10. Terjebak di pesantren

Setelah segala percakapan selesai, Gus Zidan berpamitan kepada Kyai Mansur dan Nyai Khadijah. Tatapannya kembali ke arah Aza yang tampak masih penuh dengan keraguan dan kecemasan.

"Mazaya Farha Kaina, jaga diri baik-baik di sini. Aku akan sering datang untuk memastikan semuanya baik-baik saja," ucap Gus Zidan dengan nada penuh ketenangan.

Aza mengangguk perlahan, meski hatinya masih bergolak. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Setelah Gus Zidan pergi, meninggalkannya bersama Nyai Khadijah, rasanya ada campuran antara lega dan takut yang menghantam pikirannya.

Bu Nyai tersenyum lembut, menggandeng Aza. "Ayo, Nak. Kita ke pesantren. Saya akan memperkenalkanmu dengan para santri."

Saat mereka mulai melangkah keluar rumah, Aza dengan cepat menoleh ke arah Nyai Khadijah dan berkata, "Bu Nyai, tolong... jangan bilang siapa saya sebenarnya. Saya nggak mau mereka tahu kalau saya istri Gus Zidan."

Nyai Khadijah terkejut sejenak, tapi kemudian tersenyum hangat. "Baiklah, Nak. Saya tidak akan mengatakan apa pun. Kamu hanya akan dikenal sebagai Mazaya Farha Kaina, santri baru di pesantren ini."

Aza menghela napas lega. Setidaknya, dengan begitu, dia bisa memulai tanpa beban besar dari statusnya sebagai istri Gus Zidan. Meski hatinya masih penuh kekhawatiran, ada secercah harapan bahwa di pesantren ini, dia mungkin bisa menemukan sesuatu yang baru—sesuatu yang bisa mengubah hidupnya.

Di tempat lain, Gus Zidan yang sudah kembali ke mobilnya menatap nyalang pada pesantren, ada sesuatu yang besar yang membebani hatinya saat ia meninggalkan Aza di sana. Wahyu pun menyadari perasaan gundah Gus zidan.

"Kenapa Gus Zidan tidak membawa nona Aza ke rumah Abah yai saja?" tanya Wahyu kemudian.

Gus Zidan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mau membuat Aza merasa sungkan. Jika di rumah Abah, dia pasti tidak akan leluasa seperti di pesantren, lagi pula ini hanya sementara sampai renovasi rumah selesai."

"Baiklah, saya mengerti gus."

"Oh iya, baju yang untuk Aza, sudah kamu siapkan kan?"

"Sudah Gus, tadi langsung di terus di kamar nona Aza."

"Baguslah."

"Lalu bagaimana dengan tas nona Aza?" tanya Wahyu sambil melirik tas milik Aza yang berada di sampingnya.

"Berikan padaku. Aku akan membawanya ke rumah abah."

"Baik gus."

***

Sesampainya di sebuah kamar pesantren yang sederhana namun bersih, Nyai Khadijah mengetuk pintu pelan sebelum membukanya. Di dalam, ada beberapa santri yang sedang duduk dan berbincang santai di atas kasur masing-masing. Begitu melihat Nyai Khadijah dan Aza, mereka segera berdiri dan menyambut dengan penuh hormat.

"Assalamu'alaikum, Bu Nyai," sapa mereka serentak.

"Wa'alaikumussalam, anak-anak. Ini Mazaya Farha Kaina, panggilannya Aza, santri baru yang akan tinggal bersama kalian," kata Nyai Khadijah sambil tersenyum ke arah Aza.

Aza, yang merasa sedikit gugup, mengangguk sopan dan berusaha tersenyum. Beberapa santri langsung mendekat dengan ramah.

"Selamat datang, Aza! Aku Nisa," salah satu santri memperkenalkan diri dengan senyum lebar, diikuti oleh santri lainnya.

"Aku Rahma."

"Nama aku Laila."

Satu per satu mereka memperkenalkan diri, membuat Aza merasa sedikit lebih nyaman. Namun, di balik senyum Aza, ada sedikit kegelisahan. Ia masih belum tahu bagaimana caranya menyembunyikan identitasnya sebagai istri Gus Zidan dari para santri lain.

"Kamar ini akan menjadi tempat tinggalmu," ujar Nyai Khadijah, menunjuk ke salah satu tempat tidur yang sudah disiapkan. "Mereka ini akan menjadi teman-temanmu di sini. Semoga kamu cepat beradaptasi, ya, Aza."

