11. Senior itu mbak Farah

Saat ba'dha ashar, seluruh santri dikumpulkan di aula utama pesantren. Udara sore terasa sejuk, tapi di hati Aza ada ketegangan yang tidak bisa ia hilangkan. Bersama beberapa santri baru lainnya, Aza berdiri di depan aula, di hadapan puluhan pasang mata yang mengamati mereka.

Setelah beberapa santri baru memperkenalkan diri, giliran Aza tiba. Ia merasakan tatapan tajam dari beberapa santri, terutama seorang gadis yang duduk di barisan depan. Tanpa diberi tahu siapa, Aza langsung tahu itu pasti Mbak Farah, santri senior yang tadi disebut oleh teman-teman sekamarnya. Wajahnya tegas, dengan sorot mata yang dingin, penuh wibawa.

Aza menarik napas dalam-dalam sebelum mulai memperkenalkan diri. “Assalamu'alaikum, nama saya Mazaya Farha Kaina, biasa dipanggil Aza. Saya dari Blitar,” katanya singkat, berusaha tidak terlalu menonjol. Ia bisa merasakan tatapan Mbak Farah terus tertuju padanya, seolah sedang menilai apakah Aza layak atau tidak untuk berada di sini.

Setelah memperkenalkan diri, Aza segera kembali ke barisan santri baru. Namun, perasaan tidak nyaman itu tidak hilang. Mbak Farah tampak tenang, tapi tatapannya seperti menyimpan sesuatu. Aza tak bisa mengalihkan pikirannya dari fakta bahwa di sini, di pesantren ini, dia harus berhati-hati.

Aza hanya bisa berharap dia tidak menarik perhatian lebih dari senior yang satu itu.

Benar saja, saat semua santri mulai bubar dan Aza hendak kembali ke kamarnya bersama teman-temannya, tiba-tiba langkahnya terhenti. Dari arah belakang, terdengar suara tegas memanggil namanya.

"Aza," panggil Mbak Farah dengan nada datar namun jelas.

Aza berhenti sejenak, jantungnya berdebar kencang bagaimana Aza, ia tetap orang baru di tempat baru, sebelum melakukan perlawanan ia harus tahu situasinya. Ia menoleh, dan melihat Mbak Farah berdiri tegap dengan tatapan tajam. Teman-teman sekamarnya tampak canggung, seolah mereka tahu apa yang akan terjadi, tetapi tak berani ikut campur.

Farah mendekat, matanya tidak lepas dari Aza. "Dengar, aku hanya ingin memberimu satu nasihat," katanya dengan nada memperingatkan. "Selama kamu di sini, bersikaplah sopan dan tahu tempatmu. Pesantren ini punya aturan, dan aku harap kamu bisa menghormatinya."

Aza menelan ludah, tak tahu harus berkata apa. Ada sesuatu dalam tatapan Farah yang membuatnya merasa terpojok.

Farah melanjutkan, "Boleh aku bertanya? Kenapa kamu diantar Gus Zidan tadi? Apa kalian punya hubungan khusus? Saudara misalnya?"

Mendengar nama itu disebut, Aza merasa jantungnya makin berdebar. Matanya sedikit membelalak, bingung bagaimana Farah bisa mengetahuinya.

"Tidak, sepertinya mbak Farah salah menduga." ucap Aza beralasan.

"Aku melihat kalian," lanjut Farah, suaranya semakin dingin.

"Oh itu tadi, kami tidak sengaja ketemu di jalan. Karena aku jalan kaku jadi Gus Zidan menawariku tumpangan saat aku mengatakan ingin ke pesantren."

Farah menatap Aza dengan penuh selidik, "Ingat, di sini semua santri sama, entah kamu dekat dengan siapapun. Jangan coba-coba bermain-main dengan aturan, atau kamu akan menyesal."

Tatapan Farah terlihat lebih intens. Di dalam hati, Farah menyimpan perasaan yang sulit dijelaskan.

Sejak lama, ia menaruh hati pada Gus Zidan, sang Gus muda yang karismatik. Namun, mengetahui bahwa Aza datang bersamanya, ada perasaan cemburu yang tak bisa ia sembunyikan.

