7. Ditinggal begitu saja

Aza merasa seperti baru saja tertidur sejenak ketika suara azan Subuh menggema di kamar hotel. Dia terjaga dengan cepat, matanya melirik ke sekeliling ruangan untuk memastikan tidak ada yang kurang dari pakaian yang ia kenakan. Dengan cemas, dia menatap ke arah sofa tempat Gus Zidan semalam berbaring. Namun, sofa itu sudah kosong—Gus Zidan tidak ada di sana.

Kemana dia perginya ...., gumam Aza dalam hati.

Meskipun hatinya masih berdebar karena malam yang penuh ketegangan, Aza mencoba tidak memikirkan keberadaan Gus Zidan terlalu dalam. Ini adalah pagi baru, dan dia harus memulai hari dengan sebaik mungkin.

Ahhhh, kenapa juga ambil pusing, lagipula bukankah bagus, aku bisa kabur ...., senyum tipis terukir di bibirnya.

Dengan langkah cepat namun hati-hati, dia beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Kesejukan air yang menyiram tubuhnya memberikan sedikit kenyamanan, seolah membersihkan tidak hanya debu fisik, tetapi juga kekacauan emosional yang menempel sejak kemarin.

Setelah selesai membersihkan diri, ia baru teringat jika bukan bajunya hanya yang dipakai saat ini, bahkan saat ijab Qabul pun ia memakai baju yang sama, hanya sebuah jilbab yang dibelikan oleh pamannya tadi malam.

"Bodoh, pakek bajunya siapa sekarang coba." gumamnya pelan mengutuki dirinya sendiri.

Aza kembali ke kamar hanya dengan memakai handuk saja, ia mengedarkan pandangannya, mencari-cari sesuatu, hingga sebuah koper teronggok di sudut kamar dengan cepat ia menghampirinya.

"Maaf ya, aku hanya mau pinjam baju." gumamnya pelan, beruntung koper tidak di kunci jadi ia bisa membukanya,

"Kenapa cuma kemaja sama celana sih adanya."

Akhirnya Aza memilih sebuah kemeja untuk dipakai dan menyiapkan tempat sholat di sudut ruangan. Sholat Subuh adalah rutinitas yang memberi ketenangan, dan dia merasa perlu menghadap Tuhan untuk mendapatkan kekuatan di tengah situasi yang begitu membingungkan.

Meskipun perasaan lelah dan cemas masih membayangi, Aza merasakan sedikit kedamaian saat memanjatkan doa. Suara azan yang terdengar jelas di pagi yang sunyi ini seolah mengingatkannya pada sesuatu yang lebih besar dari masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.

Selesai sholat, Aza duduk sejenak di karpet, menenangkan pikirannya. Dia mencoba untuk merenungkan apa yang telah terjadi dan bagaimana dia bisa menghadapi hari yang baru ini dengan kepala tegak.

Pagi itu dimulai dengan penuh harapan, meskipun Aza masih harus berhadapan dengan banyak hal yang tidak terduga. Namun, untuk saat ini, ia merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi hari dengan segala ketidakpastian yang akan datang.

Aza menyelesaikan sholat, dan bersantai dengan penuh ketenangan pagi itu, ia tidak mungkin kabur dengan baju seperti itu.

Sudah setengah jam ia menunggu, namun Gus Zidan belum juga kembali ke kamar. Perasaan cemas mulai menghampiri pikirannya. "Jangan-jangan dia sudah pergi dan meninggalkanku di sini," pikirnya, khawatir akan apa yang mungkin terjadi jika dia benar-benar ditinggal sendirian.

"Apa aku pergi aja ya," gumamnya kemudian, ia pun kembali membuka koper memastikan ada yang bisa ia pakai selain kemeja, bajunya terlanjur basah di kamar mandi.

"Bahkan aku tidak pakek celana dalam, bagaimana bisa aku keluar," Aza semakin frustasi.

Baru saja hendak menyerah, tiba-tiba terdengar ketukan dari luar. Suara ketukan itu mengagetkannya, membuat jantungnya berdegup cepat sekali lagi.

Dengan cepat ia menghampiri pintu. Saat Aza membuka pintu, dia menemukan Wahyu, asisten pribadi Gus Zidan, berdiri di luar dengan ekspresi terkejut.

"Astaghfirullah hal azim," ucapnya sembari menutup wajahnya kemudian berbalik.

"Ada apa sih?" tanya Aza tanpa rasa bersalah.

"Assalamualaikum, nona. Maaf menggangu waktu anda,"

"Waalaikumsalam, kamu kenapa sih, kayak habis lihat hantu aja. Memang aku seserem itu?" jawab Aza ikut bingung.