Aza mengangguk, meski hatinya masih berkecamuk. Di tengah segala kegelisahan, dia tahu bahwa hidup barunya di pesantren ini baru saja dimulai.

Setelah Bu Nyai Khadijah meninggalkan kamar, suasana kembali sedikit lebih santai. Nisa, santri yang paling ramah di antara mereka, mendekati Aza dan mulai memperkenalkan beberapa aturan serta kebiasaan di pesantren.

"Oh iya, tadi ada baju-baju kamu sudah diletakkan di dalam lemari." ucap Nisa sembari menunjuk ke lemari yang ada di samping jendela.

Aza malah mengerutkan keningnya bingung, "Baju?" dengan cepat Aza mendekati lemari dan membukanya, tapi baju-baju itu bukan baju lamanya, tampaknya baju itu masih baru semua bahkan peralatan sholat, mandi dan juga skincare.

Apa ini kerjaan Gus Zidan? gumamnya dalam hati.

"Apa ada masalah?" tanya Nisa saat melihat ekspresi kaget dari Aza. Dan Aza pun segera menoleh menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Tidak ada. Oh iya, bagaimana aturan di pesantren ini?" tanya Aza mencoba mengalihkan pembicaraan. Lagi pula memang dia harus tahu sedikit banyak aturan di pesantren agar tidak banyak melakukan kesalahan.

"Kamu harus bangun sebelum Subuh, karena ada pengajian pagi setelah sholat berjamaah. Lalu, kita juga punya jadwal belajar Al-Qur’an setiap hari," jelas Nisa sambil menunjukkan jadwal yang tertempel di dinding. "Dan biasanya, kalau ada waktu luang, kita juga membantu Bu Nyai di dapur atau mengurus kebun kecil di sini."

Aza mendengarkan dengan seksama, meski dalam hati masih ada penolakan. Hidup di pesantren dengan aturan ketat seperti ini bukanlah hal yang pernah ia bayangkan. Tapi, setidaknya Nisa dan teman-temannya tampak baik dan tidak mencurigai apa pun.

"Ngomong-ngomong, kamu dari mana, Aza?" tanya Rahma tiba-tiba, memecah pikiran Aza. Santri lainnya ikut mendengarkan dengan penasaran.

Aza menelan ludah, berpikir cepat. Ia tidak bisa memberi tahu yang sebenarnya. "Aku... aku dari Blitar," jawabnya singkat, berharap mereka tidak bertanya lebih lanjut.

"Wow, gimana di sana? Aku dengar dari paman aku di sana udaranya sangat sejuk." Siti menimpali. "Kalau dengar cerita dari paman aku yang di Blitar jadi pengen ke sana."

Aza hanya tersenyum tipis, tak ingin memperpanjang topik asal usulnya. Ia tahu harus sangat berhati-hati dalam memilih kata-kata, agar tidak ada yang curiga bahwa ia sebenarnya adalah istri Gus Zidan, Sebisa mungkin, ia harus menjalani hari-harinya dengan tenang dan tanpa menimbulkan perhatian.

"Semoga kamu betah ya di sini, tenang aja semua teman-teman di sini baik kok." ucap Laila menambahkan.

"Ya, semoga," balas Aza, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Namun, dalam hatinya, Aza tahu bahwa menjaga rahasia ini tidak akan semudah yang ia bayangkan.

Setelah suasana sedikit mencair, Rahma tiba-tiba menurunkan suaranya dan mendekat ke Aza. "Oh iya, ada satu hal lagi yang harus kamu tahu kalau mau hidup tenang di sini," katanya dengan nada serius.

Aza mengerutkan kening, penasaran. "Apa itu?"

Nisa dan Laila juga ikut mendekat, membuat suasana di kamar menjadi lebih tegang. "Ada seorang santri senior di sini. Namanya Mbak Farah. Dia itu... gimana ya, mendominasi. Semua orang segan sama dia. Kalau kamu sampai salah langkah dan bikin dia marah, siap-siap saja. Kehidupan di sini bakal jadi sulit."

Aza merasa tubuhnya menegang mendengar penjelasan itu. "Kok bisa? Kenapa orang takut sama dia?" tanyanya dengan ragu.