Aza hanya bisa mengangguk pelan, meskipun ia tidak sepenuhnya memahami situasi ini. Farah memberikan tatapan terakhirnya sebelum berbalik pergi, meninggalkan Aza dalam kebingungan.

"Berhati-hatilah," ujar salah satu teman Aza setelah Farah menjauh. "Mbak Farah bisa sangat keras pada orang yang tidak disukainya."

Aza menarik napas panjang, merasa bahwa kehidupannya di pesantren ini akan jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan.

Aza sebenarnya tidak terlalu peduli dengan peringatan Farah. Baginya, tinggal di pesantren bukanlah sesuatu yang ia inginkan sejak awal. Malah, jika ia dikeluarkan dari pesantren, itu justru akan menjadi jalan keluar yang bagus. Ia tidak pernah berniat untuk menetap di sini.

"Aku tidak mau lama-lama di sini juga," gumam Aza dalam hati sambil mengikuti langkah teman-temannya kembali ke kamar. "Kalau sampai aku dikeluarkan, biar saja. Malah lebih cepat keluar, lebih baik."

Meskipun teman-teman sekamarnya tampak cemas setelah insiden dengan Farah, Aza hanya mengangkat bahu. Baginya, pesantren ini bukan tempat yang cocok, dan ia tidak punya alasan untuk berusaha keras menyesuaikan diri atau mengikuti aturan yang terlalu ketat.

Di dalam kamar, Aza duduk di sudut tempat tidurnya, masih memikirkan bagaimana cara kabur dari pesantren ini. Ia mulai merencanakan apa yang harus ia lakukan untuk keluar dari situasi ini. Baginya, tinggal di pesantren hanya akan membuat hidupnya lebih sulit, dan ia tidak ingin terus berada di bawah aturan ketat yang membatasi kebebasannya.

Namun, di sisi lain, Aza sadar bahwa kabur begitu saja bukan hal yang mudah. Ada banyak mata yang mengawasi, terutama Farah dan para santri senior lainnya. Meski begitu, ia tidak akan menyerah begitu saja.

Di tempat lain, Gus Zidan tengah menghubungi kontraktor yang baru saja menyelesaikan renovasi rumahnya. Rumah itu terletak hanya seratus meter dari pesantren, sebuah lokasi yang strategis untuk mendukung aktivitasnya. Meskipun rumah itu sudah lama dibangun, bentuk dan desainnya tidak sesuai dengan seleranya.

Gus Zidan ingin menciptakan suasana yang lebih modern dan minimalis, sesuai dengan keinginannya. Ia ingin rumah itu menjadi tempat yang nyaman, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Aza.

Saat berbicara dengan kontraktor, Gus Zidan menanyakan detail terakhir mengenai penyelesaian renovasi. Ia menginginkan semua perlengkapan dan furnitur ditata dengan baik sebelum ia dan Aza mulai menempati rumah itu.

"Saya ingin semua siap dalam dua Minggu ke depan," tegasnya. "Pastikan semuanya sesuai dengan rencana."

Setelah selesai berkomunikasi, Gus Zidan melirik ke arah pesantren. Ia tahu bahwa Aza masih dalam proses penyesuaian diri, dan ia berharap kehadiran mereka di rumah baru nanti dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi Aza.

"Semoga semua ini berjalan lancar," gumamnya, penuh harapan. Ia bertekad untuk menjaga Aza, meskipun jalan di depan mungkin tidak semudah yang ia bayangkan.

Selama rumah yang sedang direnovasi belum bisa ditinggali, Gus Zidan memutuskan untuk tinggal bersama sang kakek, Abah Yai Jazuli, di kompleks pesantren. Sebagai cucu dari pengasuh pesantren, Gus Zidan memiliki hubungan yang erat dengan kakeknya. Kompleks pesantren tidak hanya menjadi tempat pendidikan, tetapi juga pusat kehidupan keluarga besar mereka.

Gus Zidan merasa tinggal bersama Abah Yai bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga tanggung jawab untuk membantu mengurus pesantren dan belajar lebih banyak dari pengalaman kakeknya. Setiap hari, ia terlibat dalam berbagai aktivitas pesantren, mulai dari mengajar hingga mengurus administrasi.