"Saya ke sini ingin mengantar baju ini untuk anda." ucapnya tanpa berbalik dan menyerahkan sebuah paperbag besar.

"Ahh, kenapa nggak dari tadi sih," ucap Aza dan langsung mengambil paper bag itu dari tangan Wahyu.

Blakkk

Dan tanpa aba-aba, ia menutup dengan keras pintu dari dalam meninggalkan Wahyu yang masih memegangi jantungnya diluar kamar.

"Ahhh coba aja kalau Gus Zidan melihat pemandangan kayak gitu, aku yakin Gus Zidan nggak perlu waktu lama deh buat jatuh cinta sama istri kecilnya." gumam Wahyu masih dengan memegangi jantungnya.

Di dalam Aza segera memakai bajunya, sebenarnya ini baju baru bukan baju miliknya tapi tidak pa pa, asal ia tidak hanya pakek kemeja.

"Norak banget sih milih bajunya, kan jean ada, kaos juga banyak, ini mah susah jalannya." gerutu Aza saat sudah memakai baju dan rok panjangnya, jelas itu bukan gaya Aza yang terbiasa dengan kaos pendek dan celana jeans-nya.

Setelah selesai memakai baju, pintu kembali di ketuk dari luar, Aza dengan malas membuka pintu dan ia mendapati Wahyu lagi di depan kamar.

"Ada apa lagi, om?"

Wajah Wahyu seketika datar, "Om?"

"Lupakan." Aza tidak mau memperpanjang.

Wahyu mengangguk dengan hormat dan berkata, "Selamat pagi, Nona Aza. Maafkan saya jika mengganggu, tapi saya perlu memastikan jika Anda baik-baik saja."

Aza mengangguk, "Ya, saya baik-baik saja, terima kasih. Sudah kan?"

"Saya harus menemani nona sampai Gus Zidan kembali." ucap Wahyu lagi.

"Memang dia kemana?" tanyanya malas.

Wahyu menghela napas ringan dan menjelaskan, "Gus Zidan pergi untuk urusan penting pagi ini. Beliau akan segera kembali. Sementara itu, saya akan memastikan segala sesuatunya berjalan dengan lancar dan memastikan nona Aza nyaman."

"Terima kasih, om Wahyu. Jika Anda tidak keberatan, saya akan menunggu di sini hingga Gus Zidan kembali." ucapnya sok formal.

Wahyu tersenyum “Nona Aza,” kata Wahyu dengan sopan, “Gus Zidan meminta saya untuk menemani Anda sarapan sebelum beliau kembali.”

Aza mengerutkan dahi. “Sarapan?” tanyanya, agak terkejut. “Kapan Gus Zidan akan kembali?”

Wahyu tersenyum menenangkan. “Beliau belum bisa memastikan waktu pasti, tetapi sepertinya tidak akan lama. Sementara itu, Gus Zidan ingin memastikan Anda tidak sendirian dan dapat menikmati sarapan.”

Aza mengangguk, merasa sedikit lebih tenang dengan adanya perhatian tersebut. “Baiklah, om Wahyu. Aku juga lapar."

Wahyu mempersilakan Aza untuk mengikuti langkahnya ke area sarapan di hotel. Mereka berjalan menuju ruang makan yang terletak tidak jauh dari kamar. Di sana, meja sarapan telah disiapkan dengan berbagai pilihan makanan, dari roti segar dan buah-buahan hingga berbagai jenis hidangan hangat.

“Silakan, Nona Aza. Jika ada yang Anda butuhkan atau inginkan, jangan ragu untuk memberi tahu saya,” kata Wahyu, sambil membantu Aza memilih tempat duduk.

Aza duduk di meja yang dekat dengan jendela, menikmati pemandangan pagi yang cerah. Dia mengambil piring dan mulai menyajikan makanan, mencoba untuk menikmati sarapan yang telah disiapkan dengan baik.

"Mana kenyang kalau segini." gumamnya pelan saat melihat makanan di depannya, ini pertama kalinya ia makan di hotel. biasanya saat sang ayah mengajak menginap di hotel, mereka selalu memilih makan di luar hotel.

"Apa perlu saya memesan lagi untuk anda?" tanya Wahyu masih dengan nada formal.

"Enggak deh, kayaknya mahal." ucap Aza sambil mulai menyantap sarapannya, Kehadiran Wahyu sebagai teman berbicara, meskipun sebatas formal, juga membantu mengurangi rasa kesepian yang sempat dirasakannya.