"Dia punya pengaruh besar di antara santri, terutama karena dia dekat dengan Bu Nyai. Mbak Farah dianggap santri teladan, tapi kalau di luar pengawasan para ustazah, dia bisa sangat galak dan tidak segan-segan menegur kita dengan cara yang keras," tambah Nisa dengan nada hati-hati, seolah takut ada yang mendengar.

Rahma mengangguk. "Betul. Kalau kamu mau tenang, sebaiknya hindari konflik sama dia. Jangan terlalu menarik perhatian atau menentangnya."

Aza menelan ludah, perasaan waspada mulai muncul. Ia memang sudah merasa sulit beradaptasi di pesantren, dan kini ada ancaman dari sosok santri senior yang bisa membuatnya lebih sulit lagi.

"Baiklah, aku akan ingat itu," balas Aza, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Tapi di dalam hatinya, ia merasa bahwa hal ini justru membuat tinggal di pesantren menjadi lebih menantang dari yang ia bayangkan.

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

konflik nya jgn terlalu berat thor👌

2024-11-26

0

fee2

fee2

wah kayaknya aza bisa punya konflik sama si farah ini...

2024-09-26

0

ir

ir

when Aza said : kalo sama² di pesantren kenapa ga di antar ke bandung aja sih Gus, kakek ku juga punya pesantren 🤣🤣