Bagi Gus Zidan, tinggal sementara di rumah kakeknya juga memberikan kesempatan untuk merenung dan mempersiapkan diri menjalani tanggung jawab barunya sebagai seorang suami. Meskipun pernikahannya dengan Aza terjadi secara mendadak, ia merasa bahwa ini adalah bagian dari takdir yang harus ia jalani dengan penuh tanggung jawab.

...Jika dia takdirku, maka bantu aku untuk membuatnya merasa nyaman menjalani sisa hidupnya denganku ~ Gus Zidan ...

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

fee2

fee2

benar kan farah menaruh hati sama sumai aza... waspada aza...

2024-09-26

0

Aisyah

Aisyah

makasih ya Thor dah up,selalu tak nantikan😘🥰🥰

2024-09-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Terjebak di kamar hotel
2 2. Semakin terjebak
3 3. Sidang dengan Abah yai
4 4. Harus menikah
5 5. Mendadak menikah
6 6. Malam menegangkan
7 7. Ditinggal begitu saja
8 8. Pesantren Al-Hikmah
9 9. Menitipkannya di pesantren
10 10. Terjebak di pesantren
11 11. Senior itu mbak Farah
12 12. Gara-gara mengantuk
13 13. Hukuman pertama
14 14. Siapa Gus Zidan?
15 15. Gus Zidan yang suka menggoda
16 16. Memberitahu Zahra
17 17. Sikap hangat ustad Zaki
18 18. Beralasan untuk keluar
19 19. Makan berdua
20 20. Si penjual gorengan minta putus
21 21. Kepergok Farah
22 22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23 23. Tertidur di kelas
24 24. Isi kitabnya yang penting
25 25. Kelas Gus Zidan
26 26. Hukuman baru untuk Aza
27 27. Ijin keluarga
28 28. Melihat workshop
29 29. Tidur berdua
30 30. Ketakutan Aza
31 31. Ini namanya kencan
32 32. Ketemu Tante Nur
33 33. Cincin untuk Aza
34 34. Cemburu atau bukan?
35 35. blessing in disguise
36 36. KDRT
37 37. Tante Nur tidak suka
38 38. Parah si pengganggu
39 39. Kerja keras Aza
40 40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41 41. Dia memang cantik
42 42. Ternyata dia....
43 43. Salah faham
44 44. Aza yang semakin gundah
45 45. penjelasan Gus Zidan
46 46. Akan menyesal nanti
47 47. Farah mencari kesempatan
48 48. Bagaimana kalau tidak suka?
49 49. Terasa familiar
50 50. Suka menggoda
51 51. Belajar memasak
52 52. Menikmati moment indah bersama
53 53. Usaha Ning Chusna
54 54. Istri kedua
55 55. kisah masa lalu
56 56. Jalan berdua
57 57. lesehan sederhana
58 58. Ketabahan hati Ning Chusna
59 59. Diskusi serius
60 60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61 61. Disamakan dengan kucing
62 62. Rasanya berat
63 63. Keliling pesantren
64 64. Anak kedua
65 65. Ultimatum dari Aza
66 66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67 67. Semangat Ning Chusna
68 68. Bertemu dengan Syakil
69 69. Rasa cemburu Gus Zidan
70 70. Semakin dekat saja
71 71. cemburunya Gus Zidan
72 72. Perang batin Gus Zidan
73 73. Kejujuran Syakil
74 74. Pergulatan hati Syakil
75 75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76 76. Tuduhan dari Farah
77 77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78 78. Ego Gus Zidan
79 79. Fitnah untuk Aza
80 80. Rasa bersalah gua Zidan
81 81. Harus mengungkap semuanya
82 82. Pengakuan Gus Zidan
83 83. Perawat yang baik
84 84. Curahan hati Syakil
85 85. di sisi Farah (1)
86 86. Di sisi Farah (2)
87 87. Di sisi Farah (3)
88 88. Di sisi Farah (4)
89 89. Perhatian Gus Zidan
90 90. Perhatian manis Gus Zidan
91 91. Sweetnya Gus Zidan
92 92. suami yang baik