“Assalamualaikum nona Aza,” sapa Gus Zidan sambil duduk di meja sarapan yang sama. “Maaf membuat Anda menunggu lama. Kira-kira apa nona Aza sudah merindukanku?”

"Waalaikumsalam, apaan sih. nggak lucu."

"Wahyu, pesankan aku yang sama." perintahnya pada sang asisten.

"Baik, Gus."

Aza mengerutkan dahi, memandangnya dengan tatapan jengkel. “Oh, jadi ini yang namanya ‘tepat waktu’ menurut Anda?” ujarnya, suaranya terdengar frustrasi namun tetap sopan. “Saya sudah menunggu hampir sepanjang pagi.”

Gus Zidan tertawa kecil, tidak tampak terganggu oleh keluhan Aza. “Wah, sepertinya Anda sangat merindukanku ya."

"Jangan membuatku semakin kesal ya."

Gus Zidan hanya tersenyum ringan, hingga pesanan Gus Zidan datang sedangkan makanan Aza sudah habis, tapi perutnya belum terisi sempurna.

"Sepertinya kamu tidak terlalu lapar!?" ujar Aza kemudian membuat Gus Zidan yang hendak menyendok makanannya mendongakkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Tidak pa pa, jika kamu tidak mau aku bisa menghabiskan." ucap Aza dan Gus Zidan pun tanpa keberatan menggeser piringnya.

"Apa perlu saya pesankan makanan lagi, Gus?" tanya Wahyu dan Gus Zidan pengangkat tanganya memberi isyarat jika tidak perlu.

"Tidak perlu, aku sudah kenyang." ucapnya kemudian.

Selagi Aza menikmati makanannya, Gus Zidan hanya tersenyum, melihat bagaimana Aza begitu lahap saat makan.

Badannya kecil, tapi makannya banyak juga, batin Gus Zidan.

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

hahhh aza persis ibunya jadi inget waktu zahra habisin ayam bakar dan ustat zaki jadinya mkn mie instan