2024-09-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Terjebak di kamar hotel
2 2. Semakin terjebak
3 3. Sidang dengan Abah yai
4 4. Harus menikah
5 5. Mendadak menikah
6 6. Malam menegangkan
7 7. Ditinggal begitu saja
8 8. Pesantren Al-Hikmah
9 9. Menitipkannya di pesantren
10 10. Terjebak di pesantren
11 11. Senior itu mbak Farah
12 12. Gara-gara mengantuk
13 13. Hukuman pertama
14 14. Siapa Gus Zidan?
15 15. Gus Zidan yang suka menggoda
16 16. Memberitahu Zahra
17 17. Sikap hangat ustad Zaki
18 18. Beralasan untuk keluar
19 19. Makan berdua
20 20. Si penjual gorengan minta putus
21 21. Kepergok Farah
22 22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23 23. Tertidur di kelas
24 24. Isi kitabnya yang penting
25 25. Kelas Gus Zidan
26 26. Hukuman baru untuk Aza
27 27. Ijin keluarga
28 28. Melihat workshop
29 29. Tidur berdua
30 30. Ketakutan Aza
31 31. Ini namanya kencan
32 32. Ketemu Tante Nur
33 33. Cincin untuk Aza
34 34. Cemburu atau bukan?
35 35. blessing in disguise
36 36. KDRT
37 37. Tante Nur tidak suka
38 38. Parah si pengganggu
39 39. Kerja keras Aza
40 40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41 41. Dia memang cantik
42 42. Ternyata dia....
43 43. Salah faham
44 44. Aza yang semakin gundah
45 45. penjelasan Gus Zidan
46 46. Akan menyesal nanti
47 47. Farah mencari kesempatan
48 48. Bagaimana kalau tidak suka?
49 49. Terasa familiar
50 50. Suka menggoda
51 51. Belajar memasak
52 52. Menikmati moment indah bersama
53 53. Usaha Ning Chusna
54 54. Istri kedua
55 55. kisah masa lalu
56 56. Jalan berdua
57 57. lesehan sederhana
58 58. Ketabahan hati Ning Chusna
59 59. Diskusi serius
60 60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61 61. Disamakan dengan kucing
62 62. Rasanya berat
63 63. Keliling pesantren
64 64. Anak kedua
65 65. Ultimatum dari Aza
66 66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67 67. Semangat Ning Chusna
68 68. Bertemu dengan Syakil
69 69. Rasa cemburu Gus Zidan
70 70. Semakin dekat saja
71 71. cemburunya Gus Zidan
72 72. Perang batin Gus Zidan
73 73. Kejujuran Syakil
74 74. Pergulatan hati Syakil
75 75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76 76. Tuduhan dari Farah
77 77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78 78. Ego Gus Zidan
79 79. Fitnah untuk Aza
80 80. Rasa bersalah gua Zidan
81 81. Harus mengungkap semuanya
82 82. Pengakuan Gus Zidan
83 83. Perawat yang baik
84 84. Curahan hati Syakil
85 85. di sisi Farah (1)
86 86. Di sisi Farah (2)
87 87. Di sisi Farah (3)
88 88. Di sisi Farah (4)
89 89. Perhatian Gus Zidan
90 90. Perhatian manis Gus Zidan
91 91. Sweetnya Gus Zidan
92 92. suami yang baik
93 93. Pernyataan Gus Zidan
94 94. ingin kembali ke pesantren
95 95. kembali ke pesantren
96 96. Perubahan sikap Farah
97 97. Gagal
98 98. Permintaan maaf Farah
99 99. Minta maaf pada Gus Zidan
100 100. hukuman untuk mereka
101 101. tawaran kuliah
102 102. Parah dijodohkan?
103 103. Kayak ustad Zaki
104 104. Imbalan untuk Gus Zidan
105 105. Menagih imbalan
106 106. Lebih agresif
107 107. otak sama mulut nggak singkron
108 108. Aza tiba-tiba agresif
109 109. Rencana ke Blitar
110 110. Akhirnya
111 111. Pagi yang syahdu
112 112. ujian semester
113 113. Gara-gara Gosong
114 114. Akhirnya pulang kampung
115 115. sampai di Blitar
116 116. Hangatnya keluarga
117 117. Getaran di hati Wahyu
118 118. Kehangatan di pagi hari
119 119. Reoni kecil-kecilan
120 120. Kedatangan Samuel
121 121. Kekecewaan Ning Chusna
122 122. cara Gus Zidan
123 123. Rasa bersalah Aza
124 124. Hidayah
125 125. Menjelaskan semuanya
126 126. Bertemu Farah
127 127. Bertemu budhe Imah
128 128. Pelajaran berharga
129 129. Rasa rindu Gus Zidan
130 130. Menanyakan langsung
131 131. Lamaran untuk Farah
132 132. Bertemu Gus Syakil
133 133. Bertemu Ning Chusna
134 134. Zahra cemburu
135 135. Sikap ya masih sama
136 136. Keputusan semakin bulat
137 137. Suasana canggung
138 138. Perasaan masing-masing
139 139. Gus Syakil kecelakaan
140 140. sikap tenang Gus Zidan
141 141. Dibatalkan
142 142. Kekesalan Aza
143 143. tiba-tiba ngajak nikah
144 144. Tiba-tiba pusing
145 145. Masuk angin atau apa...?
146 146. Periksa ke bidan
147 147. Syukuran
148 148. Menunda kuliah
149 149. kembali ke pesantren
150 150. Sambutan yang hangat
151 151. semakin sibuk
152 152. Keluh kesah Aza
153 153. Trimester ke 2
154 154. keromantisan Gus Zidan
155 155. Zahra melahirkan
156 156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157 157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158 158. kuliah online
159 159. Kehidupan damai di pesantren
160 160. Akhir yang bahagia (End)
