mbak Farah
12
12. Gara-gara mengantuk
13
13. Hukuman pertama
14
14. Siapa Gus Zidan?
15
15. Gus Zidan yang suka menggoda
16
16. Memberitahu Zahra
17
17. Sikap hangat ustad Zaki
18
18. Beralasan untuk keluar
19
19. Makan berdua
20
20. Si penjual gorengan minta putus
21
21. Kepergok Farah
22
22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23
23. Tertidur di kelas
24
24. Isi kitabnya yang penting
25
25. Kelas Gus Zidan
26
26. Hukuman baru untuk Aza
27
27. Ijin keluarga
28
28. Melihat workshop
29
29. Tidur berdua
30
30. Ketakutan Aza
31
31. Ini namanya kencan
32
32. Ketemu Tante Nur
33
33. Cincin untuk Aza
34
34. Cemburu atau bukan?
35
35. blessing in disguise
36
36. KDRT
37
37. Tante Nur tidak suka
38
38. Parah si pengganggu
39
39. Kerja keras Aza
40
40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41
41. Dia memang cantik
42
42. Ternyata dia....
43
43. Salah faham
44
44. Aza yang semakin gundah
45
45. penjelasan Gus Zidan
46
46. Akan menyesal nanti
47
47. Farah mencari kesempatan
48
48. Bagaimana kalau tidak suka?
49
49. Terasa familiar
50
50. Suka menggoda
51
51. Belajar memasak
52
52. Menikmati moment indah bersama
53
53. Usaha Ning Chusna
54
54. Istri kedua
55
55. kisah masa lalu
56
56. Jalan berdua
57
57. lesehan sederhana
58
58. Ketabahan hati Ning Chusna
59
59. Diskusi serius
60
60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61
61. Disamakan dengan kucing
62
62. Rasanya berat
63
63. Keliling pesantren
64
64. Anak kedua
65
65. Ultimatum dari Aza
66
66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67
67. Semangat Ning Chusna
68
68. Bertemu dengan Syakil
69
69. Rasa cemburu Gus Zidan
70
70. Semakin dekat saja
71
71. cemburunya Gus Zidan
72
72. Perang batin Gus Zidan
73
73. Kejujuran Syakil
74
74. Pergulatan hati Syakil
75
75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76
76. Tuduhan dari Farah
77
77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78
78. Ego Gus Zidan
79
79. Fitnah untuk Aza
80
80. Rasa bersalah gua Zidan
81
81. Harus mengungkap semuanya
82
82. Pengakuan Gus Zidan
83
83. Perawat yang baik
84
84. Curahan hati Syakil
85
85. di sisi Farah (1)
86
86. Di sisi Farah (2)
87
87. Di sisi Farah (3)
88
88. Di sisi Farah (4)
89
89. Perhatian Gus Zidan
90
90. Perhatian manis Gus Zidan
91
91. Sweetnya Gus Zidan
92
92. suami yang baik
93
93. Pernyataan Gus Zidan
94
94. ingin kembali ke pesantren
95
95. kembali ke pesantren
96
96. Perubahan sikap Farah
97
97. Gagal
98
98. Permintaan maaf Farah
99
99. Minta maaf pada Gus Zidan
100
100. hukuman untuk mereka
101
101. tawaran kuliah
102
102. Parah dijodohkan?
103
103. Kayak ustad Zaki
104
104. Imbalan untuk Gus Zidan
105
105. Menagih imbalan
106
106. Lebih agresif
107
107. otak sama mulut nggak singkron
108
108. Aza tiba-tiba agresif
109
109. Rencana ke Blitar
110
110. Akhirnya
111
111. Pagi yang syahdu
112
112. ujian semester
113
113. Gara-gara Gosong
114
114. Akhirnya pulang kampung
115
115. sampai di Blitar
116
116. Hangatnya keluarga
117
117. Getaran di hati Wahyu
118
118. Kehangatan di pagi hari
119
119. Reoni kecil-kecilan
120
120. Kedatangan Samuel
121
121. Kekecewaan Ning Chusna
122
122. cara Gus Zidan
123
123. Rasa bersalah Aza
124
124. Hidayah
125
125. Menjelaskan semuanya
126
126. Bertemu Farah
127
127. Bertemu budhe Imah
128
128. Pelajaran berharga
129
129. Rasa rindu Gus Zidan
130
130. Menanyakan langsung
131
131. Lamaran untuk Farah
132
132. Bertemu Gus Syakil
133
133. Bertemu Ning Chusna
134
134. Zahra cemburu
135
135. Sikap ya masih sama
136
136. Keputusan semakin bulat
137
137. Suasana canggung
138
138. Perasaan masing-masing
139
139. Gus Syakil kecelakaan
140
140. sikap tenang Gus Zidan
141
141. Dibatalkan
142
142. Kekesalan Aza
143
143. tiba-tiba ngajak nikah
144
144. Tiba-tiba pusing
145
145. Masuk angin atau apa...?
146
146. Periksa ke bidan
147
147. Syukuran
148
148. Menunda kuliah
149
149. kembali ke pesantren
150
150. Sambutan yang hangat
151
151. semakin sibuk
152
152. Keluh kesah Aza
153
153. Trimester ke 2
154
154. keromantisan Gus Zidan
155
155. Zahra melahirkan
156
156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157
157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158
158. kuliah online
159
159. Kehidupan damai di pesantren
160
160. Akhir yang bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!