2024-11-26

0

Iin Finixx

Iin Finixx

GK ad gmbar Gus Laen kahh 🤭

2025-02-18

0

pecinta novel

pecinta novel

jutek jutek gimna gitu Kya mmh zahra

2024-09-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Terjebak di kamar hotel
2 2. Semakin terjebak
3 3. Sidang dengan Abah yai
4 4. Harus menikah
5 5. Mendadak menikah
6 6. Malam menegangkan
7 7. Ditinggal begitu saja
8 8. Pesantren Al-Hikmah
9 9. Menitipkannya di pesantren
10 10. Terjebak di pesantren
11 11. Senior itu mbak Farah
12 12. Gara-gara mengantuk
13 13. Hukuman pertama
14 14. Siapa Gus Zidan?
15 15. Gus Zidan yang suka menggoda
16 16. Memberitahu Zahra
17 17. Sikap hangat ustad Zaki
18 18. Beralasan untuk keluar
19 19. Makan berdua
20 20. Si penjual gorengan minta putus
21 21. Kepergok Farah
22 22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23 23. Tertidur di kelas
24 24. Isi kitabnya yang penting
25 25. Kelas Gus Zidan
26 26. Hukuman baru untuk Aza
27 27. Ijin keluarga
28 28. Melihat workshop
29 29. Tidur berdua
30 30. Ketakutan Aza
31 31. Ini namanya kencan
32 32. Ketemu Tante Nur
33 33. Cincin untuk Aza
34 34. Cemburu atau bukan?
35 35. blessing in disguise
36 36. KDRT
37 37. Tante Nur tidak suka
38 38. Parah si pengganggu
39 39. Kerja keras Aza
40 40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41 41. Dia memang cantik
42 42. Ternyata dia....
43 43. Salah faham
44 44. Aza yang semakin gundah
45 45. penjelasan Gus Zidan
46 46. Akan menyesal nanti
47 47. Farah mencari kesempatan
48 48. Bagaimana kalau tidak suka?
49 49. Terasa familiar
50 50. Suka menggoda
51 51. Belajar memasak
52 52. Menikmati moment indah bersama
53 53. Usaha Ning Chusna
54 54. Istri kedua
55 55. kisah masa lalu
56 56. Jalan berdua
57 57. lesehan sederhana
58 58. Ketabahan hati Ning Chusna
59 59. Diskusi serius
60 60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61 61. Disamakan dengan kucing
62 62. Rasanya berat
63 63. Keliling pesantren
64 64. Anak kedua
65 65. Ultimatum dari Aza
66 66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67 67. Semangat Ning Chusna
68 68. Bertemu dengan Syakil
69 69. Rasa cemburu Gus Zidan
70 70. Semakin dekat saja
71 71. cemburunya Gus Zidan
72 72. Perang batin Gus Zidan
73 73. Kejujuran Syakil
74 74. Pergulatan hati Syakil
75 75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76 76. Tuduhan dari Farah
77 77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78 78. Ego Gus Zidan
79 79. Fitnah untuk Aza
80 80. Rasa bersalah gua Zidan
81 81. Harus mengungkap semuanya
82 82. Pengakuan Gus Zidan
83 83. Perawat yang baik
84 84. Curahan hati Syakil
85 85. di sisi Farah (1)
86 86. Di sisi Farah (2)
87 87. Di sisi Farah (3)
88 88. Di sisi Farah (4)
89 89. Perhatian Gus Zidan
90 90. Perhatian manis Gus Zidan
91 91. Sweetnya Gus Zidan
92 92. suami yang baik
93 93. Pernyataan Gus Zidan
94 94. ingin kembali ke pesantren
95 95. kembali ke pesantren
96 96. Perubahan sikap Farah
97 97. Gagal
98 98. Permintaan maaf Farah
99 99. Minta maaf pada Gus Zidan
100 100. hukuman untuk mereka
101 101. tawaran kuliah
102 102. Parah dijodohkan?
103 103. Kayak ustad Zaki
104 104. Imbalan untuk Gus Zidan
105 105. Menagih imbalan
106 106. Lebih agresif
107 107. otak sama mulut nggak singkron
108 108. Aza tiba-tiba agresif
109 109. Rencana ke Blitar
110 110. Akhirnya
111 111. Pagi yang syahdu
112 112. ujian semester
113 113. Gara-gara Gosong
114 114. Akhirnya pulang kampung
115 115. sampai di Blitar
116 116. Hangatnya keluarga
117 117. Getaran di hati Wahyu
118 118. Kehangatan di pagi hari
119 119. Reoni kecil-kecilan
120 120. Kedatangan Samuel
121 121. Kekecewaan Ning Chusna
122 122. cara Gus Zidan
123 123. Rasa bersalah Aza
124 124. Hidayah
125 125. Menjelaskan semuanya
126 126. Bertemu Farah
127 127. Bertemu budhe Imah
128 128. Pelajaran berharga
129 129. Rasa rindu Gus Zidan
130 130. Menanyakan langsung
131 131. Lamaran untuk Farah
132 132. Bertemu Gus Syakil
133 133. Bertemu Ning Chusna
134 134. Zahra cemburu
135 135. Sikap ya masih sama
136 136. Keputusan semakin bulat
137 137. Suasana canggung
138 138. Perasaan masing-masing
139 139. Gus Syakil kecelakaan
140 140. sikap tenang Gus Zidan
141 141. Dibatalkan
142 142. Kekesalan Aza
143 143. tiba-tiba ngajak nikah
144 144. Tiba-tiba pusing
145 145. Masuk angin atau apa...?
146 146. Periksa ke bidan
147 147. Syukuran
148 148. Menunda kuliah
149 149. kembali ke pesantren
150 150. Sambutan yang hangat
151 151. semakin sibuk
152 152. Keluh kesah Aza
153 153. Trimester ke 2
154 154. keromantisan Gus Zidan
155 155. Zahra melahirkan
156 156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157 157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158 158. kuliah online