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1. Terjebak di kamar hotel
2
2. Semakin terjebak
3
3. Sidang dengan Abah yai
4
4. Harus menikah
5
5. Mendadak menikah
6
6. Malam menegangkan
7
7. Ditinggal begitu saja
8
8. Pesantren Al-Hikmah
9
9. Menitipkannya di pesantren
10
10. Terjebak di pesantren
11
11. Senior itu mbak Farah
12
12. Gara-gara mengantuk
13
13. Hukuman pertama
14
14. Siapa Gus Zidan?
15
15. Gus Zidan yang suka menggoda
16
16. Memberitahu Zahra
17
17. Sikap hangat ustad Zaki
18
18. Beralasan untuk keluar
19
19. Makan berdua
20
20. Si penjual gorengan minta putus
21
21. Kepergok Farah
22
22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23
23. Tertidur di kelas
24
24. Isi kitabnya yang penting
25
25. Kelas Gus Zidan
26
26. Hukuman baru untuk Aza
27
27. Ijin keluarga
28
28. Melihat workshop
29
29. Tidur berdua
30
30. Ketakutan Aza
31
31. Ini namanya kencan
32
32. Ketemu Tante Nur
33
33. Cincin untuk Aza
34
34. Cemburu atau bukan?
35
35. blessing in disguise
36
36. KDRT
37
37. Tante Nur tidak suka
38
38. Parah si pengganggu
39
39. Kerja keras Aza
40
40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41
41. Dia memang cantik
42
42. Ternyata dia....
43
43. Salah faham
44
44. Aza yang semakin gundah
45
45. penjelasan Gus Zidan
46
46. Akan menyesal nanti
47
47. Farah mencari kesempatan
48
48. Bagaimana kalau tidak suka?
49
49. Terasa familiar
50
50. Suka menggoda
51
51. Belajar memasak
52
52. Menikmati moment indah bersama
53
53. Usaha Ning Chusna
54
54. Istri kedua
55
55. kisah masa lalu
56
56. Jalan berdua
57
57. lesehan sederhana
58
58. Ketabahan hati Ning Chusna
59
59. Diskusi serius
60
60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61
61. Disamakan dengan kucing
62
62. Rasanya berat
63
63. Keliling pesantren
64
64. Anak kedua
65
65. Ultimatum dari Aza
66
66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67
67. Semangat Ning Chusna
68
68. Bertemu dengan Syakil
69
69. Rasa cemburu Gus Zidan
70
70. Semakin dekat saja
71
71. cemburunya Gus Zidan
72
72. Perang batin Gus Zidan
73
73. Kejujuran Syakil
74
74. Pergulatan hati Syakil
75
75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76
76. Tuduhan dari Farah
77
77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78
78. Ego Gus Zidan
79
79. Fitnah untuk Aza
80
80. Rasa bersalah gua Zidan
81
81. Harus mengungkap semuanya
82
82. Pengakuan Gus Zidan
83
83. Perawat yang baik
84
84. Curahan hati Syakil
85
85. di sisi Farah (1)
86
86. Di sisi Farah (2)
87
87. Di sisi Farah (3)
88
88. Di sisi Farah (4)
89
89. Perhatian Gus Zidan
90
90. Perhatian manis Gus Zidan
91
91. Sweetnya Gus Zidan
92
92. suami yang baik
93
93. Pernyataan Gus Zidan
94
94. ingin kembali ke pesantren
95
95. kembali ke pesantren
96
96. Perubahan sikap Farah
97
97. Gagal
98
98. Permintaan maaf Farah
99
99. Minta maaf pada Gus Zidan
100
100. hukuman untuk mereka
101
101. tawaran kuliah
102
102. Parah dijodohkan?
103
103. Kayak ustad Zaki
104
104. Imbalan untuk Gus Zidan
105
105. Menagih imbalan
106
106. Lebih agresif
107
107. otak sama mulut nggak singkron
108
108. Aza tiba-tiba agresif
109
109. Rencana ke Blitar
110
110. Akhirnya
111
111. Pagi yang syahdu
112
112. ujian semester
113
113. Gara-gara Gosong
114
114. Akhirnya pulang kampung
115
115. sampai di Blitar
116
116. Hangatnya keluarga
117
117. Getaran di hati Wahyu
118
118. Kehangatan di pagi hari
119
119. Reoni kecil-kecilan
120
120. Kedatangan Samuel
121
121. Kekecewaan Ning Chusna
122
122. cara Gus Zidan
123
123. Rasa bersalah Aza
124
124. Hidayah
125
125. Menjelaskan semuanya
126
126. Bertemu Farah
127
127. Bertemu budhe Imah
128
128. Pelajaran berharga
129
129. Rasa rindu Gus Zidan
130
130. Menanyakan langsung
131
131. Lamaran untuk Farah
132
132. Bertemu Gus Syakil
133
133. Bertemu Ning Chusna
134
134. Zahra cemburu
135
135. Sikap ya masih sama
136
136. Keputusan semakin bulat
137
137. Suasana canggung
138
138. Perasaan masing-masing
139
139. Gus Syakil kecelakaan
140
140. sikap tenang Gus Zidan
141
141. Dibatalkan
142
142. Kekesalan Aza
143
143. tiba-tiba ngajak nikah
144
144. Tiba-tiba pusing
145
145. Masuk angin atau apa...?
146
146. Periksa ke bidan
147
147. Syukuran
148
148. Menunda kuliah
149
149. kembali ke pesantren
150
150. Sambutan yang hangat
151
151. semakin sibuk
152
152. Keluh kesah Aza
153
153. Trimester ke 2
154
154. keromantisan Gus Zidan
155
155. Zahra melahirkan
156
156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157
157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158
158. kuliah online
159
159. Kehidupan damai di pesantren
160
160. Akhir yang bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!