93 93. Pernyataan Gus Zidan
94 94. ingin kembali ke pesantren
95 95. kembali ke pesantren
96 96. Perubahan sikap Farah
97 97. Gagal
98 98. Permintaan maaf Farah
99 99. Minta maaf pada Gus Zidan
100 100. hukuman untuk mereka
101 101. tawaran kuliah
102 102. Parah dijodohkan?
103 103. Kayak ustad Zaki
104 104. Imbalan untuk Gus Zidan
105 105. Menagih imbalan
106 106. Lebih agresif
107 107. otak sama mulut nggak singkron
108 108. Aza tiba-tiba agresif
109 109. Rencana ke Blitar
110 110. Akhirnya
111 111. Pagi yang syahdu
112 112. ujian semester
113 113. Gara-gara Gosong
114 114. Akhirnya pulang kampung
115 115. sampai di Blitar
116 116. Hangatnya keluarga
117 117. Getaran di hati Wahyu
118 118. Kehangatan di pagi hari
119 119. Reoni kecil-kecilan
120 120. Kedatangan Samuel
121 121. Kekecewaan Ning Chusna
122 122. cara Gus Zidan
123 123. Rasa bersalah Aza
124 124. Hidayah
125 125. Menjelaskan semuanya
126 126. Bertemu Farah
127 127. Bertemu budhe Imah
128 128. Pelajaran berharga
129 129. Rasa rindu Gus Zidan
130 130. Menanyakan langsung
131 131. Lamaran untuk Farah
132 132. Bertemu Gus Syakil
133 133. Bertemu Ning Chusna
134 134. Zahra cemburu
135 135. Sikap ya masih sama
136 136. Keputusan semakin bulat
137 137. Suasana canggung
138 138. Perasaan masing-masing
139 139. Gus Syakil kecelakaan
140 140. sikap tenang Gus Zidan
141 141. Dibatalkan
142 142. Kekesalan Aza
143 143. tiba-tiba ngajak nikah
144 144. Tiba-tiba pusing
145 145. Masuk angin atau apa...?
146 146. Periksa ke bidan
147 147. Syukuran
148 148. Menunda kuliah
149 149. kembali ke pesantren
150 150. Sambutan yang hangat
151 151. semakin sibuk
152 152. Keluh kesah Aza
153 153. Trimester ke 2
154 154. keromantisan Gus Zidan
155 155. Zahra melahirkan
156 156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157 157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158 158. kuliah online
159 159. Kehidupan damai di pesantren
160 160. Akhir yang bahagia (End)
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1. Terjebak di kamar hotel
2
2. Semakin terjebak
3
3. Sidang dengan Abah yai
4
4. Harus menikah
5
5. Mendadak menikah
6
6. Malam menegangkan
7
7. Ditinggal begitu saja
8
8. Pesantren Al-Hikmah
9
9. Menitipkannya di pesantren
10
10. Terjebak di pesantren
11
11. Senior itu mbak Farah
12
12. Gara-gara mengantuk
13
13. Hukuman pertama
14
14. Siapa Gus Zidan?
15
15. Gus Zidan yang suka menggoda
16
16. Memberitahu Zahra
17
17. Sikap hangat ustad Zaki
18
18. Beralasan untuk keluar
19
19. Makan berdua
20
20. Si penjual gorengan minta putus
21
21. Kepergok Farah
22
22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23
23. Tertidur di kelas
24
24. Isi kitabnya yang penting
25
25. Kelas Gus Zidan
26
26. Hukuman baru untuk Aza
27
27. Ijin keluarga
28
28. Melihat workshop
29
29. Tidur berdua
30
30. Ketakutan Aza
31
31. Ini namanya kencan
32
32. Ketemu Tante Nur
33
33. Cincin untuk Aza
34
34. Cemburu atau bukan?
35
35. blessing in disguise
36
36. KDRT
37
37. Tante Nur tidak suka
38
38. Parah si pengganggu
39
39. Kerja keras Aza
40
40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41
41. Dia memang cantik
42
42. Ternyata dia....
43
43. Salah faham
44
44. Aza yang semakin gundah
45
45. penjelasan Gus Zidan
46
46. Akan menyesal nanti
47
47. Farah mencari kesempatan
48