159 159. Kehidupan damai di pesantren
160 160. Akhir yang bahagia (End)
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1. Terjebak di kamar hotel
2
2. Semakin terjebak
3
3. Sidang dengan Abah yai
4
4. Harus menikah
5
5. Mendadak menikah
6
6. Malam menegangkan
7
7. Ditinggal begitu saja
8
8. Pesantren Al-Hikmah
9
9. Menitipkannya di pesantren
10
10. Terjebak di pesantren
11
11. Senior itu mbak Farah
12
12. Gara-gara mengantuk
13
13. Hukuman pertama
14
14. Siapa Gus Zidan?
15
15. Gus Zidan yang suka menggoda
16
16. Memberitahu Zahra
17
17. Sikap hangat ustad Zaki
18
18. Beralasan untuk keluar
19
19. Makan berdua
20
20. Si penjual gorengan minta putus
21
21. Kepergok Farah
22
22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23
23. Tertidur di kelas
24
24. Isi kitabnya yang penting
25
25. Kelas Gus Zidan
26
26. Hukuman baru untuk Aza
27
27. Ijin keluarga
28
28. Melihat workshop
29
29. Tidur berdua
30
30. Ketakutan Aza
31
31. Ini namanya kencan
32
32. Ketemu Tante Nur
33
33. Cincin untuk Aza
34
34. Cemburu atau bukan?
35
35. blessing in disguise
36
36. KDRT
37
37. Tante Nur tidak suka
38
38. Parah si pengganggu
39
39. Kerja keras Aza
40
40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41
41. Dia memang cantik
42
42. Ternyata dia....
43
43. Salah faham
44
44. Aza yang semakin gundah
45
45. penjelasan Gus Zidan
46
46. Akan menyesal nanti
47
47. Farah mencari kesempatan
48
48. Bagaimana kalau tidak suka?
49
49. Terasa familiar
50
50. Suka menggoda
51
51. Belajar memasak
52
52. Menikmati moment indah bersama
53
53. Usaha Ning Chusna
54
54. Istri kedua
55
55. kisah masa lalu
56
56. Jalan berdua
57
57. lesehan sederhana
58
58. Ketabahan hati Ning Chusna
59
59. Diskusi serius
60
60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61
61. Disamakan dengan kucing
62
62. Rasanya berat
63
63. Keliling pesantren
64
64. Anak kedua
65
65. Ultimatum dari Aza
66
66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67
67. Semangat Ning Chusna
68
68. Bertemu dengan Syakil
69
69. Rasa cemburu Gus Zidan
70
70. Semakin dekat saja
71
71. cemburunya Gus Zidan
72
72. Perang batin Gus Zidan
73
73. Kejujuran Syakil
74
74. Pergulatan hati Syakil
75
75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76
76. Tuduhan dari Farah
77
77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78
78. Ego Gus Zidan
79
79. Fitnah untuk Aza
80
80. Rasa bersalah gua Zidan
81
81. Harus mengungkap semuanya
82
82. Pengakuan Gus Zidan
83
83. Perawat yang baik
84
84. Curahan hati Syakil
85
85. di sisi Farah (1)
86
86. Di sisi Farah (2)
87
87. Di sisi Farah (3)
88
88. Di sisi Farah (4)
89
89. Perhatian Gus Zidan
90
90. Perhatian manis Gus Zidan
91
91. Sweetnya Gus Zidan
92
92. suami yang baik
93
93. Pernyataan Gus Zidan
94
94. ingin kembali ke pesantren
95
95. kembali ke pesantren
96
96. Perubahan sikap Farah
97
97. Gagal
98
98. Permintaan maaf Farah
99
99. Minta maaf pada Gus Zidan
100
100. hukuman untuk mereka
101
101. tawaran kuliah
102
102. Parah dijodohkan?
103
103. Kayak ustad Zaki
104
104. Imbalan untuk Gus Zidan
105
105. Menagih imbalan
106
106. Lebih agresif
107
107. otak sama mulut nggak singkron
108
108. Aza tiba-tiba agresif
109
109. Rencana ke Blitar
110
110. Akhirnya
111
111. Pagi yang syahdu
112
112. ujian semester
113
113. Gara-gara Gosong
114
114. Akhirnya pulang kampung
115
115. sampai di Blitar
116
116. Hangatnya keluarga
117
117. Getaran di hati Wahyu
118
118. Kehangatan di pagi hari
119
119. Reoni kecil-kecilan
120
120. Kedatangan Samuel
121
121. Kekecewaan Ning Chusna
122
122. cara Gus Zidan
123
123. Rasa bersalah Aza
124
124. Hidayah
125
125. Menjelaskan semuanya
126
126. Bertemu Farah
127
127. Bertemu budhe Imah
128
128. Pelajaran berharga
129
129. Rasa rindu Gus Zidan
130
130. Menanyakan langsung
131
131. Lamaran untuk Farah
132
132. Bertemu Gus Syakil
133
133. Bertemu Ning Chusna
134
134. Zahra cemburu
135
135. Sikap ya masih sama
136
136. Keputusan semakin bulat
137
137. Suasana canggung
138
138. Perasaan masing-masing
139
139. Gus Syakil kecelakaan
140
140. sikap tenang Gus Zidan
141
141. Dibatalkan
142
142. Kekesalan Aza
143
143. tiba-tiba ngajak nikah
144
144. Tiba-tiba pusing
145
145. Masuk angin atau apa...?
146
146. Periksa ke bidan
147
147. Syukuran
148
148. Menunda kuliah
149
149. kembali ke pesantren
150
150. Sambutan yang hangat
151
151. semakin sibuk
152
152. Keluh kesah Aza
153
153. Trimester ke 2
154
154. keromantisan Gus Zidan
155
155. Zahra melahirkan
156
156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157
157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158
158. kuliah online
159
159. Kehidupan damai di pesantren
160
160. Akhir yang bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!