48. Bagaimana kalau tidak suka?
49
49. Terasa familiar
50
50. Suka menggoda
51
51. Belajar memasak
52
52. Menikmati moment indah bersama
53
53. Usaha Ning Chusna
54
54. Istri kedua
55
55. kisah masa lalu
56
56. Jalan berdua
57
57. lesehan sederhana
58
58. Ketabahan hati Ning Chusna
59
59. Diskusi serius
60
60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61
61. Disamakan dengan kucing
62
62. Rasanya berat
63
63. Keliling pesantren
64
64. Anak kedua
65
65. Ultimatum dari Aza
66
66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67
67. Semangat Ning Chusna
68
68. Bertemu dengan Syakil
69
69. Rasa cemburu Gus Zidan
70
70. Semakin dekat saja
71
71. cemburunya Gus Zidan
72
72. Perang batin Gus Zidan
73
73. Kejujuran Syakil
74
74. Pergulatan hati Syakil
75
75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76
76. Tuduhan dari Farah
77
77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78
78. Ego Gus Zidan
79
79. Fitnah untuk Aza
80
80. Rasa bersalah gua Zidan
81
81. Harus mengungkap semuanya
82
82. Pengakuan Gus Zidan
83
83. Perawat yang baik
84
84. Curahan hati Syakil
85
85. di sisi Farah (1)
86
86. Di sisi Farah (2)
87
87. Di sisi Farah (3)
88
88. Di sisi Farah (4)
89
89. Perhatian Gus Zidan
90
90. Perhatian manis Gus Zidan
91
91. Sweetnya Gus Zidan
92
92. suami yang baik
93
93. Pernyataan Gus Zidan
94
94. ingin kembali ke pesantren
95
95. kembali ke pesantren
96
96. Perubahan sikap Farah
97
97. Gagal
98
98. Permintaan maaf Farah
99
99. Minta maaf pada Gus Zidan
100
100. hukuman untuk mereka
101
101. tawaran kuliah
102
102. Parah dijodohkan?
103
103. Kayak ustad Zaki
104
104. Imbalan untuk Gus Zidan
105
105. Menagih imbalan
106
106. Lebih agresif
107
107. otak sama mulut nggak singkron
108
108. Aza tiba-tiba agresif
109
109. Rencana ke Blitar
110
110. Akhirnya
111
111. Pagi yang syahdu
112
112. ujian semester
113
113. Gara-gara Gosong
114
114. Akhirnya pulang kampung
115
115. sampai di Blitar
116
116. Hangatnya keluarga
117
117. Getaran di hati Wahyu
118
118. Kehangatan di pagi hari
119
119. Reoni kecil-kecilan
120
120. Kedatangan Samuel
121
121. Kekecewaan Ning Chusna
122
122. cara Gus Zidan
123
123. Rasa bersalah Aza
124
124. Hidayah
125
125. Menjelaskan semuanya
126
126. Bertemu Farah
127
127. Bertemu budhe Imah
128
128. Pelajaran berharga
129
129. Rasa rindu Gus Zidan
130
130. Menanyakan langsung
131
131. Lamaran untuk Farah
132
132. Bertemu Gus Syakil
133
133. Bertemu Ning Chusna
134
134. Zahra cemburu
135
135. Sikap ya masih sama
136
136. Keputusan semakin bulat
137
137. Suasana canggung
138
138. Perasaan masing-masing
139
139. Gus Syakil kecelakaan
140
140. sikap tenang Gus Zidan
141
141. Dibatalkan
142
142. Kekesalan Aza
143
143. tiba-tiba ngajak nikah
144
144. Tiba-tiba pusing
145
145. Masuk angin atau apa...?
146
146. Periksa ke bidan
147
147. Syukuran
148
148. Menunda kuliah
149
149. kembali ke pesantren
150
150. Sambutan yang hangat
151
151. semakin sibuk
152
152. Keluh kesah Aza
153
153. Trimester ke 2
154
154. keromantisan Gus Zidan
155
155. Zahra melahirkan
156
156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157
157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158
158. kuliah online
159
159. Kehidupan damai di pesantren
160
160. Akhir yang bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!